[caption id="attachment_404662" align="aligncenter" width="488" caption="Tutut di pasar apung Lembang (dok pribadi)"][/caption]
[caption id="attachment_404665" align="aligncenter" width="490" caption="Pasar apung Lembang (dok pribadi)"]
Bukan hanya di abad pertengahan saja pasar merupakan pusat kegiatan manusia, saat ini pun pasar atau mal adalah tempat manusia berkumpul. Walaupun dalam perkembangannya, sekarang ini muncul beragam jenis pasar tidak lagi sama dengan pasar tradisional, ada pasar modern atau mal, pasar bursa bahkan pasar modal. Tapi prinsipnya adalah sama barter dan jual beli.
Ketika manusia belum menggunakan uang sebagai alat untuk jual beli, manusia memulai jual beli dengan barter. Ikan ditukar dengan beras, palawija ditukar dengan telur dll, di abad ke-6 SM konon manusia mulai mengenal apa yang disebut "uang netral" karena barter barang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan.
Sampai saat ini pun "uang netral", dimana nilainya diakui masyarakat setempat masih berlaku lho, seperti di Pulau Neuirland atau New Ireland di Papua Neuginea misalnya, tukar menukar dengan kerang hingga kini masih dilakukan dan diakui tentu saja, di samping mata uang yang resmi berlaku.
Lalu dimulai abad ke-7 SM, barulah manusia mengenal koin uang untuk pertama kalinya di daerah Turki di bawah Raja Kroisos. Dan abad ke-10 M di Cina dimulailah penggunaan uang kertas, dikarenakan uang koin logam bila banyak menjadi berat. Dan sejarah menyebutkan juga bahwa kemudian dimungkinkan juga jual beli dengan emas, dengan cek dan sekarang dengan kartu kredit. Di luar sejarah uang yang sangat menarik ini, saya mengamati, pasar adalah naluri manusia paling mendasar di berbagai negeri.
Seperti Ibn Khaldun sebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang selalu membutuhkan orang lain dalam mempertahankan kehidupannya, sehingga kehidupannya dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan sebuah keharusan. Dan pasar ini adalah salah satu bukti saling ketergantungan manusia tersebut, dan kemana pun kita pergi bila masuk pasar, barang yang dijual dan suasananya kurang lebih sama. Di pasar, sikap manusia sama, mau berkulit hitam, coklat, putih atau kuning.
Sungguh disayangkan bila ada segelintir manusia merasa lebih superior sampai tega membunuhi manusia lain. Dunia cukup luas untuk menampung isinya dan dalam waktu hidup manusia yang singkat ini tidak ada salahnya kan, saling mengenal kesamaan dan sekaligus keberagaman yang ada, melalui pasar misalnya. Selamat menikmati jepretannya, ya .... kebetulan sebagai penyuka jalan-jalan dan motret, pasar adalah salah satu yang suka kami blusuki dan potreti. Selamat berakhir minggu !! (ACJP)
Foto menarik para kampretos lain bisa dinikmati di sini.
[caption id="attachment_404883" align="aligncenter" width="513" caption="Pasar di Doha (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_404655" align="aligncenter" width="504" caption="Pasar di Doha (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_404656" align="aligncenter" width="483" caption="Pasar di Genoa (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_404657" align="aligncenter" width="491" caption="Pasar di Genoa, Italia (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_404658" align="aligncenter" width="505" caption="Pasar di Vaals, Belanda (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_404659" align="aligncenter" width="505" caption="Pasar segar di Vaals, Belanda (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_404660" align="aligncenter" width="502" caption="Kalau di Belanda ini nih yang dicari (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_404661" align="aligncenter" width="491" caption="Pasar di Stuttgart (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_404663" align="aligncenter" width="491" caption="di Stuttgart bisa beli rambutan juga (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_404664" align="aligncenter" width="504" caption="Lembang (dok pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H