Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

[KampretJebul4] Pasar dan Manusia Berbagai Negeri

22 Maret 2015   17:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:17 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_404662" align="aligncenter" width="488" caption="Tutut di pasar apung Lembang (dok pribadi)"][/caption]

[caption id="attachment_404665" align="aligncenter" width="490" caption="Pasar apung Lembang (dok pribadi)"]

14270203171350638556
14270203171350638556
[/caption]

Bukan hanya di abad pertengahan saja pasar merupakan pusat kegiatan manusia, saat ini pun pasar atau mal adalah tempat manusia berkumpul. Walaupun dalam perkembangannya, sekarang ini muncul beragam jenis pasar tidak lagi sama dengan pasar tradisional, ada pasar modern atau mal, pasar bursa bahkan pasar modal. Tapi prinsipnya adalah sama barter dan jual beli.

Ketika manusia belum menggunakan uang sebagai alat untuk jual beli, manusia memulai jual beli dengan barter. Ikan ditukar dengan beras, palawija ditukar dengan telur dll, di abad ke-6 SM konon manusia mulai mengenal apa yang disebut "uang netral" karena barter barang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan.

Sampai saat ini pun "uang netral", dimana nilainya diakui masyarakat setempat masih berlaku lho, seperti di Pulau Neuirland atau New Ireland di Papua Neuginea misalnya, tukar menukar dengan kerang hingga kini masih dilakukan dan diakui tentu saja, di samping mata uang yang resmi berlaku.

Lalu dimulai abad ke-7 SM, barulah manusia mengenal koin uang untuk pertama kalinya di daerah Turki di bawah Raja Kroisos. Dan abad ke-10 M di Cina dimulailah penggunaan uang kertas, dikarenakan uang koin logam bila banyak menjadi berat. Dan sejarah menyebutkan juga bahwa kemudian dimungkinkan juga jual beli dengan emas, dengan cek dan sekarang dengan kartu kredit. Di luar sejarah uang yang sangat menarik ini, saya mengamati, pasar adalah naluri manusia paling mendasar di berbagai negeri.

Seperti Ibn Khaldun sebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang selalu membutuhkan orang lain dalam mempertahankan kehidupannya, sehingga kehidupannya dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan sebuah keharusan. Dan pasar ini adalah salah satu bukti saling ketergantungan manusia tersebut, dan kemana pun kita pergi bila masuk pasar, barang yang dijual dan suasananya kurang lebih sama. Di pasar, sikap manusia sama, mau berkulit hitam, coklat, putih atau kuning.

Sungguh disayangkan bila ada segelintir manusia merasa lebih superior sampai tega membunuhi manusia lain. Dunia cukup luas untuk menampung isinya dan dalam waktu hidup manusia yang singkat ini tidak ada salahnya kan, saling mengenal kesamaan dan sekaligus keberagaman yang ada, melalui pasar misalnya. Selamat menikmati jepretannya, ya .... kebetulan sebagai penyuka jalan-jalan dan motret, pasar adalah salah satu yang suka kami blusuki dan potreti. Selamat berakhir minggu !! (ACJP)

Foto menarik para kampretos lain bisa dinikmati di sini.

[caption id="attachment_404883" align="aligncenter" width="513" caption="Pasar di Doha (dok pribadi)"]

1427096196510577767
1427096196510577767
[/caption]

[caption id="attachment_404655" align="aligncenter" width="504" caption="Pasar di Doha (dok pribadi)"]

1427018902967586921
1427018902967586921
[/caption]

[caption id="attachment_404656" align="aligncenter" width="483" caption="Pasar di Genoa (dok pribadi)"]

14270192831475189035
14270192831475189035
[/caption]

[caption id="attachment_404657" align="aligncenter" width="491" caption="Pasar di Genoa, Italia (dok pribadi)"]

1427019469904947272
1427019469904947272
[/caption]

[caption id="attachment_404658" align="aligncenter" width="505" caption="Pasar di Vaals, Belanda (dok pribadi)"]

14270195351989910675
14270195351989910675
[/caption]

[caption id="attachment_404659" align="aligncenter" width="505" caption="Pasar segar di Vaals, Belanda (dok pribadi)"]

14270196501703906371
14270196501703906371
[/caption]

[caption id="attachment_404660" align="aligncenter" width="502" caption="Kalau di Belanda ini nih yang dicari (dok pribadi)"]

14270196831650176859
14270196831650176859
[/caption]

[caption id="attachment_404661" align="aligncenter" width="491" caption="Pasar di Stuttgart (dok pribadi)"]

1427019743617836980
1427019743617836980
[/caption]

[caption id="attachment_404663" align="aligncenter" width="491" caption="di Stuttgart bisa beli rambutan juga (dok pribadi)"]

1427019945287008205
1427019945287008205
[/caption]

[caption id="attachment_404664" align="aligncenter" width="504" caption="Lembang (dok pribadi)"]

1427020229983335549
1427020229983335549
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun