Mohon tunggu...
Jojo Simatupang
Jojo Simatupang Mohon Tunggu... Guru - Sarjana Pendidikan | Guru | Penulis

Menjadi manfaat bagi banyak orang dan menjadi lebih baik setiap harinya.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Praktik Orang Pintar, Antara Percaya dan Tidak Percaya

1 Juni 2016   18:47 Diperbarui: 1 Juni 2016   19:02 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit menceritakan pengalaman saya di tahun 2013, ketika itu saya masih bekerja di sebuah perusahaan yang memproduksi besi dan keramik. Saya cukup akrab dengan petinggi-petinggi perusahaan tersebut sehingga beberapa kali membuat saya dianggap sebagai anak emas mereka. Kedekatan saya bukan hanya kepada satu atau dua orang petinggi saja, tetapi mayoritas petinggi bahkan relasi mereka yang masih satu kawasan industri tersebut.

Kedekatan saya yang hanya sebagai pegawai lepas di perusahaan tersebut disebabkan karena loyalitas dan kesediaan saya ketika saya berbincang-bincang banyak hal, apapun itu. Mungkin beliau-beliau berpikir saya yang saat itu masih 19 tahun namun kaya akan pengalaman. Mulai dari sanalah beliau-beliau tidak lagi sungkan kepada saya.

Kedekatan saya bukan berawal dari sana, tapi saya mulai dekat ketika di ajak ke sebuah rumah makan cepat saji di kawasan industri tersebut, saya terkejut ketika bertemu petinggi-petinggi perusahaan di kawasan industri tersebut. Ketika itu sore hari sekitar pukul 16.00, saya di ajak oleh bos saya yang paling akrab dengan saya. Beliau mungkin sangat percaya kepada saya sehingga membuat saya seolah teman, bukan lagi hubungan antara bos dan pegawai. Setiba disana, kami berbincang-bincang hal biasa, ada juga yang mulai konsultasi perihal kerjasama dan perjanjian bisnis, saat itu saya sedang mempersiapkan MoU dan LoI kepada perusahaan mitra. Kemudian pembicaraan kembali ke pembicaraan personal, setelah cukup ramai, ternyata kami bukan sekadar makan dan bertemu di sana, namun pertemuan kami berlanjut ke tempat lain. Sayapun di ajak untuk ikut dengan bos saya tersebut, saya tidak meduga kalau saya di ajak seperti saya sederajat dengan beliau-beliau. Saya juga terkejut, beliau-beliau tidak menggunakan mobil-mobil mewah seperti layaknya pengusaha dan petinggi perusahaan, hanya kendaraan biasa seperti Avanza, Rush, Terios, CR-V, dan mobil-mobil MPV lainnya.

Kamipun berangkat ke suatu tempat yang masih berada di kawasan industri tersebut, tampaknya seperti bar, namun anehnya di kawasan ruko-ruko yang saya sendiri tidak pernah tahu ada tempat tersebut. Jumlahnya ada 4 buah disana, kami memilih ke tempat yang katanya paling mewah dan terbaik di kawasan itu. Sesampai disana saya masuk di lantai satu sambil menonton TV, karena masih pukul 19.00, sehingga hiburan musik belum dimulai, sambil minum segelas bir. Bos saya meminta saya untuk coba berlaku tidak kaku, karena bos saya melihat saya masih cukup kaku kepada mereka, jelas saya baru pertama kali bertemu dalam kondisi bekerja. Tiba-tiba salah satu orang memanggil kami untuk berpindah ke tempat di lantai 2.

Lantai 2 ternyata adalah sebuah private bar yang hanya sebuah ruangan besar dengan DJ pribadi dan wanita-wanita cantik di dalamnya. Saya hanya ikut masuk dan hanya menikmati minuman serta musik, tiba-tiba saya mereka timbul pada pembicaraan serius, ini perihal mendongkrak harta dengan cara instan. Wow, saya begitu terkejut, entah karena mabuk atau apa saya hanya mengiyakan. Dengan kondisi sambil memeluk wanita, ternyata pembicaraan ini sangat serius, DJ diminta mengganti musik dengan lagu biasa, DJ akhirnya hanya memasang lagu via laptop dan ikut minum bersama. Mereka merencanakan untuk mengajak bos saya agar mengikuti cara mereka, usut punya usut orang pintar yang mereka maksud ada di beberapa wilayah, salah satunya di belakang kuburan Rancamaya, Jawa Barat. Bos saya meminta saya untuk menemani beliau karena beliau masih takut, “baiklah” saya mengiyakan.

Keesokan harinya saya bersama bos saya dan dua orang bodyguardnya berangkat menggunakan mobil saya, berangkat dari Depok pukul 21.00 dan kami sampai kurang lebih tengah malam. Jalanannya ekstrim karena masuk ke kawasan kuburan, di balik kuburan dengan jalanan terjal menurun ada sebuah rumah seperti istana, wah saya curiga.

Sesampai di tempat, seorang pria tinggi besar menghampiri kami dan menanyakan maksud kedatangan kami. Kami hanya sebut, “temannya pak Sonny (nama samaran)”, kami diminta untuk menunggu di ruang tamu yang sangat mewah dengan benda-benda pusaka dan foto-foto seorang perempuan, sepertinya pejabat, banyak sekali foto dengan beragam seragam-seragam resmi pemerintah. Kami disuguhi segelas teh manis hangat dan kue-kue kering sembari menunggu panggilan.

“Silakan ikuti saya”, pria itu memanggil kami dan kami mengikuti beliau hingga memasuki sebuah tempat mistis menurut saya, pencahayaan dengan bohlam klasik berwarna kuning, tikar, dan sebuah “meja kerja” beliau. Bos saya sangat terlihat ketakutan dan kebingungan, namun hal itu membuka pembicaraan tentang asal-usul praktiknya Bunda (panggilan orang pintar tersebut).

“Praktik ini sudah sangat lama, banyak yang berdatangan ke tempat ini, apa lagi ketika menjelang Pilkada, banyak yang minta dimenangkan. Biasanya mereka datang kesini saya mandikan kembang dan memberikan syarat-syaratnya. Insya Allah berhasil.” Wah saya bingung, inikan musyrik, tapi kok sebut nama Allah. Setelah lama berbincang, tiba kami menyatakan niat kami, tapi tiba-tiba bos saya mohon undur diri karena tidak nyaman. Baiklah, kami urungkan niat kami dan memilih pulang. Namun, anehnya orang-orang di tempat itu seperti melihat tajam ke arah kami, mungkin karena batal. Perjalanan pulang begitu menyeramkan, saya yang menggunakan mobil MPV harus melewati tanjakan terjal dengan medan tanah dan bebatuan. Beberapa kali mobil saya selip, belum sampai puncak pendakian, kami melihat sebuah mobil Jip menyala dan berjalan ke arah kami. Kami ketakutan dan segera cepat-cepat pergi, saya tidak lagi hiraukan makam di sekitar kami, saya hanya inginkan pulang dengan selamat. Saya berhasil pulang setelah mengantar bos dan bodyguardnya, saya pulang dan beristirahat.

Seminggu setelah kejadian itu, saya diminta lagi ke tempat “orang pintar”, saya sempat menolak, tetapi bos saya memaksa. Baiklah saya mengiyakan. Hari itu Selasa saya berangkat menuju Cibinong, wah jalanannya sangat jauh. Bensin saya tinggal 10 liter, saya panik, namun salah seorang rekan bos saya menenangkan saya seolah tidak masalah. Saya masuk ke sebuah perkampungan, beberapa rumah saya lihat unik, banyak rumah bercat biru di kampung itu. Rekan bos saya itu adalah Sonny, beliau mengatakan yang bercat biru adalah pengikut Eyang (panggilan orang pintar tersebut), wah saya cukup kagum juga, pasti bukan orang sembarangan.

Sesampai di sebuah rumah yang sangat luas, saya lihat rumah itu bercat biru lengkap dengan penjagaan yang ketat. Saya masukkan mobil dan parkirkan di tempat parkir halaman belakang rumah tersebut. Wah, banyak mobil mewah terpakir di tempat itu. Saya takjub sekaligus heran melihat fenomena tersebut, kenapa masih ada saja yang percaya hal-hal seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun