Mohon tunggu...
Kristoforus Gustian
Kristoforus Gustian Mohon Tunggu... Guru - Guru

Learning never ends

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bertahan aja...

3 Oktober 2024   07:04 Diperbarui: 4 Oktober 2024   07:47 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada seorang perempuan berasal dari keluarga yang  sangat kaya. Selama masa kecil hingga dewasa ia terbiasa mendapat fasilitas yang mewah. Kondisi ini membuat dia merasa kesulitan ketika   beradaptasi dengan keadaan yang serba kurang ketika menikah dengan seorang laki-laki dari keluarga kurang mampu.  Setelah satu tahun hidup menikah dengan keadaan ekonomi serba kurang, ia memutuskan untuk pisah dan menikah dengan laki-laki lain yang menurutnya bisa menafkahinnya lahir batin. Baru beberapa bulan setelah menikah, ia baru sadar ternyata suami barunya itu suka mabuk-mabukan dan memeras uang hasil pemberian orangtuanya. Keadaan semacam ini membuat dia harus meninggalkan  sang suami dan mencari yang baru. Dalam kurun waktu 5 tahun terhitung dia menikah sebanyak empat kali dan yang paling akhir, dia akan memutuskan hubungannya lantaran suami ke empatnya selingkuh dengan tetangga. Beberapa tahun kemudian usaha suami pertamanya berkembang dan menikah dengan seorang perempuan yang setia bersamanya dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Fakta semacam  ini sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Kondisi ekonomi menjadi salah satu penyebab orang tidak bisa bertahan dan menerima keadaan serta mecari solusi yang baik bagaimana mengatasi masalah ekonomi. Orang cenderung melihat rumput tetangga lebih hijau dibandingkan dengan rumut sendiri sehingga kadang bisa ambi keputusan yang salah. Sikap semacam apakah yang perlu kita lakukan saat semua serba terbatas? Atau bahkan lebih buruk dari kondisi sebelumnya karena situasi tertentu? Yah Bertahan Saja, mungkin dua kata ini sangat sederhana, bahkan bagi sebagian orang bukan merupakan solusi namun anda tau bahwa orang yang  memilih bertahan akan berpengaruh positif terhadap langkah ke depannya. Tentu saja bertahan di sini tidak berarti duduk manis tanpa melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah, namun yang ditekankan di sini adalah keadaan batin yang mau menerima keadaan dan secara sederhana serta bertahap memaknai setiap proses perjuangan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Kadang orang cenderung lari dari kenyataan dan melakukan tindakan di luar akal sehat seperti contoh di atas tadi. Bertahan, bertahan, dan bertahan sambil memaknai proses perjuangan yang dilakukan dalam mengatasi masalah, niscaya harapan akan suatu kehidupan yang lebih baik akan memaknai perjalanan hidup selanjutnya. Selamat mencoba!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun