Matahari semakin rajin bersinar di Jerman. Udara yang menghangat pun membuat tanaman dan pohon yang tadinya tak berdaun mulai bersemi, berbunga dan sekarang berbuah. Apel, cherry, buah pir mulai menampilkan buah mudanya, nah saat ini sedang musim strawberry dan asparagus.
[caption id="attachment_339735" align="aligncenter" width="555" caption="Pertanian di Jerman (dok pribadi)"][/caption]
[caption id="attachment_339732" align="aligncenter" width="557" caption="Lahan pertanian anggur dan apel di Jerman (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_339733" align="aligncenter" width="545" caption="apel muda (dok pribadi)"]
Strawberry dan asparagus Jerman ini karena sedang musimnya, jadi banyak dijual di pasar maupun supermarket dan laku pula dibeli konsumen lokal dengan harga bersaing. Cinta produk lokal memang tidak cukup hanya berangkat dari rasa nasionalisme tinggi atau kesadaran lingkungan yang kuat, namun butuh dukungan kualitas produk yang baik dan bisa dipercaya dari produk lokal tersebut. Hal ini bisa saya buktikan sendiri, strawberry dan asparagus Jerman lebih baik kualitasnya dari produk impor dari Spanyol. Strawberry jenis Lambada apalagi hmmmm ... manis dan nyus lembut di lidah .... Asparagusnya juga manis dan bila dimakan dengan sauce Hollandaise, hmmmm enak sekali.
[caption id="attachment_339740" align="aligncenter" width="408" caption="Strawberry yang segar manis alami (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_339731" align="aligncenter" width="555" caption="Strawberry yang baru dipetik hmmm (dokumen pribadi)"]
[caption id="attachment_339736" align="aligncenter" width="560" caption="Asparagus Jerman yang sudah masuk piring (dok pribadi)"]
Tidak hanya di Indonesia, Jerman pun sangat dibanjiri sayuran dan buah-buahan impor. Impor buah dan sayuran dari berbagai negara terutama Spanyol, Belanda dan Brasil bisa dilihat di pasar segar mereka. Segala macam jenis buah-buahan dan sayur-sayuran bisa dibeli di Jerman, mulai dari yang paling eksotik sampai yang paling khas dari lokal.
[caption id="attachment_339737" align="aligncenter" width="512" caption="Rambutan pun ada (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_339738" align="aligncenter" width="512" caption="dok pribadi"]
[caption id="attachment_339739" align="aligncenter" width="512" caption="Kleinmarkthalle di Stuttgart (dok pribadi)"]
Seperti pasar-pasar di Bandung dan Jakarta, pasar segar Jerman menjual segala jenis sayuran segar, bunga-bunga, telur, madu, makanan panas, bahkan tas-tas kerajinan tangan pun ada yang menjualnya di sana. Saya sangat menyukai pasar segar, walaupun harga-harganya terkadang lebih mahal dari supermarket diskon, namun tempat barter ekonomi paling tua umurnya ini, bagi saya memiliki nilai kemanusiaan yang lain. Ada kontak antar manusia, saling ngobrol, saling menyapa dan paling utama adalah sambil menjemur diri, menikmati matahari, membuat tulang belulang tubuh tidak lekas renta karena osteoporosis.
Jerman bukan hanya negara industri yang kuat, tapi memiliki pertanian yang baik. 47% dari seluruh luas Jerman merupakan lahan pertanian, hal ini cukup membuktikan bahwa pertanian sangat diperhatikan di Jerman, tidak hanya industrinya. Kalau kita di Indonesia mengenal beragam jenis beras, maka di Jerman pun memiliki beragam jenis kentang, ada kentang Annabelle, Agata, Nicola dll ... lucu ya semua nama wanita.
Bila jalan-jalan ke Jerman, sempatkan masuk ke pasar segarnya deh. Di setiap kota di Jerman pada hari-hari tertentu membuka alun-alunnya untuk pasar segar, atau kalau di kota-kota besar seperti Frankfurt, Stuttgart, München mereka memiliki Kleinmarkthalle atau pasar segar dalam gedung, yang buka setiap hari (kecuali Minggu). Tentu tidak akan ditemukan bubur ayam atau lontong sayur, tapi suasana pasar Jerman dan suasana pasar segar di BSD tidak jauh berbeda. Tampaknya kebutuhan dan naluri manusia memang pada dasarnya mirip ya. (ACJP)