Mohon tunggu...
Kristupa Saragih
Kristupa Saragih Mohon Tunggu... -

Mulai menulis sejak 1991 dan mulai memotret sejak 1992. Menimba ilmu di SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Mantan koresponden Majalah Hai, tahun 1992-2000. Mengabdikan ilmu dengan bekerja sebagai field engineer Schlumberger, sebuah perusahaan multinasional di bidang jasa perminyakan, dan ditempatkan di Vietnam dan Mesir. Sekarang berprofesi sebagai fotografer profesional. Mendirikan dan menjalankan situs komunitas fotografi Fotografer.net, yang terbesar di Asia Tenggara.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tiba di Frans Kaisiepo, Tapi Bagasi Entah Ke Mana - Petualangan ke Biak [4]

12 Desember 2009   21:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:58 1289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan melintasi zona waktu memang membuat terlelap. Mulai dari zona waktu WIB ketika berangkat dari Jogja dan Jakarta. Kemudian mampir sebentar di Makassar tatkala melintasi zona waktu WITA. Perjalanan sekitar 6 jam bersama GA 650 akhirnya membawa saya tiba di Biak, Papua pada dini hari Minggu, 20 September 2009 pada Hari Raya Idul Fitri. Kantuk masih membungkus tatkala penyelia kabin (purser) di pesawat udara Garuda Indonesia PK-GZN GA 650 Jakarta-Biak-Jayapura via Makassar membangunkan para penumpang. Boeing 737-400 Garuda itu hanya menyisakan sepertiga penumpang saja. Sebagian besar penumpang sudah turun di Makassar. [caption id="attachment_37188" align="aligncenter" width="499" caption="Boeing 737-400 Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 650 berkode registrasi PK-GZN di apron Bandara Frans Kaisiepo, Biak pada Minggu dinihari (20/9). Pesawat jurusan Jakarta-Jayapura via Makassar dan Jayapura ini berhenti sejenak di Biak untuk menurunkan dan menaikkan penumpang serta mengisi bahan bakar. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Jarum jam menunjukkan angka 5:15 dini hari WIT (Waktu Indonesia Tengah). Atau pukul 3:15 dinihari WIB, karena WIT 2 jam lebih awal. Burung besi menjejakkan roda-rodanya di Bandara Frans Kaisiepo tepat waktu. Landas pacu (runway) Bandara Frans Kaisiepo (BIK) sepanjang 11.715 kaki atau 3.571 meter ini cukup didarati oleh pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747-400. Pada periode tahun 1996-1998 bandara ini pernah jadi bandara internasional yang diterbangi pesawat MD11 Garuda Indonesia untuk rute penerbangan Jakarta-Denpasar-Biak-Honolulu-Los Angeles. Waktu itu rute ini diterbangi 5 kali seminggu oleh Garuda, tapi belum dilanjutkan lagi hingga sekarang. Cuaca subuh itu di Biak sedikit berawan. Masih gelap tapi mentari sudah menyemburatkan sedikit warna ungu. Sebagian penumpang tujuan Jayapura mengambil tanda pengenal transit. Sementara penumpang tujuan Biak langsung menuju bagian kedatangan dan ambil bagasi. Pagi yang tenang dan indah itu jadi awal cerita koper saya yang hilang. Ketika berangkat dari Jogja, saya membawa 2 koli bagasi, yakni 1 koper pakaian dan 1 tas tripod. Bagasi yang sampai di Biak hanya tas tripod saja, sementara koper pakaian tak terlihat. Satu demi satu koper keluar dari perut pesawat, tapi koper saya yang berwarna hijau tua itu tak kunjung muncul jua. Sedikit grogi rasanya, karena seumur hidup sejak kecil naik pesawat ke berbagai penjuru dunia saya belum pernah mengalami kehilangan bagasi. Apalagi ini juga adalah kali pertama kunjungan saya ke Papua. Belum lagi hilang kantuk di pesawat karena mendarat subuh jam 5, sudah harus berpikir keras mengira-ira sebab musabab koper saya tak muncul. [caption id="attachment_37195" align="aligncenter" width="499" caption="Bagasi saya tidak terbawa oleh Garuda. Yulius Baen, petugas dari Gapura Angkasa, melayani laporan kehilangan bagasi dan menuliskan laporan untuk kemudian dilanjutkan dengan pelacakan ke bandara-bandara yang saya kunjungi dalam perjalanan menuju Biak. Dalam penerbangan GA 650 yang tiba di Biak hari Minggu (20/9) dinihari itu saya membawa 2 koli bagasi, yakni 1 koper pakaian dan 1 tas tripod. Hanya tas tripod yang sampai di Biak, sementara koper pakaian belum diketahui rimbanya. