Senja tak berucap sepatah kata langsung berlari sambil menangis. Aku mengejarnya dan sontak menarik tangannya.
"Hati-hati dik kalau jalan," kata ibu yang mengendarai sepeda motor.
"Iya bu, maaf," kataku sambil menundukkan kepala.
Aku menatap senja ketakutan, kurangkul pundaknya, seraya berkata, "ada aku ... temanmu."
Senja menitikkan airmata sambil berkata lirih, "Ak...ak...aku, an..ak bo..oo..doh."
"Walaupun kamu belum bisa berbicara selancar kami, tapi kamu anak pintar," kataku meyakinkan Senja.
"Kita semua sayang Senja, " ucap Ayu dari belakang bersama Desta.
"Mungkin Bandi, Rendi dan Zulkain belum bisa menerima perbedaan itu. Kamu yang sabar ya, " Cintya menambahkan.
Aku menggandeng tangan Senja, lalu kami bergandengan tangan untuk menyeberang jalan. Hari ini kami pulang bersama setelah sekian waktu Senja selalu sendirian.
Aku senang mempunyai teman spesial yang Tuhan berikan di kelas kami.
Itulah ceritaku saat belajar di sekolah dasar, Vino.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H