Semua terpaku, keheningan merasuk ruangan itu. Menjadi hal tabu bila menyela pembicaraan orangtua. Begitu peraturan tak tertulis dalam keluarga ini.
"Nduk, kemarin ayah dan ibu bertemu dengan Raden Djoyo Mangunsidi. Beliau sahabat kecil ayah, yang juga dari keturunan bangsawan serta berdarah biru. Dulu kami sering bercanda, bila punya anak akan dijodohkan, agar hubungan kami bisa menjadi persaudaraan. Impian itu akan kami wujudkan menjadi kenyataan. Besok mereka kemari sekalian membicarakan rencana pernikahan kalian, " kata sang ayah tegas.
Keheningan semakin merasuk, hanya suara jam dinding yang masih berdetak keras.
"Nyuwun sewu, ayah ... " ucap Ayu dengan logat kromo sebagai tanda penghormatan kepada orangtuanya.
Sang ibu memotong pembicaraan putrinya dengan berkata, "nduk, ayah dan ibu sangat menyayangimu. Kami ingin kamu bahagia, mendapat pasangan terbaik, menjadi kebanggaan keluarga dan meneruskan garis kebangsawanan keluarga ini. "
"Maturnuwun ayah dan ibu ingin memberikan yang terbaik buat Ayu. Nyuwun pangapunten sanget, Ayu sudah punya pilihan ... Ayu tidak bisa menerima perjodohan ini, " ucap Ayu spontan kepada bapak dan ibunya.
"Si Joan yang tidak jelas itu. Sebagai seorang ibu, aku tak akan merestui. Berasal dari latar belakang keluarga tak jelas, orangtua yang bercerai serta anak perantauan. Pendidikan yang tak setara denganmu, masih kontrak kerja, penghasilan pas-pasan. Bagaimana dengan masa depanmu nantinya?, " kata sang ibu dengan nada mulai meninggi.
Wajah Ayu pucat pasi, mendengar kata-kata sang ibu yang memojokkan kekasih hatinya.
"Bu, Joan memang bukan dari keluarga yang sempurna dan ningrat, seperti kita. Namun Joan, pribadi yang rajin beribadah, baik, tulus, rendah hati serta bertanggungjawab. Bukankah itu sudah cukup untuk menjadi syarat pendamping hidup. Bila pendidikan, dia sangat senang belajar dan rencana akan melanjutkan pendidikan di waktu dekat ini. Begitu juga dengan penghasilan, rejeki bisa kami cari bersama.
Kami yakin akan bisa mencukupi keluarga kecil kami tanpa kekurangan suatu apapun. Kami pasti tidak akan merepotkan ayah dan ibu, " kata Ayu memberikan penjelasan dengan lembut, agar orangtua menggagalkan rencananya dan merestui hubungan mereka.
Sang ayah tertawa sambil berkata, "diberi enak kok cari susah. Menjalani sebuah keluarga bukan semudah yang kamu kira. Makanya ayah dan ibumu ini, ingin mencarikan yang terbaik buat anaknya. Seorang pasangan yang baik itu harus diperhatikan latar belakang keluarga (bibit), sifat atau karakter (bobot) dan kemapanan (bebet).