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Ilias Irawan, teman yang tinggal di Biak dan moderator Fotografer.net sudah menunggu di pintu keluar bagian kedatangan airport. Ia tampak gelisah pula melihat saya tak kunjung keluar, sementara penumpang sudah hampir habis meninggalkan airpot. Seorang petugas Gapura Angkasa, Yulius Baen menghampiri saya, menanyakan perihal bagasi dan meminta bagage claim tag dari tangan saya. Pak Yulius kemudian bertanya sedikit ini-itu kemudian bergegas menuju pesawat GA 650 yang sedang bersiap-siap melanjutkan perjalanan ke Jayapura. Pesawat hanya berhenti sekitar 40 menit saja, dan terlihat petugas bandara sedang memasukkan bagasi para penumpang yang naik di Biak. Mata saya tak lepas sedikitpun dari Pak Yulius hingga ia hilang di antara kereta gandeng penuh bagasi datang dan bagasi berangkat di dekat perut pesawat nun di apron sana. Tak lama kemudian, pintu pesawat ditutup. Pak Yulius kembali ke gedung bandara dan mengajak saya ke mejanya untuk memulai prosedur pelaporan bagasi hilang. Sambil menenteng tas tripod yang berhasil sampai di Biak, saya menjawab semua pertanyaan yang diajukan Pak Yulius sesuai prosedur. [caption id="attachment_37204" align="aligncenter" width="500" caption="Tabel klasifikasi bagasi transportasi udara untuk kepentingan identifikasi bagasi jika terjadi "lost luggage" atau "delayed baggage" yang dirilis oleh IATA (International Air Transport Association)."][/caption] Ada banyak pertanyaan yang diajukan, menyangkut detail penerbangan saya, termasuk nomor penerbangan sejak berangkat dari Jogja. Pak Yulius juga menyodori saya dengan tabel jenis-jenis bagasi untuk mengklasifikasikan jenis koper saya yang hilang itu. Berdasarkan tabel yang dirilis IATA (International Air Transport Associaton) jenis koper saya itu berkode GN02xxx. Klasifikasi warna pun disesuaikan dengan tabel IATA tersebut. Saya menanyakan perihal frekuensi bagasi hilang di Bandara Frans Kaisiepo. Pak Yulius menjawab dengan santai dan yakin, "Sering terjadi, Pak. Hampir tiap hari." Karena melihat air muka Pak Yulius yang tulus dan jujur, saya bersikap mempercayainya. Saya malah jadi tambah kuatir mengenai koper saya yang hilang itu. Pak Yulius membeberkan beberapa penyebab kehilangan bagasi di Biak, seperti: terbawa sampai Jayapura, tak sengaja ikut diturunkan petugas bandara Makassar dan terbawa oleh penumpang lain di Biak. "Saya akan kirim teleks ke Makassar dan Jayapura untuk memastikan keberadaan koper Bapak di kedua kota itu," ujar Pak Yulius meyakinkan dan terlihat benar ia sering mengalami laporan bagasi hilang ini. Sebelum meninggalkan meja Pak Yulius, saya memintanya untuk menuliskan nama dan nomor ponsel di secarik kertas. "Supaya saya mudah menghubungi Bapak untuk menanyakan status koper saya," kata saya kepada Pak Yulius. Ilias, teman saya di Biak, datang menghampiri masuk ke dalam bandara. Saya melangkah gontai keluar dari bandara bersama Ilias. Petualangan hari pertama di Biak sudah dimulai. Permulaan yang cukup menantang dan tak terlupa lantaran koper saya hilang. Sayup-sayup takbir menggema, ketika Ilias membawa saya dengan mobilnya menuju penginapan. Keberangkatan dari Jogja - Petualangan ke Biak [1] Butuh Keberanian untuk Sendiri - Petualangan ke Biak [2] Enam Jam Bersama GA 650 - Petualangan ke Biak [3]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun