Spiritualitas adalah sikap batin yang merespon pengalaman dan perkembangan hidup dengan mengacu pada tradisi dan agama tertentu (Einar M Sitompul 2012). Dalam konteks kekristenan, spiritualitas adalah keberadaan seseorang yang berada dalam hubungan yang benar dengan Tuhan, dengan sesama dan ciptaan yang lainnya (Rahmiati Tanudjaja, 2018). Spiritualitas merupakan proses transformasi melalui berbagai aspek kehidupan yang terintegrasi meliputi fisik, emosional, pekerjaan, intelektual dan rasional.
Sebagai manusia, kita dibentuk dari tubuh, pikiran, emosi dan jiwa (spirit). Spiritualitas memberikan ekspresi bahwa ada sesuatu di dalam diri kita; yang berkaitan dengan perasaan, dengan kekuatan yang datang dari dalam diri kita, dengan mengetahui diri kita terdalam. Spiritualitas dapat merefleksikan nilai, seperti, memberikan kontribusi kepada umat manusia serta alam semesta.
Spiritualitas membantu individu dalam menemukan makna dan tujuan dalam hidup mereka dan lebih menunjukkan nilai personalnya. Nilai personal ini merefleksikan hasrat untuk membuat perbedaan dan membantu untuk membuat dunia lebih bermakna. Maka dari itu, memiliki spiritualitas di kehidupan sehari-hari sangat penting untuk membuat kita menjadi individu yang utuh dan bermakna.
Hubungan Refleksi dan Spiritualitas
Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa antara refleksi dan spiritualitas saling terkait. Kecerdasan spiritual berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengelola makna-makna, nilai-nilai dan kualitas kehidupan spritualnya. Kehidupan Spiritual ini meliputi: (1) Hasrat untuk hidup bermakna; (2) motivasi mencari makna hidup; dan (3) mendambakan hidup bermakna (Ramayulis, 2002).
Refleksi berarti merenungkan atau berpikir kembali tentang pengalaman, tindakan atau peristiwa yang terjadi. Proses refleksi membantu seseorang untuk memahami dan menilai tindakan atau keputusan yang telah diambil serta belajar dari pengalaman tersebut untuk perbaikan di masa datang (J. Dewey 1933).
Kecerdasan spiritual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses self reflection yang baik pada seseorang. Dengan meningkatkan kecerdasan spiritual, seseorang (siswa) dapat menggali nilai-nilai spiritual yang membantu mereka memahami diri sendiri, menemukan tujuan hidup yang bermakna, dan mengevaluasi tindakan serta keputusan yang mereka ambil. (Laksmi Anantasari, 2012).
Menghayati dan Menghidupi Spiritualitas St Yosef
Paus Fransiskus dalam surat aspostoliknya ”Patris Corde” menggambarkan sosok Santo Yosef sebagai bapa yang selalu siap untuk melayani, bapa yang lembut dan murah hati. Keagungan Santo Yosep ditegaskan oleh Santo Yohanes Chrisostomus, “ia menempatkan dirinya untuk melayani seluruh rencana keselamatan,”. Lebih jauh, Paus Paulus VI melihat bahwa peran kebapaan Santo Yosep diungkapkan secara nyata “dengan menjadikan hidupnya sebagai suatu pelayanan, sebuah pengorbanan kepada misteri Inkarnasi dan misi penebusan Sang Juru Selamat”.
Spiritualitas St Yosef, oleh Yayasan Karya Murni Medan, dijabarkan ke dalam lima nilai dasar yang lebih dikenal dengan sebutan Core Values. Penjabaran ini dimaksudkan untuk merelevansikan spiritualitas St Yosef ke dalam lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Karya Murni. Kelima dasar tersebut antara lain:
- Pro Life (menghormati kehidupan).
Spiritualitas Santo Yosef mengajarkan pentingnya menghargai dan melindungi kehidupan, merawat keluarga dengan penuh tanggung jawab, dan mengikuti prinsip-prinsip moral dalam kehidupan sehari-hari, semuanya merupakan prinsip utama dalam gerakan pro-life yang meliputi
- Penghargaan Terhadap Kehidupan: Santo Yosef menunjukkan penghargaan yang mendalam terhadap kehidupan dengan menerima Maria sebagai istrinya dan mengasuh Yesus sebagai anak angkat. Nilai ini sejalan dengan prinsip pro-life yang menekankan pentingnya menghargai dan melindungi kehidupan sejak konsepsi hingga akhir hayat.
- Kepedulian dan Perlindungan: Santo Yosef menunjukkan kepedulian dan perlindungan terhadap Maria dan Yesus dengan melindungi mereka dari ancaman Herodes. Ini mencerminkan komitmen pro-life untuk melindungi kehidupan dan kesejahteraan, terutama mereka yang rentan, seperti janin dan ibu hamil.
- Tanggung Jawab Keluarga: Santo Yosef menjukkan teladan dalam tanggung jawab keluarga, menjaga dan mendukung keluarga Kudus. Ini mencerminkan nilai pro-life tentang pentingnya dukungan keluarga dan komunitas dalam memastikan bahwa setiap kehidupan dihargai dan dipelihara dengan baik.
- Ketaatan kepada Tuhan dan Rencana-Nya: Ketaatan Santo Yosef terhadap rencana Tuhan, meskipun sering kali penuh tantangan dan ketidakpastian, mencerminkan nilai pro-life dalam mengikuti prinsip-prinsip moral dan etika yang menekankan perlunya mematuhi dan melindungi nilai-nilai kehidupan.