Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mudik dan Nilai Ekonomi Lebaran

12 Juli 2015   18:55 Diperbarui: 12 Juli 2015   18:55 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita mudik sudah mulai ramai ditayangkan, eufori mudik masih bisa saya rasakan sampai sekarang. Kantor mulai lengang, tenggat waktu proyek mulai surut, rapat makin berkurang, undangan buka bersama juga sudah tidak ada lagi. Teman-teman kantor yang berasal dari Jawa Tengah, Timur atau luar Jawa sudah lama mudik, yang tinggal hanyalah orang Betawi, non muslim dan pemudik dekat. seperti saya yang 'hanya' mudik ke Bandung.

Lebaran memang istimewa dan sudah merupakan hari besar nasional milik semua, bukan hanya milik umat Islam, karena setiap orang dapat merasakan sensasi dan dampaknya. Krisis asisten rumah tangga, baby sitter atau perawat lansia adalah masalah nasional saat lebaran, banyak keluarga yang mengungsi bahkan tinggal di hotel untuk menghindari kerepotan urusan rumah tangga yang ditinggal asisten. Tapi ada juga yang menggunakan lebaran sebagai ladang rezeki, dengan usaha parcel, kue lebaran atau pun menjadi asisten pengganti atau infal. Bahkan beberapa pedagang parcel musiman ini dapat meraup omzet Rp 500 juta dalam seminggu.

Tenaga infal lebaran memang menggiurkan, lebih mahal dari harga normal. Perawat ibu saya saat lebaran orangnya selalu sama, ia hanya bekerja khusus lebaran karena ia mendapatkan gaji per hari dan hampir 5 kali lebih mahal dari harian perawat biasa. Menurut ini, asisten rumah tangga per hari berkisar Rp 150-200 ribu, sementara untuk baby sitter lebih besar, yakni Rp 200-250 ribu. Menurut cerita infal perawat ibu saya, pekerja khusus infal lebaran itu banyak peminatnya, karena kerjanya paling lama hanya sebulan, tapi uang yang dibawa pulang ke kampung banyak.

Bila melakukan statistik perekonomian lebaran, terutama dalam waktu seminggu sebelum dan seminggu sesudah lebaran, mungkin ada lonjakan pengeluaran dan penerimaan yang tidak biasanya. Fenomena menabung setahun dan kemudian dikeluarkan habis-habisan di kampung halamannya dalam rentang waktu 2 minggu itu, bukan hanya isapan jempol. Dampaknya tentu baik untuk daerah, karena daerah turut mengais rezeki dari ini melalui kebun binatang, tempat belanja, rumah makan dll. Fenoma migrasi nilai ekonomi dari kota ke daerah.

Sungguh saya bersyukur, apa yang sekarang sedang terjadi di Yunani tidak terjadi di Indonesia. Apa jadinya bila saat menjelang lebaran, bank-bank ditutup, tradisi mudik yang sudah turun temurun tentu terhambat dan akan menyebabkan kerusuhan nasional. Saya sangat bangga Indonesia dulu berhasil melalui krisis moneter dengan mulus, bila melihat kondisi Yunani saat ini, sulit saya bayangkan.

Saya masih ingat, bila lebaran sudah dekat dan masa mudik sedang berlangsung, itulah saatnya menikmati Jakarta paling nyaman. Simpul kemacetan terurai dan propaganda properti seperti :" hanya 20 menit ke bandara" ada nilai kebenarannya. Apalagi sekarang, ada tol CIPALI - Cikopo Palimanan, tentulah para pemudik arah Jawa Tengah dan Timur menjadi lebih nyaman. Bahkan di sini , saya membaca bahwa volume kendaraan pribadi H-5 di tol Cikampek berkurang 91% bebannya ... wow, untuk pemudik Bandung seperti keluarga saya tentu kabar yang menyenangkan, karena tidak perlu lagi bermacet ria dengan pemudik Jawa Tengah dan Timur. Sebagai penutup, saya ucapkan selamat mudik, ya dan hati-hati di jalan. (ACJP)

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun