Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ublik

15 Juli 2021   05:05 Diperbarui: 15 Juli 2021   05:32 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                       Keterbatasan fisik tak menyurutkan sebuah keluarga untuk mensyukuri karunia Tuhan, mengolah alam semesta yang merupakan  titipan serta mempunyai mata hati yang peka terhadap sesama.

                       Di desa kecil, dekat danau hiduplah keluarga pak Hamzah. Beliau bersama sang istri dan anak laki-laki serta perempuan tampak rukun serta saling tolong menolong. Sang istri mempunyai kekurangan di pendengaran  sementara pak Hamzah yang buta  sejak dari kecil, tak menyurutkan kebahagiaan mereka. Beliau beserta istrinya saling tolong menolong dan bahu membahu untuk menanam sayur serta merawat ternak domba. Keluarga mereka pun juga terkenal santun dan suka membantu para tetangga. Maka tak heran bila pak Hamzah sangat di hormati di desa tersebut.


                        Di suatu sore ketika mereka berkumpul, anak perempuannya yang bernama Shanty penasaran dengan apa yang di lakukan bapaknya selama ini.


"Pak, saat malam hari bapak keluar rumah,  kenapa bapak selalu membawa lampu ublik, bukannya bapak tidak bisa melihat?" tanya anaknya.


Sang bapak itu pun tersenyum lalu berkata, " mungkin kelihatan sia-sia ya bapak membawa ublik. Nakk, walaupun bapak buta namun biarlah orang lain yang akan melihat cahaya dari ublik itu untuk menerangi jalannya. Di samping itu, juga biar orang lain tidak menabrak bapak bila keadaan gelap."


"Wahh besar sekali hati bapak, meskipun bapak tak bisa melihat tapi mata hati bapak sungguh peka dan tulus. Bapak tidak hanya memikirkan diri bapak sendiri tetapi orang lain juga." puji anaknya dengan kagum.


"Bukankah kita seharusnya seperti itu ya nak. Tuhan sungguh sangat baik, masih memberikan bapak kesempatan bisa hidup. Kemudian alam semesta, baik itu tumbuh-tumbuhan serta hewan juga memberikan hasil untuk makanan kita. Begitu juga dengan sesama manusia di sekitar kita yang selalu membantu dan menolong dalam kehidupan. Itu semua adalah anugerah dan sudah sepantasnya kita juga memberikan yang terbaik dengan apa yang kita bisa dan punyai," cerita bapak pada anak perempuannya.


"Iya pak. Apa yang kita miliki adalah anugerah dan berkat dari Tuhan. Shanty bangga punya orangtua seperti bapak, " terang Shanty sambil memeluk ayahnya.


Mereka pun saling berpelukan, kemudian lelaki itu  berkata, "bapak juga bangga punya anak seperti kamu. Bapak sayang Shanty."


                  Mereka pun melanjutkan ngobrol bersama keluarga yang lain sambil makan singkong rebus dan teh hangat di tengah semilir malam yang pekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun