Mohon tunggu...
Kristo Ukat
Kristo Ukat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Dosen di STP St. Petrus Keuskupan Atambua-Kefamenanu-Timor-Nusa Tenggara Timur

Menulis, Membaca, Fotografi, Bertualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Psikopat Hati

21 Juli 2021   13:25 Diperbarui: 21 Juli 2021   13:49 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Setelah momen bahagia ini, semua berbanding terbalik dengan apa yang aku harapkan darinya/Dokpri

Mentari pagi yang cerah kembali menyapa, suara jago berkokok menyadarkan aku dari mimpi panjangku. Sama seperti biasanya aku tersadar dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lalu berangkat kerja. Aku baru saja menyelesaikan studiku di bangku SMA yang memang sangat indah namun harus ditinggalkan. 

Setelah dari bangku SMA aku tidak langsung melanjutkan studi di Perguruan Tinggi, aku memilih untuk mencari pengalaman di luar dengan bekerja di tempat wirausaha dan lain sebagainya. Di sini, di sebuah salon kecantikan aku bekerja sambil mencari pengalaman yang mungkin tidak semua orang bisa. Sebulan lamanya bekerja tidak pernah ada niat untuk mengenal seorang lelaki, lebih sibuk dengan pekerjaan dan nyaman dengan kesendirian. Yah, lebih nyaman dengan dunia jomblo yang ada. Hehehehe....

Ehhhh lupa, aku Celine 26 Oktober 2018, ulang tahun membawa berkah, di sinilah kisah aku dan dia dimulai.

Hari ini, ya tepat pada hari ini aku mengenal dia melalui media sosial. Hari ini juga bertepatan dengan ulang tahun sepupuku. Aku memposting foto-foto sepupuku seraya mengutarakan kata-kata yang tulus di hari spesialnya ini. Ehhhhh rupanya hari ini bukan hanya hari spesial untuk sepupuku tetapi merupakan hari bersejarah untuk aku dan dirinya juga hehehe. 

Si E ini meminta pertemanan padaku melalui akun facebook. Entah kenapa ketika melihat foto profilnya yang di pasang di facebook jantungku berdetak tak menentu. Apakah ini yang dinamakan cinta? Karena sudah jatuh hati pada pandangan pertama, langsung aku terima permintaan pertemanannya itu. 

Setelah aku terima, si E langsung mengirim pesan kepadaku melalu inbox katanya "Halo sayang, salam kenal." Aku kaget dong, walaupun aku udah jatuh hati sama dia tapi kan belum kenal juga, masa langsung panggil sayang? Jawabku "belum apa-apa sudah panggil sayang, maksudnya bagaimana kk?" Lalu dia membalas pesanku "kalau begitu ya jadi apa-apa supaya bisa saling panggil sayang". 

Aku malah makin bingung sama diriku sendiri, bukannya marah atau curiga sama dia, ehh malah senang sampai lompat-lompat kayak hari pertama gajian gitu. Yaaaaa ampun lupa lagi kan ngenalin dia ke kalian semua. Mmmm namanya Erick yaa guys.

Makin lama makin nyambung inbox sama dia. Orangnya lucu juga. Bayangin perasaan aku gimana? Aku bahagia banget, sampai ketawa-ketawa sendiri waktu inboxan sama dia. Sumpah aku feeling good banget sama dia, semoga sebaliknya yaaa. Lagi asik inboxan dia nanya ke aku, katanya gini " ko su ada pacar kah belum?"        "wahh tanya bgini ni kayaknya ada peluang untuk bisa masuk hahah" kataku dalam hati. Jawabku "belum kak, ada malas pacaran masih mau sendiri dulu" (padahal ada berharap niiii). 

"aiiii berarti sa sia-sia eee" katanya, "sia-sia maksudnya?" Tanyaku. " Sa mau jadi orang yang bisa ada di ko punk hati, bisa jadi tempat untuk ko mengadu, tempat ko menangis, tempat ko mengeluh. Ijinkan sa untuk bisa memiliki, melindungi ko sampai saat Tuhan menentukan semuanya", kata dia. 

Aku baper dong guys hehehe, tapi aku tidak langsung mengambil keputusan untuk menerima dia sebagai sahabat hati. Aku takut, aku salah memutuskan. Aku belum terlalu lama mengenalnya, aku takut terluka lagi, takut kisah lama terulang kembali. Aku terdiam, kata-katanya itu seolah meracuniku. Berkat bisikan hati kecilku kini aku sudah siap memutuskan harus menerima atau menolaknya, aku memang sudah jatuh hati padanya jadi aku memutuskan untuk menjalani hubungan bersama dirinya.

1 bulan sudah usia hubungan aku dan dia, selama ini semua berjalan baik. Dia selalu mengabari aku, sebaliknya akupun begitu. Sudah saling menyayangi, mengenal satu sama lain. Aku mulai merasa nyaman pada dirinya, perlakuannya padaku sangat hangat. Aku dan dia berkomitmen untuk saling percaya satu sama lain walaupun hubungan yang sedang kami jalani ini berstatus LDR. Walaupun baru 1 bulan aku dan dia jalani hubungan ini tetapi rasanya aku sangat takut kehilangan dia, aku takut kalau suatu saat nanti dia berpikir untuk meninggalkan aku setelah mengetahui kekuranganku. Aku terus meyakinkan diriku untuk selalu percaya pada dirinya, bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan aku apapun yang terjadi (konyol kan?)

Tuhan aku sangat mencintai dia, tolong jaga hubungan kami ini. Aku ingin lebih lama lagi bersama dirinya, aku ingin dia hanya mencintaiku. Terimakasih juga Tuhan sudah menghadirkan dia di dalam hidupku dan ikut mewarnai hari-hariku yang kadang mendung. Aku hanyalah seorang manusia lemah yang akan selalu berharap pada-Mu, aku percaya bahwa denga campur tangan-Mu semua akan indah.

Pada suatu malam yang berbintang aku duduk termenung sambil memikirkan nasibku, apakah aku layak menjadi sahabat hatinya? Dia orang berpendidikan sedangkan aku hanya tamatan SMA. Yaaaa, dia berkuliah di sebuah Perguruan Tinggi yang terletak di ibukota. Aku merasa sangat tidak pantas untuk menjalin kasih dengan dirinya. Ketika aku sedang merenung dan memikirkan semua itu dering handphoneku berbunyi dari dalam kamar, aku langsung pergi ke kamar dengan tujuan mencari tahu siapa yang menelpon aku, ternyata dirinya. Aku sangat senang sebab akhir-akhir ini dia jarang mengabari aku, mungkin karena sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya. 

Dia menyapa aku denga suara lembut dari seberang telepon, "sayang selamat malam, apa kabar?" Jawabku sambil tersenyum bahagia " selamat malam juga sayang, puji Tuhan kabar baik" seketika aku dan dia terdiam, aku tak tahu harus berkata apa lagi. Aku hanya menanti kata apa yang akan keluar dari mulutnya, aku sangat merindukan suaranya.  Dia menghilangkan kesunyian yang tercipta diantara kami dengan sedikit bercerita tentang kesibukannya beberapa hari ini yang membuat dirinya tak sempat memberi kabar padaku. 

Setelah dia bercerita, kini gilirannya aku untuk menyampaikan apa yang membuat hatiku merasa gelisah akhir-akhir ini. Aku berkata jujur padanya, aku menyampaikan semuanya dan tak terasa air mata ini meleleh membasahi pipi.  Aku merasa sangat terpuruk, aku merasa menjadi wanita yang paling bodoh, ini menjadi beban tersendiri bagiku. Setelah mendengar curhatan isi hatiku dia menguatkan aku untuk tetap percaya bahwa suatu saat nanti pasti akan ada jalan keluar untuk aku dan dia.Terimakasih selalu ada.

Semuanya berjalan begitu indah hingga tanpa disadari kini aku dan dia sudah menjalin hubungan selama kurang lebih 6 bulan. Ada suka, ada duka, ada tangis, ada tawa, ada marah, ada kecewa, ada perdebatan kecil-kecilan. Semuanya itu dilalui bersama dan masih bisa bertahan sampai pada sekarang. Pada bulan ini ada momen yang mungkin tidak akan terlupakan yaitu momen pertemuan aku dan dia pada pesta pernikahan yang diadakan di kabupaten tetangga. 

Itulah momen pertama kali aku melihat dia secara langsung dan juga sebaliknya, kameja biru langit, celana panjang jeans berwarnah hitam dan sepatu hitam membuat dirinya tampil sempurna dan berhasil membuatku terpesona (eaaaaaa). Aku yang kala itu menggunakan dress berwarnah pink, dan tampil natural tanpa polesan sedikit pun merasa cantik dihadapannya hehehe. 

Kebahagiaan tersendiri buat aku, karena malam ini aku bisa duduk berdampingan dengan dirinya layaknya pasutri. Aku merasa bahwa aku adalah orang yang paling bahagia malam ini, aku berdansa dengan dia, bercanda bersama, saling memandang lalu tersipu malu. Aku suka malam ini, aku suka momen ini. Aku tak ingin mentari mengakhiri malam ini, biarlah tetap seperti ini, aku masih ingin bersamanya, masih ingin di sampingnya. Momen bahagia ini akan selalu tersimpan rapi di dalam perpustakaan hati, akan selalu di kenang sampai kapan pun. Love this moment.

Setelah momen bahagia ini, semua berbanding terbalik dengan apa yang aku harapkan darinya. Dia menjadi seorang yang sangat dingin, cuek dan tidak seperti biasanya. Semuanya terjadi tanpa alasan yang tepat. Aku bingung, adakah kesalahan yang aku lakukan pada dirinya, bagaimana aku tahu dia hanya diam dan diam. Dia sangat berubah, mulai dari tidak lagi mengabari dan lain sebagainya.

Terakhir kali aku mendengar suaranya 2 tahun yang lalu, sebenarnya rindu namun apa boleh buat. Dia berubah membawa luka, rindu dan benci di hati. Dalam hati aku bertanya apakah dia sudah menemukan orang lain disana yang mungkin lebih baik dari aku, lebih sesuai dengan tipenya. Sikap dingin dan cueknya sangatlah awet sampai pada hubungan kami berusia 2 tahun lebih. Dia lebih asik dengan dunianya, dia tidak lagi peduli padaku. Sikapnya seperti ini seolah-olah mengiris hatiku, aku tak menyangka semua akan terjadi seperti ini. Namun aku selalu positif thinking, aku tidak ingin hubungan yang sudah terjalin, hubungan yang sudah dipertahankan selama ini hancur hanya karena egois. Aku tetap bertahan di sini.

Pergilah bila itu bisa membuatmu bahagia. Bahagiaku sudah pergi bersamamu, tak ingin aku mencarinya lagi pada insan yang lain. Aku bisa bertahan karena cinta, aku ada di sini karena cinta, aku akan tetap di sini sampai kapan pun. Kau memang Psikopat hati; diam-diam mencuri, membunuh rasa, memberi kenyamanan, meninggalkan cinta dan juga luka. Diam, cuek, dingin, itulah kekhasanmu. Ku tuliskan sedikit kisah tentang dirimu di sini agar kelak kau tak lagi bersamaku ada story, ada kenangan tentang dirimu 'Psikopat'. 

Anabertha Kolo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun