Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Gaya Hidup Sehat dan Pulau Sayuran UNESCO

5 April 2016   16:14 Diperbarui: 6 April 2016   14:23 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertani di sekitar danau terbesar Jerman ini memang praktis, karena airnya langsung datang dari danau Konstanz. Danau yang tidak hanya mengairi desa dan kota sekitarnya tapi juga mengairi kota-kota lain bahkan sampai Stuttgart. 

Bahkan di sekitar kloster Abad Pertengahan, yang karenanya Pulau Sayuran ini mendapat gelar sebagai warisan budaya dari UNESCO, pun ditanami sayuran, salad hijau dan salat ungu, membuat kloster-nya semakin menarik dari luar. Dan di dekat kloster lainnya juga ditanami bunga musim semi, seperti Osterglocken, seperti terlihat di foto-foto di bawah ini.

[caption caption="Daun salad hijau dan ungu di Pulau Sayuran. Dok pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Bunga-bunga musim semi di Pulau Sayuran. Dok pribadi"]

[/caption]Saya termasuk peminat sayuran bio atau sayuran organik. Pertanian organik di pulau ini ternyata banyak, bahkan ada satu pertanian yang membuka toko sayur tanpa penjaga. Yang dijual pun beragam sayuran produk Pulau Sayuran ini seperti bayam, radies, bunga kol, daun bawang, terong ungu, dll, seperti terlihat di foto berikut ini. Cara bayarnya hanya dimasukkan dalam kotak uang di sana. Untungnya, kami punya uang pas, jadi bisa ikut belanja. Model toko seperti ini nampaknya bisa hidup ya di negara yang rata-rata orangnya mampu dan malu untuk tak membayar.

[caption caption="Toko Sayur tanpa penjual (Dok. pribadi)"]

[/caption]Pulau sayuran ini mampu menutupi kebutuhan Jerman akan sayuran karena produknya dengan adanya rumah kaca ini tidak mengenal musim. Bagaimana dengan di Indonesia?

Mengapa Konsumsi Sayur dan Buah kurang di Indonesia
Dari sini, menurut dokter spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Fiastuti Witjaksono,

Kekurangan asupan buah dan sayur dapat menyebabkan risiko kematian akibat kanker saluran cerna sebesar 14 persen. Kemudian risiko kematian akibat penyakit jantung koroner sebesar 11 persen dan kematian akibat stroke sembilan persen.

Karena itu, lanjut dia, konsumsi minimal dua porsi buah dan tiga porsi sayuran setiap hari secara teratur harus dilakukan dengan baik.

Misalnya mengonsumsi dua buah kiwi dan tiga porsi sayur setiap hari secara teratur, dapat memberikan manfaat positif bagi tubuh seperti mencegah berbagai penyakit degeneratif yaitu kencing manis, kanker, obesitas, dan penuaan dini, memperlancar proses metabolisme, meningkatkan kesehatan saluran cerna, meningkatkan daya tubuh dan mencegah kerusakan sel.

Menurut dia, buah kiwi telah lama dikenal kaya akan vitamin C dan E. Kandungan vitamin C pada kiwi dua kali lebih tinggi dibandingkan jeruk dengan perbandingan berat (gram) yang sama dan kandungan vitamin E lima kali lebih besar dibandingkan apel dengan perbandingan berat (gram) yang sama.

"Buah kiwi juga dikenal kaya akan serat dan mengandung enzim unikactinidin yang ada dibuah kiwi hijau yang berfungsi membantu pencernaan protein sehingga mudah diserap," kata dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun