Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memahami Tujuan Komunikasi untuk Menghindarkan Debat Kusir

19 Februari 2022   05:00 Diperbarui: 19 Februari 2022   05:16 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

               Pernahkah ketika berbicara atau berkomunikasi dengan seseorang, kemudian ujungnya saling mempertahankan pendapat (argumen) atau debat kusir. Atau melihat sebuah tayangan televisi, yang awalnya sebuah perbincangan dengan tema menarik namun berakhir dengan adu pendapat (argumen). 

Fenomena ini sering terjadi di lingkup sekitar, bisa terjadi hubungan antarteman, hubungan suami istri, hubungan orangtua anak, hubungan guru murid, hubungan rekan kerja, dan lain sebagainya.


                     Apa itu perdebatan? Menurut wikipedia, kata perdebatan berasal dari kata 'debat' yang berarti kegiatan argumentasi yang bertujuan menyampaikan pendapat yang bertentangan dengan pendapat orang lain. Bila dilihat dariKamus Besar Bahasa Indonesia, arti debat adalah pembahasan atau pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.


                 Perdebatan atau berbeda pendapat menjadi hal yang wajar dalam sebuah komunikasi. Sebagai manusia, yang merupakan ciptaan Tuhan dengan diberikan  keunikan masing-masing serta dilengkapi dengan akal dan budi. Setiap individu, satu dengan lainnya tidak akan sama, bahkan yang kembar identik sekalipun. 

Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari gen (keturunan), faktor psikologis, bakat dan minat, tingkat pendidikan dan pengalaman, faktor lingkungan seperti keluarga, kultural, budaya. Hal inilah yang membentuk sudut pandang atau persepsi, dalam menanggapi setiap realitas menjadi berbeda-beda. 

Suatu realitas yang sama, ditangkap oleh pancaindera (input) dan diolah oleh otak dengan alat (instrument) faktor-faktor pembentuk individu, hasilnya suatu sikap dan perilaku (output). 

Misal : gambaran seekor gajah. Ada yang mempersepsi gajah itu binatang berbadan besar. Ada yang berpendapat gajah punya belalai panjang. Kemudian ada yang berkata, gajah punya gading. Tentu semua pendapat benar dan tidak ada yang salah, karena gajah memiliki semua itu. Yang dilihat setiap individu tadi merupakan bagian dari tubuh gajah.

                Dalam berkomunikasi, berbeda pendapat itu hal yang lumrah serta bisa menjadi proses pertumbuhan. Yang menjadi masalah dan menghambat pertumbuhan adalah bila perbedaan pendapat sampai menjadi suatu pertengkaran atau pertikaian. 

Awalnya dimulai dari  pihak yang meyakini pendapat (argumen) paling benar, argumen di luar diri salah, sehingga akhirnya mengontrol sekitar dengan memaksa teman bicara untuk menerima pendapat. Bila teman bicara, berada pada posisi yang sama juga, maka akan saling beradu argumentasi, saling mencari informasi serta data yang mendukung pendapatnya untuk mematahkan argumen teman bicara atau mencari peluang agar teman bicara tidak bisa menyerang pendapat (argumen). Terjadilah saling menyerang yang tak ada ujungnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun