Mohon tunggu...
Kristo
Kristo Mohon Tunggu... -

A Journalist, Performance Management Consultant, Mind Diver, Universalist & A Less Travelled Road Taker...

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Kejujuran Prof. Mahfud dan Kekanakannya Kita

16 Agustus 2018   19:30 Diperbarui: 16 Agustus 2018   19:39 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejujuran itu berat. Tidak semua orang bisa mengungkapkannya, dan tidak semua orang itu bisa menerimanya. Kebanyakan hanya bisa menyangkal dan hidup dalam ilusi yang diciptakannya sendiri.

Demikian pula kejujuran yang disampaikan Prof. Mahfud soal kronologi batalnya beliau sebagai cawapresnya Jokowi. Jujur tapi  tidak menyenangkan buat semua orang, khususnya bagi sebagian pendukung Jokowi.

Padahal yang Prof. Mahfud sampaikan adalah bagian dari pendidikan politik. Bahwa apa yang semula kamu pikir merupakan bagian dari nasionalisme, bagian dari menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia, tidak lebih dari sekedar transaksi dagang. Itu adalah realita politik di Indonesia.

Sebagian pendukung Jokowi jadi hanya fokus pada 'curhat' Prof. Mahfud. Sebagian dari mereka menyesali, menyayangkan dan bahkan meledek, melecehkan serta cenderung menghina.

Mereka lupa, ada 3 hal positif yang disampaikan Prof. Mahfud sebagai penilaiannya terhadap Jokowi: Bersih dari Korupsi, Tegas dan Responsif. Tiga hal fundamental yang mesti dimiliki seorang pemimpin dan itu ada pada Jokowi.

Itu saja sudah menunjukkan obyektivitas Prof. Mahfud. Bahwa pembatalan itu mengagetkan, dan mungkin mengecewakan, akan tetapi tidak menghalangi beliau untuk mengakui dan mengapresiasi apa yang baik dari Jokowi.

Dan sebagian pendukung Jokowi memilih untuk bersikap kekanak-kanakan. Mereka hanya bisa menerima kejujuran yang sepenuhnya sesuai dengan selera mereka.

Jujur itu memang berat. Itu urusannya orang yang sudah dewasa dan matang. Urusan kita bermain-main saja.

Dan dipermainkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun