Langit tak bersemangat, nampak awan hitam berpadu menari. Hujan seolah menemani serta menjadi saksi, dalam makna kehidupan. Pengalaman apakah yang dipelajari oleh Rama?
Siang itu langit tak bersemangat, mentari seolah bersembunyi di balik awan. Situasi tak menyurutkan Rama untuk menemui sahabatnya di sebuah caf yang berjarak berpuluh-puluh kilometer. Jaket jeans hitam dengan sandal jepit kulit coklat`yang dikenakannya. Kemudian dilajukan motor berwarna biru tua itu.
Baru beberapa kilometer, hujan turun begitu deras. Rama menepikan motornya, lalu dibuka jok untuk mencari mantel baju celana. Setelah dipakainya, terdengar suara angin berhembus begitu kencang, yang membuat pohon-pohon bergoyang. Tak lama terlihat dahan-dahan jatuh di jalanan, lalu jepretan halilitar serta suara menggelegar. Sebenarnya Rama mau menerjang hujan, melihat situasi sepertinya cukup mengandung resiko.
Jalanan di depannya nampak sepi kendaraan. Air mulai berkumpul dan menggenang di got yang meluber ke jalanan. Bila diteruskan cukup beresiko terhadap keselamatan, juga membuat motor mogok. Rama menunggu hujan bersama pengendara lain, yang berteduh di depan kios yang tutup.
Langit masih bersedih, awan hitam berkumpul, namun hujan mulai gerimis lebat. Rama orang pertama yang duluan melajukan kendaraan, dibanding kawan-kawan yang berteduh. Mantel biru serta helm teropong tertutup rapat, membantunya menerjang deraian air. Tangan serta kaki yang basah, tak menyurutkan semangat untuk terus melaju agar bertemu sahabatnya.
Dalam perjalanan itu, dia memanjatkan doa, "agar hujan segera reda."
Dia tetap fokus ke depan, cukup banyak kendaraan yang mulai melaju di depan dan sampingnya. Hujan masih mengguyur sepanjang perjalanan. Ketika di perempatan jalan, motor Rama berhenti karena lampu merah. Tiba-tiba mesinnya mati sehingga harus menepikan kendaraan, agar tak menghalangi kendaraan di belakangnya. Mungkin mesinnya dingin kemasukan air, setelah dicoba dan dilap pada bagian tertentu, akhirnya motor itu nyala kembali.
Dilajukan motor biru menuju caf tempat mereka janjian. Hingga akhirnya Rama bertemu Ichal, sahabat lama yang berpisah lama namun saling terhubung. Mereka asik ngobrol ditemani kopi Vietnam panas serta beberapa snack.
Hampir dua jam, tak terasa melepas kangen, namun hujan tak kunjung berakhir. Ichal satu jam lagi ditunggu kereta, yang membawanya kembali ke kampung halaman. Ini adalah menit-menit terakhir, setelah beberapa hari tugas di kota yang pernah menjadi tempatnya mengenyam bangku kuliah. Perpisahan mereka disaksikan oleh deraian hujan yang mengguyur. Ichal yang dijemput dengan kendaraan onlinenya sedangkan Rama sibuk mengelap mantel yang basah kena hujan.
Setelah siap dan memberikan tips kepada petugas parkir, dilajukan motor berteman air hujan yang turun. Tiba-tiba mata Rama melirik pada spedometer, terlihat limit bensin pada jarum E (Empaty). Berarti pertanda harus segera mengisi di pom bensin terdekat. Untunglah beberapa kilometer lagi ada SPBU. Dibelokkan motornya, namun ada plangkat bertuliskan "Bensih Habis". Pantas bila Pom itu sepi.
Diputar kendaraannya seraya melanjutkan perjalanan sambil berpikir dimana ada SPBU terdekat. Dia teringat bahwa ada SPBU yang besar arah jalan pulang, namun masih tinggal beberapa kilometer lagi. Hatinya gelisah namun ditenangkan dengan berdoa, "semoga lancar sampai pom bensin". Dia terus berjalan maju sambil mencari jalan melalui kemacetan, makhlum ini akhir pekan.