Mohon tunggu...
rania ananda
rania ananda Mohon Tunggu... -

baik untukmu, baik untukku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Merah Darah 2014 di Papua

1 Mei 2014   22:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:58 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2014 sudah berjalan empat bulan, tetapi penembakan di Papua masih saja sering terjadi. Tidak terlepas sasaran pada para aparat keamanan tetapi masyrakat sipil setempat juga jadi korban. Situasi dan kondisi di bumi cendrawasih sampai pada peringatan sejarah Papua Barat menjadi bagain Indonesia belum bisa dikatakan kondusif. Mengapa? Karena OPM berjuang dengan darah.

Memang, pemberitaan selalu menyebutkan bahwa ORANG TAK DIKENAL melakukan penembakan. Siapapun sadar bahwa ORANG TAK DIKENAL itu adalah bagian dari OPM yang tidak pernah berharap Papua damai. OPM memperjuangan kemerdekaan dengan cara menumpakan darah di bumi cendrawasih, tak peduli masyrakat sipil sekalipun. Mari kita lihat catatan merah peristiwa penembakan di Papua 2014, sebagai berikut :


  • Pada 7 Januari 2014, tukang ojek M Halil tewas setelah timah panas bersarang di matanya. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 08.00 Wit, di Kampung Wuyuneri, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya.

  • Pada 9 Januari 2014, terjadi baku tembak di Tanggul Timur, Kali Kopi, Papua Barat antara pasukan gabungan TNI-Polri dengan pasukan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
  • Pada 7 Februari 2014, terjadi baku tembak dari pukul 10.30 sampai 11.30 WIT, di Puncak Jaya. Dari Polri dan TNI atau masyarakat tidak terdapat korban jiwa. Rumah masyarakat dibakar habis.
  • Pada 16 April 2014, sekitar pukul 13.00 WIT, Hery (20) pedagang Pasar Skouw, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, wilayah yang berbatasan langsung dengan PNG, terkena tembakan di lengan kirinya.
  • Pada 17 April 2014, sekitar pukul 05.30 WIT terdapat beberapa orang Kelompok Kriminal Bersenjata yang melakukan penembakan ke arah pos keamanan di batas RI-PNG.
  • Pada 25 April 2014, sekitar jam 15.30 WIT. Sertu Rahman Hakim tewas ditembak kelompok bersenjata di Mulia, Ibu Kota Kabupaten Puncak Jaya.

Hingga 1 Mei 2014, di saat masyarakat Indonesia harusnya memperingati Papua menjadi bagian dari Indonesia, catatan merah ini membuat hati ini berkobar-kobar. Bukan tidak mungkin, harapan untuk damai di Papua tetap ada. Tetapi kalau kelompok bersenjata masih ada, dan OPM masih melatarbelakangi kekerasan di tanah terjanji ini, maka damai akan berat untuk diraih.

Sudah banyak perjuangan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup di Papua. Kalau boleh membandingkan dengan daerah lain di Indonesia, Papua mendapat nilai dan perhatian lebih. Tidak hanya dari dalam negeri, dari dunia internasional, Papua mempunyai daya tarik tersendiri. Keberagaman Indonesia, dimana Papua menjadi bagian didalamnya seharusnya disadari sebagai modal utama untuk berkembang dan maju.

Memang pada pemerintahan yang lampau, pemerintah telah melakukan kebijakan yang kurang menyenangkan bagi sebagian masyarakat Papua. Tetapi itu sudah masa lalu. Kini, di masa demokrasi dijunjung tinggi, perubahan telah dilakukan dan Papua mendapat prioritas utama. Sangat bersyukur sekali, sebagian masyarakat Papua menyadari hal tersebut dan ikut serta membangun Indonesia lewat Papua. Memanfaatkan kesempatan yang diberikan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan potensi di alam Papua dengan sesuatu yang membangun.

Semoga sebagian masyarakat Papua yang baik ini dapat memberi pengaruh pada saudara Papua yang terjebak dalam mindset kekerasan. Tidak ada lagi penembakan. Tidak ada lagi berjuang dengan senjata. Tidak ada lagi darah yang tertumpah sia-sia. Tidak ada lagi kontak senjata. Tidak ada lagi pemberontakan. Karena Papua butuh semua masyarakat Papua untuk maju menjadi tanah terjanji di bumi cendrawasih. Semoga Tuhan Berkenan.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun