Mohon tunggu...
Kristupa Saragih
Kristupa Saragih Mohon Tunggu... -

Mulai menulis sejak 1991 dan mulai memotret sejak 1992. Menimba ilmu di SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Mantan koresponden Majalah Hai, tahun 1992-2000. Mengabdikan ilmu dengan bekerja sebagai field engineer Schlumberger, sebuah perusahaan multinasional di bidang jasa perminyakan, dan ditempatkan di Vietnam dan Mesir. Sekarang berprofesi sebagai fotografer profesional. Mendirikan dan menjalankan situs komunitas fotografi Fotografer.net, yang terbesar di Asia Tenggara.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Keberangkatan dari Jogja - Petualangan ke Biak [1]

9 Desember 2009   11:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:00 1900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada suatu hari di awal September 2009, Ilias Irawan, seorang teman di Biak, Papua mengobrol melalui Yahoo Messenger (YM). Ilias, yang juga adalah salah satu moderator di komunitas fotografi terbesar se-Asia Tenggara Fotorafer.net, menggeluti fotografi sebagai hobi di sela-sela pekerjaannya sebagai wirausaha di Biak. Obrolan dengan teman yang tinggal di Biak ini bermuara pada niat untuk mengatur perjalanan hunting foto di Biak. Tiket pesawat dari Jogja ke Biak langsung dibeli pada hari itu juga. Harga tiket promo Garuda Indonesia berkisar di angka Rp 4 juta untuk perjalanan pergi-pulang Jogja-Biak via Jakarta dan Makassar. Untuk memperoleh harga tiket murah tersebut, musti pandai memilih tanggal. Harga termurah tiket berangkat diperoleh untuk penerbangan tanggal 19 September 2009, hanya sehari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Sementara tiket pulang diperoleh untuk penerbangan tanggal 24 September 2009. [caption id="attachment_35687" align="alignright" width="300" caption="Terminal keberangkatan domestik Bandara Adisucipto Jogja yang tak sebarapa ramai, Sabtu (19/9). Tampak adalah pintu untuk penumpang pesawat GA 213 Jogja-Jakarta. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Hari-hari itu memang penerbangan ramai. Tapi untuk tujuan ke arah ke Jogja dari berbagai tempat. Tapi penerbangan sebaliknya dari Jogja malah sepi. Tanggal 19 September itu terminal keberangkatan domestik Bandara Adisucipto (JOG) Jogja lengang. Tak seberapa ramai, kontras dengan terminal kedatangan yang bersebelahan dinding. Sehari-hari, bandara sipil yang berada di kompleks Pangkalan TNI-AU ini melayani rata-rata 3.000 penumpang per hari. Sementara pada akhir pekan dan long weekend, jumlah penumpang bisa mencapai 4.000 hingga 5.000 penumpang. Saya datang lebih awal ke bandara untuk menghindari antrian di meja check-in, meski jarang terjadi antrian panjang di layanan Garuda Indonesia. Ada 2 bagasi yang saya bawa, 1 koper pakaian dan 1 tas tripod. Tas kamera saya bawa ke dalam kabin. Tak ada masalah dengan rute penerbangan yang bersambung di Garuda Indonesia. [caption id="attachment_35697" align="alignright" width="300" caption="Suasana penayangan safety demo video melalui layar LCD di kabin GA 213 Boeing 737-800NG Garuda Indonesia PK-GEO. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Rute Adisucipto (JOG) Jogja ke Soekarno-Hatta (CGK) Jakarta menumpang GA 213. Sementara rute Soekarno-Hatta Jakarta ke Hasanuddin (UPG) Makassar dan Frans Kaisiepo (BIK) Biak menumpang GA 650. Bagasi yang dilaporkan di Jogja akan otomatis terbawa sampai Biak. Tak perlu mengambil dan melapor lagi di Jakarta dan Makassar. Tapi, memang saya harus melaporkan diri di Jakarta, di terminal kedatangan domestik, karena pindah nomor penerbangan. Hanya itu saja dan cukup simpel. Penerbangan petang hari itu terlambat 15 menit. Jadwal GA 213 mustinya berangkat pukul 15:50 WIB, tapi burung besi Boeing 737-800NG baru lepas landas jam 16:26. Pilot dari ruang kemudi mengabarkan melalui pengeras suara kabin bahwa waktu tempuh selama 54 menit ditempuh pada ketinggian 32.000 kaki di atas permukaan laut. Penerbangan lancar mengarungi cuaca yang cerah sepanjang perjalanan. Burung besi beregistrasi PK-GEO ini mendarat sesuai jadwal pukul 17:15 di tarmak Bandara Soekarno-Hatta (CGK) Jakarta. Langit berawan. Di terminal kedatangan 2F, saya langsung menuju meja layanan pindah pesawat (transfer desk). Petang itu tak terlalu ramai penumpang yang melapor. Petugas Gapura Angkasa yang melayani sangat membantu dan prosesnya cepat. Saat itu diperoleh informasi bahwa penerbangan GA 650 masih sesuai dengan jadwal, jam 21:15 WIB. Berarti ada waktu transit selama 4 jam. Setelah proses lapor pindah pesawat selesai. Bagasi tak perlu diambil karena secara otomatis sudah diurus oleh Garuda. Saya lantas melangkahkan kaki dari terminal kedatangan menuju ke terminal keberangkatan, di gedung yang sama dan hanya berbeda lantai. Tak sabar menanti jam keberangkatan pesawat, yang membawa saya untuk kali pertama ke bumi Papua. [caption id="attachment_35731" align="aligncenter" width="499" caption="Jogja-Jakarta-Biak"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun