[caption id="attachment_348842" align="aligncenter" width="494" caption="dok pribadi"][/caption]
Hans Christian Andersen pernah berkata :" Just living is not enough. One must have sunshine, freedom and a little flower." Kalau mengingat ini, saya hanya bisa mengamini, hidup terlalu menyesakkan bila hanya dipenuhi aturan, standar dan kewajiban, manusia juga membutuhkan sesuatu yang menyenangkan, kebebasan dan keindahan, supaya dalam menjalani aturan, standar dan kewajiban pun akan terasa ringan dan menyenangkan
[caption id="attachment_348835" align="aligncenter" width="291" caption="Pawai Anak (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_348844" align="aligncenter" width="339" caption="dok pribadi"]
[caption id="attachment_348847" align="aligncenter" width="296" caption="ups sepatunya kemasukkan batu (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_348848" align="aligncenter" width="350" caption="jago ya ... (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_348849" align="aligncenter" width="368" caption="dok pribadi"]
[caption id="attachment_348839" align="aligncenter" width="509" caption="Warna warni kostum yang cantik (dok pribadi)"]
Nah, tadi siang saya menyaksikan this little flower, indahnya bunga kehidupan, berupa tradisi orang Jerman merayakan Pesta Kelinci Danau (itu kalau diterjemahkan), orang Jerman sendiri menamakannya Seehasenfest.
Pesta kelinci danau ini sudah dilakukan sejak tahun 1949, tujuan awalnya untuk menghibur anak-anak dari trauma Perang Dunia ke-2. Awalnya sih karena kas kota kosong karena baru perang, orang Jerman merayakannya modal dengkul saja, serba sukarela .... yang menjadi Seehase atau Kelinci Danau (danau karena kota ini di pinggir danau letaknya) pun ya sukarela, yang penting anak-anak merasa terhibur dengan adanya Kelinci Danau ini.
Yang menjadi Kelinci biasanya laki-laki dewasa yang berkostum kelinci (uih ... tak terbayang berkostum bulu di suhu hampir 30°C siang tadi), mereka melakukan pawai, pasar permainan, atraksi hiburan seperti di Dunia Fantasi. Seruuuu sekali, kota kecil yang tadinya hanya berpenduduk 50.000 orang ini ... wah tampak padat sekali, tua muda dan anak-anak. Apalagi pesta ini dilakukan di akhir ajaran sekolah, jadilah tradisi pesta anak yang seru.
Jerman memang tidak hanya jagoan main sepak bola tapi mereka juga sangat menghormati dan menjaga tradisi. Kerja sama solid tidak hanya mereka tunjukkan dalam Pertandingan Sepak Bola Dunia yang baru saja berlalu tapi bisa terlihat dalam pawai pesta kota ini, banyak pihak terlihat terlibat untuk kesuksesan pesta anak ini, pawainya sendiri diikuti oleh anak-anak dan guru mereka dari berbagai SD sampai SMA. Semoga kesolidan pun kita miliki menjelang pengumuman dari KPU. Apa pun keputusan Pilpres, kita harus hargai. Nah ... silakan deh menikmati hasil jepretannya, ya. (ACJP)
[caption id="attachment_348832" align="aligncenter" width="454" caption="Pawai di mana pun selalu diawali oleh mobil polisi (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_348834" align="aligncenter" width="449" caption="Muncullah pawai anak-anak dari berbagai sekolah dengan berbagai kostum (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_348837" align="aligncenter" width="350" caption="Penonton asyik nonton di pinggir jalan (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_348838" align="aligncenter" width="454" caption="Tua muda tidak mau ketinggalan (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_348850" align="aligncenter" width="401" caption="Asyiiikk ... dibagi apel juga (dok pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H