Mohon tunggu...
Jojo Simatupang
Jojo Simatupang Mohon Tunggu... Guru - Sarjana Pendidikan | Guru | Penulis

Menjadi manfaat bagi banyak orang dan menjadi lebih baik setiap harinya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ustad Abdul Somad Menciderai Persatuan, Kerukunan, dan Keguyuban Bangsa Indonesia

17 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 17 Agustus 2019   06:04 1876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laksamana Maeda beserta keluarga besar. Sumber: ilmudefinisi.com


Dirgahayu negeriku, Negara Republik Indonesia Raya. Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Selamat ulang tahun untuk negeri tercintaku ke-74, sungguh elok dan indah negeriku tercinta ini. Perjuangan bangsa ini sudah tak mampu dihitung jumlahnya, begitu banyak macam yang berjasa baik dari suku, agama, ras, bahkan bangsa. Dari Sabang sampai Merauke bersatupadu demi Indonesia Raya. Dari Hindu, Budha, Katolik, Kristen, hingga Islam guyub demi satu tujuan yakni kemerdekaan Indonesia. Ras Melayu hingga Mongol tidak lagi dipandang hingga saat ini tergabung dalam Indonesia. 

Dari Bangsa asli Indonesia hingga bangsa asing Jepang dan Belanda (lihat Maeda dan Multatuli) berupaya melawan ketidakadilan yang meskipun melawan saudara sebangsanya.

Sungguh luar biasa dan patut dibanggakan Indonesia dapat merdeka dengan sebebas-bebasnya dari penjajah mana pun, lepas dari Belanda, lepas dari Jepang, lepas dari Portugis. Indonesia berdiri sebagai negara yang berdaulat meskipun diakui oleh dunia internasional tidak pada 17 Agustus 1945 melainkan pada 27 Desember 1949. 

Bukan perjuangan yang mudah, tentu ini sangat sulit mengingat Indonesia adalah satu negara yang memiliki sangat banyak perbedaan. Apakah hal yang mudah mempersatukan perbedaan yang begitu banyak? Tentu saja tidak.

Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negeri ini menjadi semboyan yang menakjubkan dunia, bahkan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama menuturkan dalam kunjungannya di Universitas Indonesia bahwa semboyan tersebut menjadi contoh bagi dunia internasional.

Keberagaman di Indonesia telah diikat dengan Sumpah Pemuda yang berisikan bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu yakni Indonesia. Jika saja kita berkunjung seperti ke Malaysia, negeri serumpun Melayu namun mengakui bahasa Melayu dan Inggris. 

Bagaimana Indonesia? Indonesia memiliki + 700 bahasa daerah yang ada, namun dipersatukan dengan Bahasa Indonesia. Luar biasa bukan?

Tampaknya Bhineka Tunggal Ika masih kukuh hingga saat ini, meskipun banyak pihak atau oknum yang ingin merusaknya, tanpa mengenal sejarah dan landasan terciptanya semboyan tersebut. Saya tertuju kepada Yang Terhormat Ustad Abdul Somad yang beliau sendiri merupakan pemimpin umat Islam di Indonesia. Sebuah tayangan menjelang dirgahayu negeri Indonesia tersiar pernyataan yang menyakiti orang Kristen baik Protestan dan Katolik.

Tidak masalah anda mengatakan kami KAFIR, karena dalam ajaran anda memang KAFIR adalah sebutan bagi orang yang tidak beragama atau non-Islam. Tidak masalah anda mengatakan kepada umat anda bahwa Tuhan adalah satu yaitu Allah. Tidak masalah bagi kami bahwa anda mengatakan Al-Qur'an adalah satu-satunya kitab suci yang paling benar dan percayalah.

Sungguh terluka bagi kami orang Kristen yang anda dakwahkan di sosial media ustad yang secara jelas-jelas terdengar Salib terdapat Jin Kafir, patung tersebut Jin Kafir. Bilamana memang patung dalam salib itu bukan Tuhan sebagaimana anda percaya, apakah sepantasnya anda mengatakan itu jin kafir? Adakah manusia biasa pun anda katakan ia kafir adalah wajar?

Belum lagi anda dengan nada tertawa mengejek Isa Al-Masih yang disalib tersebut menghadap ke arah mana? Hingga anda menganjurkan untuk menutupi salib beserta patungnya yang ada di Rumah Sakit Kristen agar meninggal secara Islam. Tentu tidak ada sedikit pun usaha kami (umat Kristen) menginginkan kaum non Kristen meninggal secara Kristen dan murtad, TIDAK.

Indonesia dalam Bhineka Tunggal Ika. Sumber: ilmudefinisi.com
Indonesia dalam Bhineka Tunggal Ika. Sumber: ilmudefinisi.com

Sungguh pernyataan ustad tidak beralasan dan tidak benar, ustad merusak kebhinekaan Indonesia. Hal yang mengada-ada tersebut menimbulkan keresahan dan kebencian di kalangan rakyat Indonesia. 

Yang begitu perih juga ustad ungkapkan mengenai lambang Palang Merah Internasional yang mana adalah Paramedic yang simbolnya seragam sebagai bentuk universal bala bantuan kesehatan. Tidak ada maksud lambang tersebut adalah salib dan tersirat Kristenisasi, tidak.

Sungguh tidaklah elok bagi negeri kita yang indah ini harus kembali timbul kebencian di benak individu masyarakat. Negeri ini sudah cukup pernah terjadi perang saudara akibat perbedaan yang ada. Ustad adalah saudara saya, saudara kami. Kita satu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita juga sama-sama anak dan cucu nabi Adam AS.

Yang terhormat Ustad Abdul Somad, saudaraku kaum Muslim. Jika ustad lihat ke belakang, kakek nenek atau mungkin ayah ibu ustad di jaman penjajahan sangat menginginkan kemerdekaan, sangat ingin Indonesia terbentuk. 

Ketika terbentuk, mereka ingin negeri ini damai dan berdaulat. Begitu pun juga saya yang adalah cucu seorang TNI, berjuang demi NKRI yang kini kita tempati bersama.

Saya mohon kepada Ustad, jaga cemari persatuan bangsa ini dengan ujaran kebencian, dengan mengotak-kotakkan masyarakat Indonesia. Stop ustad, stop. Kami memang minoritas, tetapi ustad tahu betapa indahnya negeri ini dalam perdamaian yang berbeda.

Negeri ini sudah merdeka, ustad, merdeka. Merdeka di atas perjuangan segala suku dan agama yang ada di Indonesia ini. Kami umat Kristiani mencintai umat Islam, begitu pun Islam mencintai umat Kristen. Ingat Banser? Banser menjaga dan mencintai umat Kristen dengan merelakan nyawanya hanya demi umat Kristen tetap dapat beribadah dengan khusuk di hari raya Natal.

Kiranya ustad yang saya hormati mengerti maksud saya di sini, hanya sekadar pesan untuk menjaga kedamaian, kerukunan, dan keguyuban negeri kita tercinta ini. INDONESIA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun