Tidak semua orang di Jerman mau dan mampu tinggal di Altenheim atau Rumah Jompo. Rumah jompo yang baik di Jerman biaya per bulannya bahkan sampai 4000-an Euro. Padahal gaji sarjana teknik baru lulus rata-rata hanya 35.000 Euro kotor per tahun, atau per bulannya hampir 3.000 Euro kotor lho, artinya masih dipotong pajak pendapatan, asuransi dan potongan-potongan lain, mungkin pada akhirnya hanya terima 2000-an sekian Euro bersih. Pendapatan sekian pun masih terlalu sedikit untuk membayar rumah jompo berkualitas baik di Jerman.
[caption id="attachment_302362" align="aligncenter" width="502" caption="dok http://www.neuepresse.de/Nachrichten/Politik/Deutschland-Welt/Altenheim-Deutschland-Jeder-3.-bald-ueber-65"][/caption] [caption id="attachment_302364" align="aligncenter" width="523" caption="dok pribadi"]
Masyarakat Jerman semakin berumur karena demografi kependudukan mereka berbentuk piramida terbalik. Hal ini juga yang membuat para politikus Jerman memutar otak untuk menanggung uang pensiun dan biaya perawatan penduduk manula mereka. Dalam waktu 50 tahun, jumlah penduduk Jerman berkurang menjadi seperlimanya.
Bagaimana mereka membayar biaya per bulan untuk tinggal di Altenheim yang baik sampai 4000 Euro ini ?? Para senior atau para manula ini ketika mereka muda harus membayar yang namanya Altenversicherung dan Pflegeversicherung atau asuransi masa tua dan asuransi perawatan masa tua, ditambah uang pensiun dan bantuan dari anak serta negara, maka mereka dapat tinggal di rumah jompo yang baik.
Tanpa perencanaan sejak muda ternyata fasilitas baik saat kita tua dan saat fisik tidak lagi mampu beraktifitas sempurna pun menjadi masalah, ya. Karena mahalnya biaya rumah jompo ini membuat ada juga para manula yang mencari alternatif menghabiskan masa tua dan masa sulit mereka di negara lain, seperti di Thailand. Reportase mengenai panti jompo di Thailand ini pernah ditayangkan di televisi Jerman, penghuninya banyak dari Eropa. Biayanya untuk kasus perawatan intensif bisa setengahnya dari panti jompo berkualitas baik di Jerman, karena memang biaya tenaga kerja di Thailand lebih murah dari di Jerman.
Alternatif Tempat Tinggal di Masa Tua Selain Rumah Jompo
Para senior yang memang tidak mau dan tidak berminat tinggal di panti jompo. Mereka biasanya tetap tinggal di rumah atau apartemen mereka, tapi membayar fasilitas perawatan per bulannya. Perawat-perawat ini datang 2-3 kali sehari, namun kekurangan dari kemungkinan ini adalah mereka harus masih mampu melakukan aktifitas sendiri di rumah atau apartemen mereka.
Hal yang paling tidak menyenangkan adalah bila rumah atau apartemen mereka tidak lagi sesuai untuk kondisi kesehatan, misalnya karena adanya tangga-tangga di rumah, tidak ada lift bila mereka tinggal di apartemen dan biasanya lebar pintu rumah juga tidak sesuai dengan lebar ukuran kursi roda. Nah ... untuk para senior yang tidak ingin tinggal di panti jompo tapi rumah atau apartemen mereka tidak sesuai lagi untuk aktifitas sehari-hari mereka, di Jerman ada alternatif yang namanya Seniorenwohnung atau apartemen senior (apartemen untuk manula).
Seniorenwohnung ini biasanya sudah didesain sesuai untuk kebutuhan para senior, tidak ada tangga, lebar pintu bisa dilewati oleh kursi roda (mereka sudah memiliki standarnya untuk ini) dan luas ruangan cukup untuk dipasangi alat yang dibutuhkan bila harus dipasang peralatan bantuan, terutama di kamar mandi. Selain itu biasanya juga dilengkapi oleh sensor kebakaran dan panggilan darurat.
Apartemen untuk senior atau manula ini bisa disewa dan bisa dibeli. Luas apartemen ini di negara bagian Northrhein Westphalia misalnya bila apartemen ini dihuni sendiri antara 35 - 47 m2 dan untuk pasangan sampai 62 m2. Apartemen untuk senior sejenis ini pun ada yang mewah biasanya disebut Seniorresidenz, seperti Seniorresidenz yang ada di Berlin, terlihat contoh dan desain kamarnya di bawah ini. Wow ... nyaman ya.
[caption id="attachment_302365" align="aligncenter" width="341" caption="dok http://www.augustinum.de/kleinmachnow-bei-berlin/wohnung/"]
Fasilitas yang didapat dari Seniorresidenz ini pun sangat menarik, pelayanan 24 jam, fasilitas kesehatan, fasilitas agama dan budaya, fasilitas gastronomi. Pelayanan 24 jam ini termasuk membersihkan rumah, merawat, panggilan darurat dan layanan lainnya. Fasilitas kesehatan termasuk fasilitas olah tubuh, olah otak, dokter, kolam renang, sauna dll.
Ketika saya melayari internet, saya menemukan ternyata di Indonesia juga sudah ada sejenis Seniorresidenz ini di Bogor, namanyaRukun Senior Living. Saya menilai fasilitas alternatif ini baik sekali, karena di Indonesia sekalipun seringkali orangtua kita yang sudah tua, karena kesibukan anak-anaknya sehari-hari seringkali hanya ditemani oleh seorang perawat. Dan perawat-perawat yang ada sayangnya tidak terdidik dengan semestinya ditambah kurangnya fasilitas yang memadai untuk para manula ini maka kualitas hidup para manula seringkali terbengkalai.
Para perawat manula di Indonesia seringkali hanya tahu menyediakan makan, memandikan, memberi obat tapi tidak terdidik misalnya untuk terus menstimulasi tubuh dan otak agar tetap aktif, memberikan hiburan yang semestinya dan memperlakukan para senior ini seharusnya. Padahal gaji perawat-perawat ini lebih mahal dari gaji pokok PNS golongan IVa dan bersih pula, karena para perawat ini tinggal dan makan dengan gratis di rumah para senior.
Apartemen untuk manula atau senior ini bisa jadi alternatif yang baik juga di Indonesia karena banyak para senior yang tidak ingin merepotkan anak-anak mereka, mereka juga tidak ingin terikat program panti jompo yang biasanya kaku, mereka masih ingin mandiri tapi mereka juga ingin merasa aman, terlindungi dan kontak dengan lingkungan tetap terjaga.
Nah, kontak dengan lingkungan ini saya nilai juga sangat penting, karena kematian manula yang hidup sendiri seringkali tidak cepat diketahui. Kejadian seperti ini tidak hanya terjadi di Jerman, di Indonesia juga sekarang mulai terdengar. Setelah bau menusuk tercium dari tempat tinggal mereka, baru orang menyadari bahwa tetangga sepuh mereka sudah meninggal. Argh ... mengerikan. (ACJP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H