Namun, menurut berita, karena pelabuhan trayek ini intensitasnya bertambah, pemerintah Denmark telah mengoptimalkan lagi manajemen pelabuhan dengan menambah jalur supaya tidak ada kemacetan dan 2 ferry dengan kapasitas dua kali lipat, dari yang sudah ada. Investasinya kurang lebih 300 juta Krone Denmark (kurang lebih 0,6 Triliun Rupiah).
Pengalaman lainnya, adalah pelabuhan di dalam Jerman dan di dalam Denmark. Yang di Jerman, kapasitas ferrynya tidak sebesar dari Gedser ke Rostock, hanya 700 penumpang, 50 mobil dan 9 truk. Dermaga pelabuhan juga hanya dua yang pergi dan yang masuk.
Arus keberangkatan hampir setiap 20 menit dan sangat lancar. Di salah satu pelabuhan ferry di Jerman ini, petugas lapangan ada 3 orang di luar dan 2 orang di dalam kapal. Tidak akan deh kebingungan karena petunjuk dan informasi waktu keberangkatan juga terpampang jelas dan besar. Kondisi pelabuhan di dalam Denmark juga tidak jauh dari Jerman, jelas, lancar dan waktu tunggu tidak lama.
[caption id="attachment_376077" align="aligncenter" width="594" caption="Mulai merapat ke Pelabuhan Rostock (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_376063" align="aligncenter" width="630" caption="Ferry Shubuh mulai meninggalkan dermaga di pelabuhan Jerman (dok pribadi)"]
Tol Laut Indonesia
Manajemen pelabuhan di Indonesia sebaliknya masih butuh optimasi di sana sini contoh pelabuhan ferry tersibuk di Indonesia, dari Pulau Jawa ke Sumatra dan sebaliknya. Yang pernah saya alami pada tahun 2011 saat liburan sekolah anak-anak (bukan lebaran), sangat tidak menyenangkan, sungguh tidak terbayangkan kondisinya saat lebaran.
Tahun 2011 saat penyebrangan dari Pulau Jawa ke Sumatra itu, kami menunggu sampai mobil masuk ke perut kapal ferry saja hampir 5 jam. Padahal penyebrangannya sendiri dari Merak-Bakauheninya bersih hanya memakan waktu kurang lebih 2 jam, lalu untuk merapat ke dermaga pun kapal ferry yang kami tumpangi harus menunggu lagi hampir 1 jam karena antri.
Menurut ini, dermaga yang ada di Pelabuhan Merak ada 5 dan per harinya mengoperasikan 28-29 ferry dengan kapasitas kapal ferrynya 1000 penumpang, 309 mobil, dan 62 truk. Per hari itu, penumpang yang diangkut dalam kondisi normal (bukan liburan sekolah atau lebaran) rata-rata 3500 penumpang, 1.600 mobil, 230 bus, 2700 truk dan 650 motor. Saat libur sekolah kenaikan jumlah penumpang dan kendaraan bisa sampai 5% dan saat lebaran tentu lebih lagi.
Pemerintah SBY tadinya mempertimbangkan alternatif lain untuk menyebrangkan penumpang dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatra pp ini dengan membangun Jembatan Selat Sunda, gagasan ini bahkan sudah dicetuskan sejak tahun 1960 hampir 55 tahun y.l. oleh seorang guru besar ITB, Prof Sedyatmo. Waktu pembangunan jembatan ini 10 tahun lamanya dengan biaya 225 triliun rupiah.