Mohon tunggu...
Kris Widianto
Kris Widianto Mohon Tunggu... -

Alumni Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Angkatan 2009 | Saat ini bekerja di PT ASTRA HONDA MOTOR

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Si Anomali Bisnis Itu Bernama Kuliner

12 Januari 2016   22:13 Diperbarui: 1 Mei 2018   10:51 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Layanan adalah memenuhi harapan konsumen dan jika mungkin melebihinya untuk mencapai kepuasan dan loyalitas konsumen 

Quote diatas sering kali muncul di buku-buku, pelatihan-pelatihan maupun referensi-referensi yang berkaitan dengan pelayanan. Bahwa pelayanan terbagi menjadi 4P, yakni Product, People, Process dan Place. Keempatnya dituntut untuk sempurna dan sesuai dengan keinginan konsumen. Perusahaan besar berlomba untuk mendapatkan hati konsumen agar memilih produk mereka.

Beragam upaya dilakukan, mulai dari kualitas produk yang ditingkatkan, proses pembelian produk yang mudah, showroom atau gerai penjualan yang nyaman serta tak kalah penting yakni bagaimana perusahaan menyiapkan orang-orang terbaiknya untuk membantu konsumen memilih produk yang sesuai dengan kebutuhannya.

Di jaman modern saat ini, dimana konsumen menjadi semakin menuntut (more demand), semakin ingin dimanusiakan (more human) dan semakin terhubung (more connected) akan sangat janggal bila ada pelaku usaha yang masih mengabaikan pelayanan terhadap 4P tadi, atau hanya sekedar fokus pada salah satunya saja.

Bisa-bisa jika pelaku usaha tidak aware terhadap kebutuhan konsumen, komplain lah yang datang. Ketika semakin banyak komplain yang datang, bisnis tidak akan jalan. Namun kadang bisnis itu memiliki selera humor sendiri. Tak selamanya ketika pelaku usaha tidak menerapkan pelayanan kepada 4P-nya, konsumen akan pergi.

Kita ambil contoh dari gambar diatas. Gambar diatas adalah salah satu Warung Soto Madura di Bilangan Jakarta Pusat. Bagaimana menurut anda jika dianalisa dari sisi place? Apakah sesuai dengan ekspektasi konsumen? Disaat konsumen menilai sesuatu dimulai dari tampilan awal, warung diatas justru mengambil image sebagai warung makan kelas bawah.

Ketika masuk ke bagian dalam warung tersebut pun, agak sulit rasanya untuk dikatakan nyaman. Hanya 3 buah meja dan beberapa kursi panjang menjadi tempat dimakan konsumen makan. Kurangnya pencahayaan juga menimbulkan kesan gelap. Kebersihan? Well, tidak bisa dikatakan sempurna.

Namun ada satu hal yang cukup menarik ketika masuk di dalamnya. Ternyata konsumen yang datang justru bukan dari masyarakat kelas bawah! Justru konsumen dengan tampilan masa kini, dan terlihat dari kalangan menengah keataslah yang mampir dan makan di tempat ini. Bahkan di warung tersebut terpampang foto sang pemilik warung dengan salah satu tokoh politik Indonesia yang sedang mampir makan di warung itu. Tak jarang konsumen pun datang dengan kendaraan mewahnya.

Lantas, apa rahasianya? Bagaimana mungkin orang-orang yang saya pikir seharusnya minimal makan di restoran justru sudi mampir di tempat ini.

Rahasianya adalah produk yang dijual di tempat ini. Sesuai namanya, warung ini menyajikan menu SOTO MADURA yang rasanya memang tidak perlu diragukan lagi. Bagi pecinta soto, tempat ini sangat direkomendasikan karena rasa sotonya yang nendang banget! Secara harga, memang tidak bisa dikatakan murah (menurut opini saya).

Untuk seporsi soto dan nasi bisa menyentuh angka Rp 30.000 dan menurut hemat saya, tentunya akan kurang diminati oleh konsumen dari kelas menengah kebawah. Siapa sangka, bahwa warung soto seperti ini memiliki target market dan positioning yang ditujukan bagi kalangan kelas menengah keatas.

Menurut saya, bisnis kuliner memang bisnis yang bisa dikatakan anomali. Sering sekali saya temui bahwa bisnis kuliner tak melulu harus memiliki tempat yang nyaman atau pelayanan yang lebay (Misalnya mengatakan "pilihan yang tepat sekali") namun kualitas dan cita rasa dari makanan itu sendiri yang akan terus diburu oleh para pecinta kuliner.

Terlebih konsumen saat ini mulai memiliki ideologi yang bergeser yakni semula menganut asas "mengeluarkan modal sekecil-kecilnya dan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya" menjadi "tak masalah mengeluarkan uang lebih asal yang saya dapatkan pantas dan sesuai".

Pada kasus warung soto madura, pelayanan hanya terfokus pada kualitas makanan yang disajikan. Dari sisi harga pun rasanya masih pantas. Justru dengan kondisi fisik dan bangunan seperti itu, warung soto madura ini membentuk image serta merk-nya sendiri. Justru warung seperti inilah yang menjadikannya unik dan terdiferensiasi dengan warung lain serta menjadi top of mind di benak konsumennya.

Well, ilmu bisnis memang bukan ilmu eksak yang serba pasti. Tak semua teori bisa menjamin kesukesan dari sebuah bisnis. Namun setidaknya bagi pelaku bisnis kuliner, ada satu hal yang bisa dipetik. Pastikan dulu kualitas dan citarasa dari makanan anda, maka konsumen akan berlomba untuk mencari anda.

Sukses untuk kita semua!

Sumber gambar : Dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun