Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Transformasi PRT

26 Juli 2022   05:00 Diperbarui: 26 Juli 2022   05:00 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


                 Dalam perkembangan zaman yang semakin cepat dan canggih, membuat setiap individu ikut beradaptasi dalam kondisi tersebut. Bila dahulu aktivitas mengurus rumah seperti, memasak, mencuci, menyapu, membersihkan rumah, menata rumah, dll bisa dilakukan oleh seluruh  anggota keluarga. 

Namun seiring berjalan waktu, tak ada kesempatan untuk mengerjakan sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk mengurus rumah. Perlu asisten rumah tangga yang dapat menata, membersihkan dan merawat rumah, agar ketika pulang dari sekolah atau kantor tidak disibukkan dengan aktivitas di rumah.  Sehingga setiap anggota keluarga bisa beristirahat, melakukan hobi, bercengkrama dengan anggota keluarga atau melakukan pekerjaan yang lain.


                    Untuk mencari asisten rumah tangga pun kadang tak gampang. Mereka merupakan sosok yang harus dapat dipercaya, serta bisa menjalankan tanggungjawab dengan baik. Kadang melalui kenalan teman, tetangga atau kerabat. Namun tak jarang juga, melalui biro atau agen tenaga kerja. 

Para asisten rumah tangga ada yang tinggal bersama majikan (live in) dan ada yang tinggal di luar majikan (live out). Baik yang tinggal bersama majikan maupun pulang, tentu ada kesepakatan untuk jam kerja, tugas-tugas apa saja yang harus diselesaikan, serta hak-hak asisten rumah tangga, seperti gaji.
Para asisten rumah tangga ini, tentu mempunyai peran serta jasa yang luar biasa besar bagi seluruh penghuni rumah. Sehingga tak jarang, mereka sudah dianggap seperti keluarga sendiri.

Seringkali mereka diajak serta dilibatkan dalam acara keluarga, kegiatan keluarga, serta diperhatikan seperti keluarga sendiri. Tak jarang juga dari para majikan, ada yang sampai menyekolahkan anak dari asisten rumah tangganya. Seringkali juga dijumpai anak-anak lebih dekat dengan asisten rumah tangga daripada dengan orangtuanya sendiri. Mungkin itu hanya keberuntungan, bila mereka mendapatkan majikan yang baik hati.


                Saat melihat surat kabar atau media, tentu ada juga majikan atau tuan rumah yang kasar serta tidak baik. Mereka yang tidak memberi gaji sebagaimana mestinya, melakukan tindakan kekerasan baik fisik, psikologi atau seksual, mengisolasi asisten rumah tangga, dll.

Ketika mengingat peristiwa asisten rumah tangga bernama Sunarsih (14 tahun), seorang pembantu rumah tangga (PRT anak). Seorang korban perdagangan manusia, yang dipaksa bekerja di Surabaya, Jawa Timur. Sunarsih mengalami penyiksaan selama bekerja, mengalami perlakuan tidak manusiawi dari majikan serta hak-hak sebagai pekerja tidak diberikan. Sunarsih bekerja lebih dari 18 jam sehari, mendapat makanan yang tidak layak, tidur di lantai jemuran, tidak bisa berkomunikasi dan bersosialisasi karena rumah dikunci serta tidak diberi upah (gaji). 

Akhirnya Sunarsih meninggal dunia pada 12 Februari 2001. Sebagai hasil refleksi atas peristiwa penyiksaan dan kekerasan tersebut, sejak tahun 2007, setiap tanggal 15 Februari diperingati sebagai Hari Pekerja Rumah Tangga (PRT), yang dilansir dari Komnasperempuan.go.id.


                   Selain itu juga terdapat data, yang dilansir dari www.voaindonesia.com, bahwa lebih dari 400 PRT mengalami tindakan kekerasan  dari berbagai aspek, seperti : fisik, psikis, pelecehan seksual, ekonomi dan perdagangan manusia sejak tahun 2012 -- Desember 2021. Ini dikatakan Lita Anggraeni selaku koordinator Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT).

Sementara, dalam survei JALA PRT mengenai kebutuhan sosial pada Agustus 2021, ada 868 PRT dan 82% diantaranya tidak mendapat jaminan kesehatan nasional. Menjadi hal miris ketika pekerja tidak mendapatkan jaminan kesehatan. Pasalnya, dalam bekerja tentu banyak hal diluar kendali seperti kecelakaan kerja atau tubuh mengalami penurunan fisik hingga sakit. Bila mengandalkan dari upah, tentu akan sangat kesulitan untuk mengikuti jaminan kesehatan yang ada.


               Kasus-kasus yang menimpa PRT memang kerap tak mencuat ke publik. Mulai dari jam kerja yang sangat panjang, pembayaran upah yang tidak sesuai kesepakatan, tidak ada hari libur, beban kerja yang sangat berat bahkan tindakan kekerasan. Memang tak dapat dipungkiri bahwa yang rentan menjadi korban adalah para wanita. 

Melihat fenomena tersebut, hak-hak pekerja rumah tangga perlu diperjuangkan, seperti gaji yang sesuai standar, jaminan kesehatan, jaminan ketenagakerjaan, jaminan sosial serta perlindungan agar mereka mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Beberapa aktivis serta lembaga mengupayakan untuk memperjuangkan melalui ranah legislatif. Mereka membentuk rumusan Undang-Undang PPRT yang diajukan kepada Dewan DPR, namun sampai sekarang masih belum ada pengesahannya. Semoga perjuangan itu berakhir dengan kemenangan akan pengakuan hak-hak PRT.

Image : otosection.com
Image : otosection.com

                 Pengesahan RUU PPRT merupakan upaya dari banyak pihak agar menurunnya atau hilangnya pemasungan hak-hak PRT. Tentu ini masih melalui proses panjang, mungkin dalam upaya menunggu bisa diminimalisir dengan berbagai upaya atau tindakan. Tindakan yang tak kalah penting adalah membekali setiap pekerja rumah tangga itu sendiri.

Sebelum terjun ke lapangan pekerjaan atau ketika ada minat untuk bekerja sebagai PRT. Mereka perlu mempunyai pengetahuan serta gambaran mengenai tugas serta hak-hak PRT. Di samping itu perlu mendapatkan pengetahuan dan arahan mengenai jasa tenaga kerja yang resmi, sehingga ini meminimalisir kerentanan terhadap tindakan kekerasan maupun eksploitasi tenaga kerja. Hal ini bisa dilakukan melalui kerjasama dengan pemerintah daerah setempat.


Tentu yang tak kalah pentingnya adalah pembekalan untuk para PRT, bisa berupa pelatihan ketrampilan, edukasi tentang kebijakan perlindungan PRT, kewajiban serta hak-hak PRT, informasi layanan konsultasi PRT, wadah atau komunitas PRT, dll. Yang mana tujuan dari pembekalan ini, para PRT mempunyai informasi,  pengetahuan serta gambaran tentang kewajiban serta hak-hak mereka, mempunyai pendukung baik sesama rekan pekerja maupun dari pihak lain, tahu tempat tujuan bila mencari pertolongan. Sehingga ketika mereka mengalami kesulitan atau mungkin ketidakadilan dalam bekerja atau memperoleh haknya, mereka bisa menghubungi, meminta bantuan dan menyelesaikan persoalannya tidak sendirian.

               Di zaman yang semakin berkembang ini, perlunya komunitas atau wadah menjadi sangat penting. Komunitas sebagai kumpulan dari individu yang mempunyai visi dan tujuan yang sama, nasib dan perjuangan yang sejalan, sebagai wadah untuk menampung inspirasi, wadah berbagi pengetahuan dan pengalaman serta sebagai support system (sumber pendukung) bagi setiap individu untuk mengembangkan diri. Beberapa komunitas PRT yang sudah ada seperti Serikat PRT Sapulidi di Jakarta, komunitas Anggrek Maya di Malang, dll. 

Beberapa daerah sudah mulai terbentuk komunitas bagi PRT, namun bila ada daerah yang belum terbentuk mungkin perlu ditumbuhkan wadah atau komunitas tersebut. Adanya wadah atau komunitas, memungkinkan para anggota PRT dapat bertemu dan berinteraksi satu sama lain. Dengan demikian, para PRT tidak hanya terisolasi dengan dunia, dirinya bersama majikan saja. Mereka dapat berinteraksi, berkomunikasi, bersosialisasi dengan dunia luar. Mereka merasa tidak seorang diri tetapi mempunyai kawan senasib yang bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman. Hal ini yang meminimalkan seorang PRT mendapat perlakuan yang tidak selayaknya.


Di dalam wadah atau komunitas, tentu akan bertemu dengan para pembimbing atau tutor-tutor. Mereka akan punya pengetahuan baru dan juga sangat penting PRT dibekali bukan hanya pelatihan yang terkait dengan tugas-tugas rumah tangga saja. Namun juga pelatihan seperti, membuat kue, membuat resep masakan baru, menanan sayuran dan buah-buahan (berkebun), merangkai bunga, pelatihan bahasa inggris atau bahasa asing, pelatihan penggunaan komputer dan lain-lain yang bisa disesuaikan minat PRT.

Mungkin bisa di setiap akhir pekan diadakan kegiatan-kegiatan seperti olahraga bersama atau melakukan aksi sosial sehingga mereka lebih merasa berarti, berdaya dan bahagia disela-sela kegiatan rutinitas bekerja.


                 Semoga dengan adanya wadah serta komunitas, PRT mempunyai wawasan yang lebih luas, penambahan ketrampilan baru, serta lebih percaya diri dan bahagia. Mereka terlihat menjadi lebih terampil, percaya diri, mempunyai kemampuan tambahan sehingga lebih dihargai oleh majikan. Mungkin yang awalnya dipercayakan tugas-tugas kecil, lambat laun akan dipercayakan tugas pokok atau rumit yang bisa mengembangkan potensi dalam diri PRT.

Di samping itu, mereka yang sudah menemukan kesukaan atau minat dan mahir di bidangnya, mungkin bila mempunyai modal yang cukup, bisa membuka usaha sendiri sehingga tidak lagi bekerja ikut orang (berhenti menjadi PRT). Tidak menutup kemungkinan, ada juga yang masih ingin bekerja menjadi PRT, namun mempunyai usaha sampingan. Tentu ini akan menjadi nilai plus serta transformasi besar bagi PRT, sehingga dapat memperoleh pendapatan lebih agar bisa memperoleh kehidupan lebih baik.

            Sebagai manusia, tentu mempunyai kewajiban dan hak untuk menghormati orang lain. Bukan didasari pada hal fisik, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, ras dll. Namun  sebagai bagian dari ciptaan Tuhan yang sangat mulia. Seperti pelawak Srimulat dalam acara televisi yang selalu menginspirasi dalam setiap tayangannya, bagaimana bisa menghargai 'batur' atau pekerja rumah tangga sebagai bagian dari keluarga mereka.


Setiap manusia terlahir unik dan mempunyai potensi yang Tuhan anugerahkan. Hal itu juga berlaku untuk PRT, hanya saja mungkin karena keterbatasan pengetahuan, kondisi ekonomi serta lingkungan yang tidak memadai ditambah kebutuhan hidup yang mendesak, menjadikan seperti tidak ada pilihan untuk bekerja. Hanya sebagai pekerja rumah tangga yang mereka tahu dan bisa, sehingga itu yang dikerjakan.

Namun manusia akan selalu bertumbuh dan berkembang, karena setiap hari didalamnya selalu ada proses belajar. Semoga kedepan nasib PRT dapat berubah menjadi lebih baik dengan pilihan lain yang bisa diambil ketika mereka mempunyai wawasan dan ketrampilan yang lebih baik. Seperti roda yang selalu berputar, hari ini bukanlah akhir melainkan sebuah awal dimana kesempatan dan peluang selalu ada. Semangat berjuang para PRT.

Sumber :

Sebuah karya pribadi dalam lomba penulisan artikel tentang Pekerja Rumah Tangga (PRT)  yang diadakan JalaPRT, konde.co & VOICE

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun