Siang itu, seperti biasa sepulang sekolah, kami melewati rumah reyot tua berlumut. Sebelum masuk ke halaman, kami bertiga suit untuk menentukan siapa yang menjadi pemimpin. Ardi kalah sehingga dia di barisan depan.
Langkah kaki kami melambat mengikuti Ardi. Tiba-tiba Ferdi menepuk bahuku untuk menunjukkan sebuah pohon jambu yang ranum buahnya. Ferdi tiba-tiba keluar barisan, berlari menuju pohon itu.
Aku segera memberitahu Ardi, kami meneriaki Ferdi untuk kembali, namun tak digubris. Dia malah asik hendak merengkuh buah jambu itu. Kami berlari menghampiri dan bergegas menariknya. Ferdi marah dan kami bertengkar.
Tiba-tiba muncul suara, "sedang apa kalian?"
Kami mencari suara itu, kemudian terdengar bunyi pintu dari rumah reyot itu. Terlihat kakek tua renta bertongkat menghampiri kami. Ingin lari namun kaki tak bisa melangkah.
Sang kakek menuju ke arah kami. Aku, Ferdi dan Ardi pucat pasi ketakutan. Namun tangan tua itu memetik buah jambu di sebelah kami, lalu memberikan pada kami.
"Ambillah yang kalian inginkan," kata sang kakek itu.
Tiba-tiba tangan dan kaki kami terasa hangat. Kami hanya mengambil beberapa buah jambu, lalu makan bersama sang kakek di teras rumahnya.
Sejak saat itu, kami merasa senang bila pulang sekolah melewati rumah kakek. Tak seperti yang kami pikirkan dulu, rumah tua ini pasti berhantu, ternyata dihuni sang kakek yang baik hati. Itulah pengalamanku, Dani bersama sahabat-sahabatku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H