Sinar mentari menembus jendela, silaukan mata terpejam. Kulihat handphone, sudah pukul tujuh. Setelah beranjak dari tempat tidur, segera mencari handuk dan mandi.
Sayu-sayu terdengar suara, "sarapan dulu le." Aku lebih fokus memasukkan kancing kemeja seraya memasukkan buku-buku ke tas.
"Ini emak masak sayur kangkung kesukaanmu," suara emak menggugah perutku.
Namun jarum jam tak berpihak padaku. Aku mencari tangan ibu agar memberi restu padaku.
Aku segera mengambil sepeda. Dewi fortuna tak menghampiri, ban belakang kempes. Lumayan olahraga pagi dengan memompa. Tiba-tiba kurasakan tepukan keras di punggung dengan suara
"Rajin sekali kau, Ryan."
Seperti suaranya tak asing, ternyata Anton teman sekelas. Aku bingung, dia memakai jersey serta celana bola. Anton menatapku sambil tertawa, lalu aku tersadar bahwa ini hari minggu.
Kami pun sarapan sayur kangkung dulu, sebelum beratraksi di lapangan.
Itulah ceritaku saat sekolah dulu, Ryan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H