Gelar #PapaMintaSaham akan menjadi sangat cocok jika disandingkan dengan gelar #PapaMintaKontribusiReklamasi. Iya, baru-baru ini KATANYA, Ahok telah mendapat dukungan baru dari Partai Politik terbesar kedua saat ini yaitu Partai Golkar. Klaim itu disampaikan oleh Ahok sendiri di depan media. Di depan media, Ahok seakan sangat bangga mengumbar kedekatannya dengan KETUMBAR Golkar Setya Novanto.
Dukungan Golkar terhadap Ahok, banyak menimbulkan spekulasi di benak publik. Pasalnya, Setya Novanto merupakan kader Golkar kubu Abu Rizal Bakrie, kubu ini dikenal dengan kubu oposisi pemerintah yang dulu sangat bergabung dalam koalisi merah putih. Semudah itukah Idrus Marham, Abu Rizal Bakrie dan senior-senior Golkar lainnya takluk kepada Ahok, hanya gara-gara kedekatan Ahok dengan Setnov?.
Hemat saya, ini merupakan konspirasi besar-besaran yang dilancarkan oleh genk Istana untuk membantai habis-habisan partai Golkar. Konspirasi ini sangat terlihat ketika Jokowi terlihat lebih cenderung mendukung Ahok dalam kasus reklamasi. Sekalipun pihak pemerintah telah memoratorium sementara  reklamasi Teluk Jakarta, akan tetapi pihak pemerintah memastikan bahwa proyek tersebut akan dilanjutkan ketika proses hukum dan perizinannya sudah jelas dan selesai. Artinya, kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah tersebut menunjukkan adanya indikasi keberpihakan pemerintah terhadap Ahok.
Selanjutnya, melihat kedekatan Ahok dengan Setya Novanto, seakan dimanfaakan oleh orang-orang di PDIP. PDIP sengaja memanfaatkan Ahok untuk meminta dukungan kepada Golkar. Karena jika dukungan Golkar kepada Ahok berhasil, maka citra Ahok akan buruk karena sudah terintervensi oleh citra buruk Setya Novanto. Publik akan membenarkan bahwa Ahok memang pemimpin yang suka minta jatah. Hal ini sangat sejalan dengan maraknya isu yang beredar bahwa Ahok meminta kontribusi reklamasi terhadap pengembang reklamasi Teluk Jakarta. Kebiasaan minta jatah tersebut sangatlah cocok dengan Setya Novanto. Dimana ia dulu pernah terjerat kasus Papa Minta Saham.
Pertanyaannya, apa untungnya bagi PDIP memanfaatkan Ahok?. Hal ini merupakan agenda besar dan agenda jangka panjang. Golkar merupakan partai besar dan musuh bebuyutan PDIP. Setya Novanto telah disetting untuk mejadi Ketum Golkar, agar citra Golkar akan semakin buruk di mata Masyarakat. Dengan begitu, elektabilitas Golkar kian hari, akan semakin terpuruk. Situasi kedekatan Ahok dengan Setnov juga dimanfaatkan oleh PDIP, untuk menjegal Ahok di Pilgub DKI mendatang. Dan PDIP akan mengusung kader kesayangannya yakni Djarot Syaiful Hidayat.
Agenda PDIP selanjutnya adalah pilpres 2019 nanti. PDIP tidak akan memaafkan dosa Golkar yang sudah 30 tahun lebih memperlakukan PDIP menjadi Partai terpuruk. Selama Setya Novanto menjadi Ketua Umum Golkar, maka selama itu pula genk Istana terutama PDIP akan lebih leluasa membantai Golkar. Djarot akan menjadi Gubernur DKI dan Jokowi akan maju kembali menjadi Capres di Pilpres 2019. Misi ini akan berhasil jika Jokowi nanti suskses menjadi Presiden Kembali. PDIP akan menjadi raja partai Politik Indonesia. Saatnya PDIP membalaskan dendamnya kepada Golkar. Dan Golkar akan menjadi Partai terpuruk, bisa jadi Golkar akan menjadi Partai sekelas dengan Nasdem dan Hanura, yang merupakan anak kandungnya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H