Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Dari Saturnalia Sampai Ke Theater Amphit Romawi

3 Februari 2016   20:53 Diperbarui: 4 Februari 2016   02:56 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kursaal pinggir sungai Lahn - dok pribadi"][/caption]

Apa yang menarik saat jalan-jalan atau mendatangi tempat-tempat baru? Saya yang pasti menyukai pemandangan yang spektakuler, melihat tradisi setempat dan mengamati peninggalan-peninggalan sejarah tempat yang didatangi, menyusuri lorong-lorong, tempat-tempat yang sama dengan manusia-manusia yang dilahirkan puluhan atau ratusan tahun sebelum saya, semua itu membuat tebal gincu perjalanan, memberikan sensasi dan fantasi menggetarkan. 

Karnaval 

[caption caption="dok pribadi"]

[/caption]

[caption caption="dok pribadi"]

[/caption]

Kota tanpa sejarah dan daya tarik, bagi saya seperti makanan tanpa rawit dan garam... garing, hambar, tidak meninggalkan kesan dan kurang menggigit. Tradisi apa yang menarik untuk dieksplorasi di Jerman mulai minggu lalu sampai minggu depan? Kemana pun kaki melangkah, saat ini di banyak kota di Jerman sedang merayakan tradisi ratusan tahun, acara Karnaval. Istilah karnaval ini dalam bahasa Jerman beragam, tergantung kita sedang berada di Jerman belahan mana, ada yang menyebutnya Karneval, Fasching, Fastnacht atau Fasnet.

Berpakaian dan memoles diri dengan beragam kostum lalu bernyanyi dan bersenang-senang di jalan adalah ciri khas pawai karnaval. Penonton pun walau tidak ikut dalam pawai ada yang datang berkostum atau hanya turut memeriahkan pawai. Teriakan, teriakan khas karnaval seperti Öcher Alaaf!! di Aachen, Kölle Alaaf!! di Köln atau Helau!! di Düsseldorf sampai Wuppertal lalu diiringi saweran bermacam manis-manis semakin membuat seru suasana.

Bagi yang senang berebut manis-manis ini, daerah paling optimal untuk memburu saweran karnaval ini adalah negara bagian Nord Rhein Westfallen (NRW), di mana Köln sangat terkenal sebagai kota paling seru se-Jerman dalam perayaan Karnavalnya. Jangan lupa bawa tas besar untuk menampung semua saweran ini.

Yang disawerkan sangat beragam lho mulai dari loli, coklat, pop corn, minuman dll. Masyarakat Jerman ini kalau saya pikir-pikir luarbiasa, tidak hujan, tidak angin, tidak dingin, tradisi karnaval tidak mengenal cuaca, maju terus pantang mundur, walaupun harus berpayung atau bertutup-tutup plastik tidak ada yang mampu menghentikan karnaval, bahkan sekolah-sekolah pun diliburkan seminggu. Seperti terlihat dalam foto-foto di atas yang dijepret hari Sabtu tanggal 30 Januari y.l. di kota Bonn.

Tradisi karnaval ini konon sejak 5000 tahun yang lalu sudah ditemukan di Mesopotamia. Tradisi ini terus berlanjut hingga bangsa Romawi, yang terkenal senang ekspansi dan mengakusisi tanah orang pun, tampaknya tidak lupa bersenang-senang dalam pesta karnaval di bulan Desember, yang disebut Saturnalia, untuk menyembah dewa Saturn.

Sejarah Pendek Bangsa Romawi 

[caption caption="dok pribadi"]

[/caption]

Nah... apa daya tarik lain jalan-jalan selain menyaksikan tradisi daerah yang didatangi? S-E-J-A-R-A-H, apalagi kalau kisah keberadaan bangsa Romawi. Wiii... bagi penyuka jalan-jalan tentu akan langsung mengakui kebesaran Arsitektur bangsa Romawi, karena peninggalannya dapat dilihat di banyak kota dan banyak negara. Tahun 118 sesudah Masehi kekuasaan bangsa Romawi sungguh luarbiasa, dari Inggris Raya sampai Syria (seperti terlihat dalam peta di atas).

Sungguh tidak terbayangkan ya, tanpa pesawat dan tanpa teknologi canggih seperti sekarang, bangsa ini mampu menguasai seperempat dunia. Tak heran peribahasa... semua jalan menuju ke Roma... tidak berlebihan, karena pada kenyataannya bangsa Romawi ini sangat ekspansif dan telah membangun jalan sepanjang 80.000 km selama mereka berkuasa, 2 kali diameter bumi!!!

Siapa sangka ternyata... sebuah ibukota dari bangsa besar Romawi di zaman antik dulu menurut legendanya didirikan oleh anak kembar hasil cinta Mars (dewa perang orang Romawi) dengan pendeta perempuan Rhea Silvia. Karena itu, untuk bangsa Romawi bulan Maret adalah bulan pertama dalam hitungan tahun.

Bayi kembar ini konon kemudian dihanyutkan di sungai Tevere dan diselamatkan oleh seekor serigala betina, mamma Lupa, yang tergerak mendengar jeritan tangis bayi kembar Romulus dan Remus ini. Nasib baik Romulus dan Remus lalu berlanjut di tangan seorang gembala bernama Faustulus hingga mereka besar. Patung mamma Lupa dengan si kembar Romulus dan Remus ini bisa ditemui di kota Roma dan di pelataran ajaib Pisa, Piazza dei Miracoli.

Roma dengan latar belakang sejarah besar ini dapat ditelusuri sampai sebelum zaman Romawi di atas bukit Palatin tahun 752 Sebelum Masehi, zamannya bangsa Etruska. Ketika itu Romulus dan Remus, dengan suku Latin memutuskan untuk membangun sebuah kota di antara 7 bukit di mana Romulus dan Remus ditemukan. Menurut legenda dari sanalah bangsa Romawi lahir, yang merupakan asimilasi suku Latin dan suku Sabiner, yang diculik dan dipaksa (patung yang menggambarkan penculikan ini, bisa dilihat di kota Florenz), karena suku Latin kekurangan wanita untuk melanjutkan dan memperbanyak keturunan.

Kurang lebih tahun 510 SM, orang Romawi merasa bosan dikuasai oleh seorang raja sehingga terjadi revolusi, yang kemudian terbentuklah Republik dan duduk di kursi legislatifnya bangsa Patrizia yang kaya-kaya. Sampai tahun 200 SM, bangsa Romawi berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya, termasuk Itali Selatan yang sebelumnya dikuasai oleh bangsa Yunani dan melebar hingga Mesir. Tahun 200 SM Julius Caesar naik takhta, sebagai penguasa kuat, Caesar berhasil membuat berbagai reformasi, setelah kematiannya, Octavian seorang turunan terdekat Caesar melanjutkan pangku kekuasaan dengan titel dan nama baru Kaisar Romawi Augustus. Di bawah kekuasaannya Romawi mengalami kedamaian.

Sisa-sisa Peninggalan Bangsa Romawi di Jerman

[caption caption="dok pribadi"]

[/caption]

Nah ... minggu lalu kami mengunjungi sebuah desa dengan penduduk hanya 9000 orang di pinggir anak sungai Rhein di negara bagian NRW. Sebuah desa dengan tampilan mewah ini jelas menunjukkan bahwa desa ini sangat makmur. Salah satunya karena adanya sumber air panas yang konon dapat menyembuhkan organ pernafasan sampai ke organ pencernaan karena mengandung mineral-mineral sehat. Sumber air ini panasnya sampai 42°C, sumber paling terkenal dan paling tua di desa itu peninggalan bangsa Romawi karena itu dinamai Römerquelle atau sumber air bangsa Romawi.

Peninggalan bangsa Romawi ini dapat ditelusuri di mana-mana, sebagai arsitek handal dengan kualitas sepanjang masa, demikian juga karya bangsa Romawi dapat ditemukan di banyak tempat di Jerman. Diantaranya sisa-sisa benteng Romawi Saalburg, Porta Nigra dan Theater amphit di Trier. Walaupun bangsa Romawi bisa dikalahkan oleh bangsa Germania tapi kekuasaan bangsa Romawi di Jerman cukup lama.

[caption caption="Porta Nigra, gerbang kota Romawi di Trier - dok pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Theater Amphit Romawi di Trier - dok pribadi"]

[/caption]

[caption caption="kota Trier di zaman Romawi - dok pribadi"]

[/caption]

Baru akhir tahun 370 bangsa Romawi dapat dikalahkan oleh bangsa Germania. Usaha-usaha bangsa Romawi menguasai bangsa Germania ini mengingatkan saya pada taktik Belanda Divide et Impera, satu pihak disanjung dan diberi gelar, lalu yang lain dianaktirikan lalu diadudomba. 

Begitulah, sejarah berulang... Ah apa pun, jalan-jalan sambil menyimak tradisi dan sejarah memang selalu mengasyikkan.

p.s. : Jalan-jalan saat harga bensin jatuh saat ini di Jerman menguntungkan kantong lho, kami membeli bensin super E10 termurah yang pernah dibeli 1 liter untuk 1,15 Euro. (ACJP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun