[caption id="attachment_386362" align="aligncenter" width="594" caption="Rothenburg ob der Tauber (dok pribadi)"][/caption]
Sungguh bukan hal biasa membaca menu makanan terpajang di depan restoran di Jerman bertuliskan Kanji, Hiragana atau Katakana, tapi di kota Rothenburg ob der Tauber ini, huruf-huruf Jepang cukup menyolok terbaca di banyak sudut kota. Dan tentu saja banyak turis Jepang pun terlihat dalam rombongan besar. Tidak sulit untuk membedakan turis Asia lain dari turis Jepang selain bahasanya, langkah-langkah kecil dan cepat mengikuti arahan pemandu wisata dengan kamera di tangan dalam rombongan yang panjang, sangat khas dari turis Jepang.
[caption id="attachment_386363" align="aligncenter" width="594" caption="Rombongan turis Jepang (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_386364" align="aligncenter" width="601" caption="Rombongan turis Jepang lagi (dok pribadi)"]
Tentang kota ini, baru-baru saja saya dengar dari kawan baik saya orang Jepang. Ia lah yang bercerita bahwa ia sering sekali membawa teman dan saudaranya dari Jepang mengunjungi kota Rothenburg o.d.T. ini. Menurutnya, di buku wisata Jepang, wisata ke kota Rothenburg o.d.T. selalu tercantum sebagai kota yang tidak boleh dilewatkan bila berkunjung ke Jerman. Bagi orang Jepang, Rothenburg o.d.T. adalah kota bersejarah, konservasi kota Jerman di Abad Pertengahan.
Saya awalnya cukup heran, bila mendengar Berlin, Köln, München, Heidelberg menyedot turis, mungkin saya bisa mengerti, tapi Rothenburg o.d.T. hmmmmm .... namanya saja baru saya dengar. Dan yang saya tahu sebelumnya kota Düsseldorf lah kotanya orang Jepang di Jerman, karena banyak orang Jepang yang bekerja di sana. Ehhh ... ternyata turis dari Jepang sih lain lagi minatnya.
Karena penasaran, saya mencari informasi tentang kota Rothenburg o.d.T. ini ..... wiiii ternyata memang bersejarah. Kota Rothenburg ini adalah salah satu kota di Jerman yang cukup utuh sejak abad ke-12, karena tidak terlalu banyak rusak oleh perang, padahal kekalahan perang di Abad Pertengahan selalu diakhiri dengan pembakaran kota.
Nah ... konon ketika Rothenburg kalah perang dalam perang 30 tahun tahun 1600-an, kepala desanya menang dalam taruhan minum lawan musuhnya sehingga kota Rothenburg tidak dibakar. Ditambah epidemi pes dan kemiskinan setelah perang, membuat Rothenburg ob der Tauber seperti tidak bergerak dengan waktu, terkonservasi di Abad Pertengahan.
Itulah daya tarik Rothenburg bagi turis dari Jepang, seperti melihat Jerman di Abad Pertengahan. Setiap tahun hampir 100.000 - 200.000 turis dari Jepang datang ke Rothenburg. Jadi bisa dimengerti bagi penduduk Rothenburg pun turis Jepang sangat penting, sehingga mulai dari menu makanan di restoran, petunjuk, nama toko ada huruf Jepangnya bahkan galeri orang Jepang pun ada di sana.
[caption id="attachment_386366" align="aligncenter" width="490" caption="dok pribadi"]
[caption id="attachment_386367" align="aligncenter" width="495" caption="dok pribadi"]
[caption id="attachment_386368" align="aligncenter" width="594" caption="dok pribadi"]
[caption id="attachment_386369" align="aligncenter" width="455" caption="dok pribadi"]
Pada akhir kunjungan kami di Rothenburg minggu lalu, saya setuju dengan turis Jepang, Rothenburg memang menarik untuk dikunjungi, karena keotentikannya sebagai kota Abad Pertengahan Jerman. Jalan berbatu, bangunan-bangunan yang dibangun mulai abad ke-12, benteng kota yang utuh mengelilingi kota, selain itu karena keutuhannya ini kota Rothenburg sering dijadikan untuk kulise atau lokasi shooting pembuatan film, bahkan film Harry Potter pun ada yang dibuat di sana. Menarik ya .... (ACJP)
[caption id="attachment_386370" align="aligncenter" width="594" caption="dok pribadi"]
[caption id="attachment_386371" align="aligncenter" width="594" caption="dok pribadi"]
[caption id="attachment_386372" align="aligncenter" width="594" caption="dok pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H