Mohon tunggu...
Kristo Ukat
Kristo Ukat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Dosen di STP St. Petrus Keuskupan Atambua-Kefamenanu-Timor-Nusa Tenggara Timur

Menulis, Membaca, Fotografi, Bertualang

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sesaat Namun Berarti

18 Juli 2023   09:04 Diperbarui: 18 Juli 2023   09:06 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panah terik di bulan Juli serta angin yang membuat situasi tidak tenang bila berada di dalam rumah akibat angin yang begitu kencang. Aku melangkahkan kakiku menuju rumah sambil menaiki anak tangga setelah keluar misa pagi. Aku di kagetkan dengan beberapa sosok wanita tua dan dua orang laki-laki yang sudah sangat tua berada dalam rumahku. Rasa ingin tahu semakin memuncak serta rasa penasaran akan kehadiran mereka semua di dalam rumah kami. Tanpa pikir panjang seorang perempuan tua berbadan kurus, rambut air namun sudah uban semua."Kami sementara tunggu Romo, nona. Kemarin Legio Maria yang hubungi kami untuk berkumpul di sini, katanya kami semua yang ada di sini mau terima komuni. Karena jujur saja selama ini kami tidak pernah terima komuni, dengan alasan bahwa kami tidak bisa jalan sendiri, kami sendiri merasa kalau sudah tua begini mana mungkin kami berani ke Gereja yang pastinya banyak orang di sana" ungkap Mama Monika Taubnaj salah satu jompo yang akan menerima komuni pada hari ini.

Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya Romo datang juga. Wajah mudanya diperlihatkan kepada barisan jompo yang tengah menunggunya sedari tadi. Sosok muda ini dengan penuh semangat menyapa mereka satu persatu. Tidak lama kemudian, semuanya hening tanda doa sudah mulai yang di pimpin oleh Rm. Fridolinus Talan, Pr selaku pastor paroki St Bernardus Naekake.

Canda gurau menemani mereka setelah menerima komuni dan canda tawa pecah dalam rumah akibat cerita lelucon yang di buat oleh orang-orang tua, sebagai tanda keakraban Romo Fridus Talan sebagai pastor baru ini. Kopi hangat, ubi kayu di temani dengan sambal goreng yang di hidangkan dalam perjamuan bersama siang ini tepatnya di rumah Bapak Maximus Ceunfin.

Aku hanya berdiri mematung sesekali tertawa kecil atas canda yang di buat-buat. Aku terdiam sambil menyaksikan keakraban dan keasyikan yang tengah di alami oleh orang-orang yang berada di dalam rumah ini. Tidak ada sama sekali dari mereka semua, walaupun rambut sudah putih, gigi sudah ompong, jalannya sudah tidak betul, apalagi soal pendengaran yang tidak jelas. Namun, itu tidak menjadi kendala bagi mereka karena mereka sendiri merasa bahagia dan bersemangat bisa terima tubuh Kristus, dan juga bisa berbagi cerita dengan pastor paroki yang memiliki semangat muda.

Semuanya berjalan beriringan mengikuti langkah pastor paroki setelah melewati banyak kisah dan cerita dalam ruang kecil ini. (Desy Ceunfin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun