Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Art

6 Agustus 2022   15:15 Diperbarui: 6 Agustus 2022   15:25 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun lalu, Roger berada di Tbilisi untuk mengadakan kerjasama dengan Ossetia selatan pemerintah georgia (negara bekas Uni Soviet). Pada hari terakhir, Roger memutuskan untuk berbelanja. 

Saat berjalan di jalan utama kota itu, dia berhenti untuk melihat seorang pemahat kayuyang  berada di bawah sebuah gang, sedang berusaha memahat sebuah nampan kecil. Beberapa karyanya ada yang dipajang untuk dijual. Dari semua karya yang dipajang, Roger tertarik pada nampan yang sedang dikerjakan pemahat kayu itu. 

Sehingga dia bertanya, "berapa harga nampan itu?"

"Ini belum selesai,"  jawab sang pemahat kayu itu.

"Kapan nampan ini akan selesai?" tanya Roger sedikit tak sabar.

"Dua hari lagi, anda sudah bisa membelinya," kata pria bertubuh tinggi itu.

"Saya lebih suka membelinya sekarang, sekalipun pahatannya masih belum selesai. Kira-kira berapa harganya jika saya membeli sekarang?" tanya Roger mendesak pria bertubuh tinggi itu.

"Ini tidak dijual sekarang," jelas sang pemahat.

Image : kuka.co.id
Image : kuka.co.id


Jawaban singkat dari sang pemahat itu membuat Roger jengkel karena sudah menyampaikan ketertarikan pada pekerjaannya, namun tak dipertimbangkan sedikit pun tawarannya. Terlintas dalam benaknya untuk berkata tajam atau beranjak pergi. 

Akan tetapi tak dilakukannya, dia menarik nafas dalam-dalam. Roger merasakan bahwa tidak dihargai, dihormati dan merasa diremehkan. Hal itu menyadarkannya, mungkin pemahat itu merasa tidak dihargai juga. 

Mungkin Roger telah bersikap tidak lebih baik padanya dan tidak menyatakan penghargaan atas diri dan pandangan pria itu. Mungkin juga, sang pemahat itu merasakan emosi seperti yang Roger rasakan saat ini.

"Seandainya saya mau menjual nampan ini sekarang juga, " kata pemahat itu, "harganya pasti lebih mahal," katanya sambil melanjutkan pahatannya.

"Mengapa?" tanya Roger terkejut.

Pria bertubuh kurus tinggi itu memandang ke arah Roger sambil tersenyum. 

Kemudian dia berkata,"menjual nampan itu sekarang akan menghilangkan kesenangan saya dalam menyelesaikan pekerjaan ini."

Roger ikut tersenyum, sambil berkata, "saya meninggalkan Tbilisi pagi ini. Saya menyukai nampan ini. Saya menyukai pekerjaan anda. Dan sekarang, saya ingin agar nampan ini mengingatkan saya kepada sang pemahat yang bangga atas pekerjaannya dan merasa puas karena telah mengerjakannya dengan benar."

Sang pemahat itu tersenyum lagi, tetapi tidak mengatakan sepatah kata pun.

"Demi perjalanan saya yang penting ini, maukah Anda melakukan kebaikan kepada seorang pengembara yang tidak dikenal ini dengan membiarkan saya membeli nampan yang belum selesai ini, dengan harga yang sama dengan harga ketika nampan ini selesai?" pinta Roger.

Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya sang pemahat itu menerima tawaran Roger. 

Mereka pun berbincang sambil sang pemahat menunjukkan karya pahatan lain yang artistik.

Sumber :
Cuplikan dari buku "Teknik-teknik Mengatasi Emosi" karya Roger -- Daniel. Garailmu. 2009

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun