Hari berganti hari, tak terdengar suara gebrakan pintu. Walaupun begitu, sang nenek sering was-was ketika terdengar ketukan pintu.
Siang itu, ketika sedang membuat kue untuk jualan sore hari.
"Dokk ... dokk, " terdengar bunyi pintu diketuk.
Sang nenek terkejut, sejenak pikirannya melayang pada sang pemilik rumah "pasti menagih uang kontrakan". Nenek itu menghela nafas panjang, sambil membukakan pintu.
"Selamat siang nek, " sapa lelaki muda yang elok parasnya. Nenek itu mengangguk, hanya terdiam.
"Perkenalkan, saya Sandi pemilik baru rumah ini, " ucapnya lembut.
Sang nenek tertegun, nampak kegelisahan di wajahnya, seraya berkata, "jadi, sekarang rumah ini milik masnya?"
Lelaki itu tersenyum, sembari berkata, "mulai besok, rumah ini akan direnovasi. Nenek tidak usah gelisah, nenek akan tetap tinggal di sini serta biaya sewa masih sama dengan sebelumnya."
Sang nenek terharu dan melinangkan airmata. Lelaki muda itu mengusap pundak sang nenek. Tak lama berbincang, si pemilik baru itu pamit pulang.
Sang nenek memanjatkan doa, mensyukuri anugrah yang mempertemukannya dengan pemilik rumah yang lemahlembut, yang tak membuatnya sport jantung lagi.