Mohon tunggu...
Husna Kusuma Wardani
Husna Kusuma Wardani Mohon Tunggu... Programmer - kolom ini wajib diisi tapi saya tidak mau dan inilah hasilnya

Melihat, menganalisa, beropini dan membagikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nadin Amizah, Gadis yang Bermimpi Menjadi Penyair dengan Opini terhadap Kemiskinan

21 Januari 2021   02:00 Diperbarui: 21 Januari 2021   02:04 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nadin Amizah. Dia adalah penyanyi kelahiran 2000 yang sedang bercita-cita menjadi penyair. Lagu-lagunya sedih, realistis dibalut nuansa puitis. Gadis dengan gigi gingsul ini mengaku, jika ia tidak terkena mental illness mungkin sekarang dia tidak akan menjadi penyanyi. Karirnya di industri musik Indonesia semakin melejit setelah ia mengeluarkan album di hari ulang tahunnya yang berjudul 'Selamat Ulang Tahun'. 

"Ku sudah tahu dari awal, mencintai bukan perkara kebal. Jauh dari kata mudah dan asal, kupelajari sedari kecil." 

Itulah sepenggal lirik dari lagu Nadin yang berjudul Taruh. Judul lagu ini diambil dari kata dasar bertaruh. Yaitu tentang bagaimana harapan seorang gadis kecil pada cinta masa mudanya. Meski gadis tersebut hadir di dalam lingkungan orang-orang yang gagal akan kisah cinta, tetapi harapan itu selalu muncul, walau seperti bertaruh pada takdir.

Nadin kini diperbincangkan oleh khalayak ramai dikarenakan pembicaraannya dengan Deddy Corbuzier di channel youtube-nya. Nadin memiliki sebuah opini jika seseorang akan lebih mudah berbagi kepada sesama dalam kondisi berada atau kaya dibandingkan orang tersebut sedang dalam kondisi miskin. Menurut Nadin sendiri, dikutip dari ucapannya pada podcast tersebut, "dan saat kita miskin, rasa benci kita pada dunia itu sudah terlalu besar sampai kita nggak punya waktu untuk baik sama orang lain lagi."

Pernyataan Nadin tersebut memecahkan dua kubu dalam masyarakat. Kubu pertama adalah penentang, yang berasumsi bahwa untuk berbuat kebaikan, tidak perlu menunggu kondisi berkecukupan. Tidak ada alasan untuk berbagi serta berbuat kebajikan, maka orang-orang yang berada pada kubu ini menentang dengan pendapat bahwa Nadin sedang meremehkan kelapangan hati orang-orang kurang mampu. 

Kubu kedua sendiri merupakan orang-orang yang menyetujui opini Nadin, bahwa ada fakta dalam ucapannya. Ketika orang-orang sudah berkecukupan secara finansial, mereka tentu dapat leluasa memikirkan hal-hal lain yang mungkin saja tidak terpikirkan ketika tengah berjuang menuju titik aman kestabilan ekonomi.

"Tidak semua orang miskin seperti itu," tegas Nadin di akhir pernyataannya yang dibalas anggukan mantap oleh Dedy Corbuzier. Sayangnya, masyarakat lebih fokus pada opini Nadin perihal bagaimana cara si miskin memandang dunia. Nadin pun sempat beberapa kali beradu argumen dengan warganet lewat akun twitternya yang ia beri nama @rahasiabulan. Pada akhirnya, Nadin mengalah. Mungkin gadis kelahiran Bandung tersebut menyerah dan akhirnya memberikan ruang pada warganet untuk menghujatnya.

Tak hanya pada akun twitter-nya saja, Nadin juga mengunggah permintaan maaf sekaligus klarifikasi pada akun instagram-nya. "I did mistake. A big mistake," ujar Nadin pada video yang ia unggah tersebut. "Aku malu bukan hanya karena opiniku yang multitafsir, tapi aku juga sudah menyakiti hati banyak orang dengan pernyataanku tersebut," lanjut gadis berusia dua puluh tahun itu. Beberapa artis meninggalkan komentar untuk menyemangati, salah satunya adalah komentar dari Deddy Corbuzier. 

Sumber: www.instagram.com/mastercorbuzier
Sumber: www.instagram.com/mastercorbuzier
Sampai hari ini terhitung sudah 1,7 juta kali video podcast tersebut telah ditonton di channel Deddy Corbuzier. Cara pandang Nadin Amizah bersama Deddy telah menyebar luas dan terus bertambah. Sebagai pembelajaran untuk Nadin dalam pemilihan kata secara lisan, karena sebagai penyair pun tak luput hanya melewati tulisan. Juga lisan akan cara penyampaian tulisan-tulisan yang telah dibuat. 

Klarifikasi selesai, semua orang paham maksud dari opini si penyair dan kasus sepertinya sudah ditutup. Seperti rahasia sebuah bulan yang tidak tahu isi di dalamnya, Nadin akan tetap menuangkan keresahan serta argumennya pada lirik lagu yangia ciptakan. Tetap terus berkarya, Nadin.

Bandung, 21 Januari 2020.

Husna Kusuma Wardani / kritiSatir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun