Di samping itu, mereka yang sudah menemukan kesukaan atau minat dan mahir di bidangnya, mungkin bila mempunyai modal yang cukup, bisa membuka usaha sendiri sehingga tidak lagi bekerja ikut orang (berhenti menjadi PRT). Tidak menutup kemungkinan, ada juga yang masih ingin bekerja menjadi PRT, namun mempunyai usaha sampingan. Tentu ini akan menjadi nilai plus serta transformasi besar bagi PRT, sehingga dapat memperoleh pendapatan lebih agar bisa memperoleh kehidupan lebih baik.
Sebagai manusia, tentu mempunyai kewajiban dan hak untuk menghormati orang lain. Bukan didasari pada hal fisik, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, ras dll. Namun sebagai bagian dari ciptaan Tuhan yang sangat mulia. Seperti pelawak Srimulat dalam acara televisi yang selalu menginspirasi dalam setiap tayangannya, bagaimana bisa menghargai 'batur' atau pekerja rumah tangga sebagai bagian dari keluarga mereka.
Setiap manusia terlahir unik dan mempunyai potensi yang Tuhan anugerahkan. Hal itu juga berlaku untuk PRT, hanya saja mungkin karena keterbatasan pengetahuan, kondisi ekonomi serta lingkungan yang tidak memadai ditambah kebutuhan hidup yang mendesak, menjadikan seperti tidak ada pilihan untuk bekerja. Hanya sebagai pekerja rumah tangga yang mereka tahu dan bisa, sehingga itu yang dikerjakan.
Namun manusia akan selalu bertumbuh dan berkembang, karena setiap hari didalamnya selalu ada proses belajar. Semoga kedepan nasib PRT dapat berubah menjadi lebih baik dengan pilihan lain yang bisa diambil ketika mereka mempunyai wawasan dan ketrampilan yang lebih baik. Seperti roda yang selalu berputar, hari ini bukanlah akhir melainkan sebuah awal dimana kesempatan dan peluang selalu ada. Semangat berjuang para PRT.
Sumber :
Sebuah karya pribadi dalam lomba penulisan artikel tentang Pekerja Rumah Tangga (PRT) yang diadakan JalaPRT, konde.co & VOICE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H