Iman umat beriman yang tak terhitung jumlahnya telah diteguhkan oleh lagu-lagu yang mengalun dari hati para penganut kepercayaan lain. Dalam nyanyian, iman dialami sebagai kegembiraan penuh semangat, cinta kasih, dan dambaan penuh kepercayaan akan campur tangan Allah yang menyelamatkan manusia.Â
Selain Allah, manusia juga merupakan pencipta. Namun penciptaan yang dilakukannya tidak dapat disamakan dengan penciptaan yang dilakukan oleh Allah. Sebab manusia menciptakan sesuatu dari bahan yang telah ada, yang telah disediakan Allah.Â
Nada-nada, syair-syair dan inspirasi-inspirasi yang dimiliki dan digunakan komponis untuk menciptakan atau menggubah sebuah lagu, telah disediakan Allah.Â
Sama hal dengan petani yang menciptakan (membuat) kebun segalanya pun telah disediakan Allah, baik itu lahan, alat-alat ( seperti pacul, linggis, dan sebagainya) dan bahan lainnya.Â
Begitu juga dengan tukang dalam membuat rumah, lemari dan karya-karya lainnya, mereka hanya membentuk dari apa yang telah disediakan Allah. Sama halnya dengan guru dalam menghasilkan murid-murid yang berpendidikan serta pencipta-pencipta lainnya.Â
Penciptaan yang dilakukan para komponis, petani-petani, para tukang, guru-guru, dan pencipta-pencipta lainnya sering diwarnai dengan keangkuhan diri dan kesombongan pribadi.Â
Juga terdapat kesan saling membandingkan antara hasil karya yang satu dengan yang lainnya, saling meremehkan serta perlakuan-perlakuan lain yang memisahkan manusia dengan Allah Pencipta, di mana yang seharusnya manusia itu mengambil contoh penciptaan dari Allah Pencipta.
Tiap bentuk kesenian yang sejati dengan caranya sendiri ialah jalan memasuki kenyataan batin manusia dan dunia. Oleh karena itu, pendekatan yang sepenuhnya berlaku bagi alam iman, yang memberi kepada pengalaman manusiawi maknanya yang mutakhir (terakhir).
Adapun penghasilan karya-karya diwarnai oleh ketidak-hadiran Allah dan sering oleh perlawanan terhadap Allah. Ada kalanya suasana itu mengakibatkan pemisahan antara dunia kesenian dan dunia iman, akhirnya dalam arti bahwa minat-perhatian banyak seniman-seniwati terhadap tema-tema religius telah merosot.Â
Oleh karena itu, dalam konteks manusia sebagai pencipta lagu, sesungguhnya tidak serta-merta menempatkan manusia sama seperti Allah. Sebab manusia mencipta lagu, berasal dari bahan yang telah diadakan dan disediakan oleh Allah.
*Paskalis Tutpai*