d. Diakonia
Ditemukan bahwa ada dua sifat dalam bidang Pelayanan yang dilaksanakan oleh para mahasiswa migran. Pelayanan itu bersifat moril dan materiil dan itu berlaku baik bagi mereka yang kuliah di kampus khusus dan tinggal di asrama maupun mereka yang kuliah di kampus umum dan tinggal di kost/kontrakan.
Bantuan moril itu seperti menjadi penengah dan pendamai bila ada perkelahian atau persoalan diskriminasi dan rasisme. Bantuan materiil seperti membantu orang lain dan teman-teman seasal dalam urusan perkuliahan, keuangan, makanan. Bersama organisasi daerah berjuang untuk melaksanakan karya-karya karitatif. Saling membantu dan mendukung dalam kehidupan berorganisasi baik intern maupun ekstern kampus. Ada yang membantu orang lain baik anak-anak berkebutuhan khusus dalam kompleks maupun orang lain di luar kompleks. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam bidang Pelayanan, para mahasiswa berusaha untuk saling membantu baik antar sesama mahasiswa perantau maupun orang lain.
e. Martyria
Ada 3 (tiga) hal yang dilaksanakan oleh para mahasiswa migran yang kuliah di kampus khusus dan tinggal di asrama maupun yang kuliah di kampus umum dan tinggal di kos/kontrakan. Ketiga hal dalam bidang Kesaksian yang dilakukan masyarakat, agama lain dan kampus.
Dalam hidup sosial kemasyarakatan, ada yang mempertahankan keberadaannya dengan tetangga atau warga masyarakat lainnya yang berbeda latar belakang suku, agama dan ras, berjalan baik dan aman serta saling menghargai dan menghargai. Ada yang berani menunjukkan identitasnya tanpa merasa takut berhadapan dengan orang lain. Ada juga yang pasif dan tidak ikut terlibat dalam kegiatan dalam masyarakat. Ada yang cenderung membuat keributan dan masalah yang berdampak pada masyarakat sekitar tidak mau menerima kehadiran mereka. Ada yang sangat selektif dalam bergaul dengan warga sekitar. Ada juga yang menemui hambatan karena tidak diterima tetapi tetap saja berjuang untuk berbuat baik. Ada yang berjuang dalam kebersamaan untuk bangun persatuan dan bangkit dari penindasan dan diskriminasi. Ada yang mengajak teman-teman mahasiswa perantau untuk hidup berbaur dan membuka diri dengan masyarakat. Ada pula yang mendapat pandangan sinis warga terhadap setiap kegiatan Gereja yang mereka lakukan.
Dalam hidup sosio-religius berdampingan dengan agama lain, ada yang berbuat baik berhadapan dengan orang beragama lain dengan menampilkan dirinya sebagai orang Katolik. Ada yang hidup bersama sekalipun terjadi perbedaan latar belakang agama namun relasi sosial tetap terjalin baik. Ada juga yang mengalami situasi diskriminasi dari kelompok mayoritas terhadap minoritas. Ada yang hidup sendirian di antara sesama penghuni kos yang beragama lain. Ada juga yang berpindah keyakinan karena berbagai alasan.
Dalam kehidupan di kampus ada yang relasinya di kampus dan dengan siapa saja, mudah diterima dan dikenal karena berbagai organisasi yang diikutinya didukung dengan pembawaan dirinya yang baik di hadapan orang lain. Ada yang seringkali bermasalah dengan kampus, ada yang sering terlambat ke kampus. Ada yang tidak berdaya dan tidak mengikuti kegiatan Gereja karena kuliah di kampus yang didominasi oleh orang Jawa.
4. Penutup
Dengan demikian, secara keseluruhan mahasiswa migran sesungguhnya mengalami aneka persoalan dalam menjalankan kehidupan menggerejanya di tanah rantau. Mahasiswa migran mengalami aneka persoalan hampir di setiap bidang tugas Gereja yakni Liturgia, Kerygma, Koinonia, Diakonia dan Martyria. Masalah tersebut pula bisa jadi dialami juga oleh mahasiswa Katolik lain yang melakukan migrasi di berbagai tempat baik di dalam pulau maupun lintas pulau.
Maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa Katolik migran maupun mahasiswa Katolik lain termasuk kelompok marginal yang pantas diperhatikan Gereja sebagai satu kelompok kategorial dalam teritori Gereja Katolik di tanah rantau maupun di tanah asal. Persoalan mereka sesungguhnya menjadi persoalan Gereja masa kini karena merekalah bagian integral sekaligus agen intelektual Gereja kini dan nanti, baik di daerah tujuan maupun di daerah asalnya. Semoga bermanfaat.