Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ada Atlas Energi, Atlas Kebahagiaan dan Ada Atlas Belajar di Jerman

17 Juli 2014   00:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:07 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang Jerman memang hobi banget membuat atlas, ada Atlas Energi untuk melihat di mana sumber energi tertentu berada, ada Atlas Kebahagiaan patokan tempat paling membahagiakan, dan ada juga Atlas Belajar atau Lernatlas. Terutama Atlas Belajar ini saya lihat bernilai positif dalam pendidikan, karena menjadi barometer perbaikan mutu pendidikan yang tentu saja bisa dipertanggungjawabkan karena berdasarkan survey dan studi panjang.

[caption id="attachment_348067" align="aligncenter" width="641" caption="Perpustakaan kota di Stuttgart (dok pribadi)"][/caption]

[caption id="attachment_348071" align="aligncenter" width="626" caption="Buku berlimpah di Perpustakaan Kota Stuttgart (dok pribadi)"]

1405495967638428690
1405495967638428690
[/caption]

Atlas Belajar atau Lernatlas ini gunanya untuk melihat sejauh mana sebuah kota, negara bagian berhasil menstimulasi warganya untuk belajar dan mampu menciptakan suasana kondusif agar warganya terus mau belajar dan meningkatkan kualitas diri.

Jadi cakupan Atlas Belajar ini tidak hanya melihat fasilitas sekolah, tapi juga fasilitas kota, fasilitas tempat kerja, museum, perpustakaan dan semua fasilitas yang membuat warganya bergairah untuk melek dan semakin pintar. Suasana kondusif untuk belajar membutuhkan kondisi dan syarat tertentu.

Nah ... yang melakukan studi dan mengkaji ini adalah sebuah yayasan Bertelsmann. Yayasan ini telah mengkaji tentang kondisi yang menunjang belajar ini di 412 daerah dan kota di Jerman .... luarbiasa ya. Pengkajian yayasan ini, meliputi fasilitas dan kondisi yang menunjang belajar dalam 4 area:

1. Fasilitas dan kondisi belajar dalam pendidikan formal,

2. Kondisi belajar untuk meningkatkan kompetensi dalam pekerjaan,

3. Kondisi belajar untuk meningkatkan hubungan sosial dan

4. Kondisi belajar untuk meningkatkan kemampuan diri sendiri.

Saya setuju bahwa keempat area ini mendukung kondisi tempat belajar yang kondusif. Seperti motto bahwa belajar tidak ada hentinya dan tidak hanya di bangku sekolah, selesai sekolah pun bukan artinya kita berhenti belajar kan.

Hasil pengkajian 4 fasilitas dan kondisi itu kemudian dirangkum dalam Atlas Belajar. Mari kita lihat satu per satu,

1. Schulisches Lernen atau kondisi belajar dalam pendidikan formal, untuk kriteria ini yang menjadi perhatian adalah fasilitas dan infrastruktur yang menunjang kesuksesan proses belajar di dalam pendidikan formal.

2. Berufliches Lernen atau kondisi belajar untuk keahlian, yang dilihat adalah fasilitas pendidikan lanjutan untuk melengkapi keahlian dan perbaikan kompetensi dalam pekerjaan.

3. Soziales Lernen atau kondisi belajar untuk kebutuhan sosial atau masyarakat, yang dilihat adalah adanya perkumpulan sosial atau politik di daerah tersebut yang saling perduli.

4. Persönliches Lernen atau kondisi belajar untuk meningkatkan kemampuan pribadi, seperti fasilitas perpustakaan kota, museum, teater, konser, kursus-kursus dll.

[caption id="attachment_348072" align="aligncenter" width="575" caption="Atlas Belajar Jerman (dok http://www.energieatlas.bayern.de/energieatlas.html dan http://www.t-online.de/eltern/schulkind/id_51633176/tid_da/-.html)"]

1405496057395289632
1405496057395289632
[/caption]

Dari atlas ini bisa dilihat ada kesenjangan antara Utara dan Selatan Jerman dalam hal kondisi untuk belajar ini. Kota-kota di negara bagian Selatan seperti Bayern, Baden Württemberg dan Sachsen masih mendominasi sebagai daerah dengan fasilitas optimal untuk belajar. Untuk kota besar München menempati tempat paling atas.

Atlas belajar ini bisa jadi barometer bagi para pembuat keputusan di sektor Pendidikan dan para eksekutif kota atau provinsi (dalam hal ini di Jerman negara bagian), untuk dapat melihat infrastruktur mana saja harus ditingkatkan mutunya, bukan hanya membangun Mal dan Mal.

Setiap anak, setiap dari kita adalah unik, memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak ada satu orang pun lebih baik dari yang lain. Predikat ter- hanya terpusat di satu orang saya kira hanya ada di negeri dongeng. Apalagi sebuah kehidupan yang utuh itu membutuhkan semua manusia di semua aspek kehidupan untuk bisa saling bekerja sama demi kenyamanan dan kelangsungan hidup bersama yang aman dan tentram.

Saya yakin bila sebuah Atlas Belajar seperti ini dilakukan dengan benar di Indonesia, maka barometer perbaikan sistem pendidikan di Indonesia akan lebih mengena sasaran dan sampai pada akarnya. (ACJP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun