Mohon tunggu...
Kristo Ukat
Kristo Ukat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Dosen di STP St. Petrus Keuskupan Atambua-Kefamenanu-Timor-Nusa Tenggara Timur

Menulis, Membaca, Fotografi, Bertualang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gembala yang Baik

20 Juli 2021   10:00 Diperbarui: 20 Juli 2021   10:02 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugas seorang gembala yang baik. Ilustrasi Pribadi

1. Pendahuluan

Selamat merayakan Idul Adha bagi saudara-saudari yang beragama Muslim yang merayakannya pada hari ini. Semoga perayaan Idul Adha meningkatkan kesadaran berkurban dalam menempuh kehidupan yang berdaya guna untuk bangsa dan tanah air ini.

Idul Adha menjadi moment berkurban dalam berbagai aspek kehidupan teristimewa di saat bangsa dan tanah air ini bergelut memerangi pandemi covid-19. Semangat berkurban ini  diharapkan kepada kita sekalian untuk bersama-sama dengan berbagai cara dapat meningkatkan kesadaran menata diri secara baik dengan taat, menahan diri, agar covid-19 tidak memiliki ruang gerak di wilayah kita tercinta ini. Sehingga segala bentuk cara hidup yang membuat kita tersesat dapat dihindari. 

Seringkali kita terjebak dan tersesat oleh karena cara berpikir dan cara bersikap serta cara merasa kita yang salah dan keliru karena cenderung kompromi dengan aneka bentuk hal yang mudah sekali menyesatkan kita. Idul Adha menjadi moment indah berkurban dan bermati raga dari segala bentuk kesesatan yang membuat kita jatuh dan tak berdaya dari kualitas kemanusiaan kita yang bermartabat dan luhur di hadapan Tuhan. 

2. Alasan Tersesat

Manusia yang tersesat dalam hidup bisa kita bandingkan dengan sebuah perjalanan yang salah arah. Ketersesatan manusia dimungkinkan oleh dua faktor. Pertama, faktor intern yakni berasal dari pribadi orang bersangkutan. Orang menjadi tersesat karena cenderung mengikuti kemauannya sendiri, tidak bertanya, tertutup, terlalu percaya diri dan salah menafsir. Hal-hal ini memungkinkan orang tersesat karena ukuran yang digunakannya adalah dirinya sendiri. Akibatnya perjalanannya menjadi salah arah dan tersesat. 

Kedua, faktor ekstern yakni berasal dari luar pribadi orang yang tersesat. Hal ini disebabkan pula oleh tiga alasan yakni orang lain, lingkungan dan media. Orang lain menjadi salah satu faktor penyebab tersesat bagi orang lain karena sikapnya yang cenderung membiarkan, tidak menjaga, melepas, tidak bertanggungjawab, salah memberi petunjuk atau arahan atau instruksi. 

Selain manusia, lingkungan pun menjadi salah satu faktor penyebab orang menjadi tersesat dalam hidup. Lingkungan yang tidak disiplin dan cenderung kompromistis serta cenderung mengabaikan prinsip-prinsip hidup akan membentuk manusia di dalam lingkungan tersebut menjadi manusia yang relativistik dan menganggap semua hal sama saja. Orang membenarkan segala bentuk tindakan negatif karena terbentuk dari lingkungan yang cenderung menegasi hal-hal negatif. Anak kecil yang suka maki dan menghina orang lain karena terbentuk dari lingkungan yang membenarkan hal demikian.

Hal berikut yang memungkinkan orang tersesat adalah media. Media sebagai hasil karya kreativitas manusia menjadi hal yang patut disyukuri karena menjadi alat bantu kerja manusia di zaman modern ini. Namun kehadiran media selain memberi dampak positif  dapat membawa dampak negatif yang dapat membuat orang tersesat dan jatuh. Penyalagunaan media modern masa kini seperti HP, WA, GPS, dll dapat memungkinkan orang salah arah, salah bertindak dan gagal fokus menyikapi hidupnya yang bermartabat itu.

3. Kehadiran Gembala

Bicara tentang gembala, tidak terlepas pula dari kawanan gembalaannya. Pembahasan ini akan lebih menyoroti kehadiran dan tugas gembala. Kehadiran seorang gembala itu mutlak perlu dalam kebersamaan menjaga kawanan. Di sini, saya akan menyoroti secara lebih spesifik gembala yang baik dan gembala yang jahat.

Gembala yang baik bertugas menjaga, menuntun, menunjuk, peduli, empati, mengarahkan, mengenal, mengurus, memelihara, merawat, bertanggung jawab, melindungi, memberi rasa aman, menghibur dan memperhatikan kawanan gembalaannya.  Sedangkan gembala yang jahat biasanya bersikap dan bertugas sebaliknya yakni membiarkan, melepas, tidak menjaga, salah memberi petunjuk atau arahan, tidak merawat, tidak peduli dan lain sebagainya.

Kehadiran gembala sesungguhnya harus menunjukkan kebaikan sebagaimana tipe gembala yang baik dan bukan sebaliknya. Ia harus sanggup menjaga nilai-nilai dan prinsip-prinsip kegembalaan tersebut sehingga kawanannya menjadi aman, sehat, bahagia dan sejahtera lahir dan batin. 

Sedangkan gembala yang jahat dengan menunjukkan tipenya yang lebih egoistis karena kepentingan dirinya lebih dominan, akan sangat mudah menciptakan berbagai bentuk ketersesatan di kalangan kawanan gembalaannya.

4. Akibat Kehadiran Gembala

Gembala yang baik yang sanggup memberi aura positif dalam kehadirannya sebagaimana telah diuraikan itu maka membawa dampak positif. Kawanan gembalaan merasa aman, terlindungi, terhibur, diperhatikan dan sebagainya. 

Hal ini terjadi karena sang gembala memiliki sikap peduli, empati dan tanggung jawab yang besar terhadap tugas yang dipercayakan. Ia melibatkan seluruh dirinya dalam mengemban tugas tersebut.

Sedangkan gembala yang jahat, selalu mengukur segala tanggung jawabnya dari sudut pandangnya sendiri. Ukuran yang digunakan adalah dirinya yang egois dan tidak peduli dan hanya sebatas simpati dan mengesampikan rasa empati.

 Akibatnya kawanan gembalanya menjadi terancam dari berbagai arah, berkeliaran tanpa tujuan dan tanpa awasan, tidak beraturan karena sikap membiarkan dan tidak mau peduli yang menebal dalam dirinya. 

5. Gembala Masa Kini

Siapa gembala yang baik masa kini? Inilah pertanyaan yang perlu direfleksikan. Dengan mengacu pada tugas seorang gembala yang baik, maka kita perlu melihat siapa sesungguhnya gembala masa kini. 

Gembala baik masa kini adalah orang yang sanggup melaksanakan tugas menjaga, menuntun, menunjuk, peduli, empati, mengarahkan, mengenal, mengurus, memelihara, merawat, bertanggung jawab, melindungi, memberi rasa aman, menghibur dan memperhatikan kawanan gembalaannya.

Selain sanggup melaksanakan tugas-tugas tersebut, ia juga harus sanggup menunjuk secara benar hal-hal yang menjadi prinsip hidup yang harus dijaga dan dihormati. 

Bahwa kita sedang berada dalam zaman modern, itu pasti dan nyata dan sedang kita jalani. Tetapi gembala yang baik pun harus sanggup menggunakan berbagai media modern ini secara bertanggung jawab demi menjaga nilai-nilai luhur kegembalaannya. 

Maka siapa sesungguhnya gembala yang baik masa kini itu? Gembala yang baik masa kini adalah DIRI KITA SENDIRI. Di zaman modern ini, kita sekalian dituntut untuk sanggup mengaplikasikan tugas-tugas gembala yang baik itu dalam hidup nyata kita. 

Tidak hanya mengetahui teori secara persis tetapi sanggup melahirkan dan mewujudnyatakannya dalam hidup di era globalisasi ini. 

Gembala yang baik harus sanggup menggiring kawanan gembalanya untuk lahir dan hadir di masa kini, menerima kenyataan masa kini secara lebih beradap, bermartabat demi menjaga keluhuran diri manusia sebagai citra Allah.

6. Penutup

Semoga Idul Adha ini menjadi moment istimewa bagi lahirnya para gembala baik yang sanggup menjaga keluhuran martabat manusia sebagai makluk ciptaan Tuhan yang agung. 

Bahwa para gembala yang baik tidak akan selalu berhadapan dengan hal-hal baik dalam memperjuangkan tugas gembalaannya. 

Berbuat baik itu sakit. Ini harus diterima oleh para gembala masa kini agar semakin matang dan tidak tersesat dalam sanggup menata hidup dan menggiring kawanan gembalaannya menuju padang rumput yang hijau dan sumber air yang tenang. 

Badai selalu ada, namun badai selalu akan menyisakan pohon-pohon kuat. Pohon-pohon kuat itulah gembala yang baik masa kini yang sanggup berhadapan dengan berbagai tantangan globalisasi kini. Selamat merayakan Idul Adha. Jadilah gembala baik di masa kini. Mohon maaf, bila ada kekurangan dalam tulisan ini. Tuhan memberkati kita sekalian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun