Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mata Hati

2 April 2022   05:00 Diperbarui: 2 April 2022   05:02 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                      Mentari menghangatkan bumi bagaikan kasih ibu mendekap anaknya dalam pelukan. Siang ini, mentari seolah bersahabat dengan kulit. 

Cintya menutup pintu gerbang kostnya, berjalan ke ujung jalan untuk mendapatkan angkot menuju kampus. Terlihat  senyum sumringah pada tetangga yang ditemuinya. Semangat untuk menikmati hari ini terlihat dari langkah kaki yang mantap.


                 Ketika di jalan raya, terlihat seorang ibu mendekap anak perempuan yang digendongnya. Ibu itu menenangkan si anak yang merintih. Mereka duduk di sebuah toko yang tutup. Mereka tampak kelelahan dan berbaju lusuh.

“Adiknya kenapa, bu?” tanya Cintya menghampiri ibu itu.

Sang ibu terkejut, terdiam seraya menatap Cintya, kemudian terdengar suara lirih, “ nggak tau mbak, katanya perut sakit. Mungkin lapar karena kami belum makan mulai kemarin.”

Cintya memegang kepala anak itu lalu bagian tubuh lainnya. Rasa panas menyengat telapak tangan Cintya, ditambah keringat  di kepala. Si anak spontan menangis ketika ada orang asing memegang.

“Sepertinya adik sakit, “ kata Cintya kepada sang ibu.

Sang ibu tampak kuatir. Cintya segera bergegas pamit dan berjanji akan kembali ke sini lagi.

Image : amp.kompas.com
Image : amp.kompas.com

               Cintya menuju toko terdekat. Dia membeli roti tawar, biskuit serta air putih. Dibawa di tangan kirinya,lalu bergegas ke apotik. Dua botol obat, kini sudah ada ditangannya. Tak membuang waktu, kakinya melangkah menuju sang ibu dan si anak tadi.

“Bu ini untuk ibu dan adik, “katanya sambil memberikan kresek putih makanan pada sang ibu.

“Sebelum makan, ibu berikan syrup putih pada adik supaya perutnya enakan, “kata Cintya sambil memperagakan sendok takar yang ada di dalam kardus.

Kemudian dia juga memperagakan obat satunya untuk diminum si adik setelah makan, agar suhu tubuhnya turun. Cintya menjelaskan manfaat obat ini serta kapan harus diberikan dan dihentikan. Tak lupa, dia memberi pesan pada sang ibu untuk tetap tenang dan sabar menghadapi anaknya yang rewel karena sakit. Satu lagi bila besok si adik tak kunjung ada perkembangan kondisinya, Cintya akan membantunya untuk mengantarkan ke Puskesmas terdekat.

Sang ibu meneteskan air mata serta mengucapkan kata terimakasih berkali-kali. Cintya tersenyum serta memberi semangat pada sang ibu. Selanjutnya Cintya meninggalkan ibu dan anak perempuan itu.

               Kakinya melangkah ke sebuah toko yang biasanya menunggu angkot. Di lihat jam di tangan, sepuluh menit lagi, dia harus segera sampai kampus karena ujian semester. Angkot yang ditunggu tak kunjung datang. Tanpa diketahui, ada pengendara motor memanggilnya, ternyata Rifan temannya satu kelas di kampusnya. Rifan mengajaknya bareng. Mereka berangkat ke kampus Kesehatan, di mana mereka saat ini kuliah semester tiga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun