Virus covid -- 19 yang mewabah di seluruh dunia, masuk ke Indonesia pada bulan Februari 2020. Pemeritah menghimbau guna memutus rantai penyebaran Covid dengan menjadikan aktivitas, kegiatan belajar, bekerja dan berdoa dilakukan di rumah pada pertengahan bulan Maret. Seiring berjalannya waktu, hampir satu tahun lebih wabah ini masih belum sirna. Beberapa kebijakan pun ditempuh dengan new normal, aktivitas di luar rumah yang berlaku untuk wilayah zona kuning dan zona hijau mulai dijalankan dengan pembatasan. Hal ini tentunya juga mempengaruhi kegiatan belajar si buah hati yang biasanya di lakukan di sekolah, kini dilakukan di rumah bersama orangtua dengan menggunakan teknologi digital (daring). Namun beberapa wilayah ada yang sudah memasuki zona aman (kuning dan hijau), yang bisa melakukan kegiatan belajar mengajar dengan tatap muka (luring/luar jaringan) dengan adanya sejumlah syarat yakni adanya persetujuan dari pemerintah daerah/dinas pendidikan dan kebudayaan, kepala sekolah dan orangtua/wali siswa yang tergabung dalam komite sekolah, demikian ungkap Nadiem (Menteri Pendidikan). Beberapa sekolah melakukan uji coba luring secara bertahap dan mengurangi jumlah hari serta jam belajar di tahun 2021, namun bila kondisi tidak aman atau tingkat resiko berubah maka pemerintah daerah wajib menutup kembali satuan pendidikan. Namun sampai saat ini, masih banyak sekolah yang menggunakan daring karena terkait dengan kondisi wilayah dan keamanan bagi siswa dan tenaga pengajar terkait kondisi kesehatan. Hal ini tentunya menimbulkan pola perubahan dan adaptasi baru bukan hanya pada siswa (anak-anak), para pendidik (guru) demikian juga dengan para orangtua.
Dalam bincang sore di bulan Maret 2021 dengan Cakrawala bahasa sebuah founder yang didirikan mahasiswa UI yang kini digiatkan oleh berbagai mahasiswa dan pemuda Indonesia baik dari dalam maupun luar negeri, dengan tema "Pendidikan yang efektif dan bersahabat dengan anak" bersama Seto Mulyadi, yang biasa akrab dipanggil Kak Seto. Beliau adalah sosok yang sangat mencintai dunia anak-anak, sampai sekarang beliau masih tergabung dalam Lembaga Perlindungan Anak serta pernah menjabat sebagai Ketua Umum Komisi Perlindungan Anak. Dalam bincang tersebut, beliau menyampaikan bahwa," di masa Pandemi orangtua sebagai pendidik pertama dan utama yang menghargai potensi setiap anak yang berbeda-beda. Di mana yang menjadi dasar dalam pendidikan sesuai UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2013 pasal 1 poin 1, yang bunyinya "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara." Lalu beliau menjabarkan penjelasannya, bahwa mendidik anak bukan seperti mengisi air dalam gelas atau mengisi anak dengan banyak hafalan rumus-rumus, bahasa dll. Namun bagaimana menggali potensi setiap anak. Anak- anak itu ibarat aneka bunga melati, anggrek, kenanga, dahlia, kamboja dll di taman sari keluarga, taman sari sekolah, di mana mereka semua dengan keelokan masing-masing. Bila di tanya, bunga mana yang paling indah? Dalam lagu anak "Lihat Kebunku", ada lirik "mawar, melati ... semuanya indah. Keelokan setiap aneka bunga dapat dilihat di Indonesia dengan nama -nama Rudy, namun memiliki potensi yang berbeda-beda, yaitu Rudy Salam (aktor), Rudy Hadisuwarno (penata rambut), Rudy Hartono (pemain bulutangkis), Rudy Choirudin (jurumasak dan penulis). Kemudian beliau menambahkan juga, untuk pemahaman cerdas harus di perluas bukan hanya cerdas di bidang Matematika, Fisika, Biologi namun juga cerdas menari, mengarang puisi atau cerita, melukis, menyanyi dan lain-lain sehingga membuat suasana belajar yang menyenangkan bagi anak-anak sesuai dengan potensinya. Bila pendidikan diarahkan seperti itu maka kegiatan belajar akan menyenangkan di saat Pandemi.
Masa pandemi ini bukan hanya siswa dan orangtua yang mengalami perubahan dalam sistem pendidikan, melainkan guru atau tenaga pendidik juga mengalami perubahan. Lalu ada pertanyaan, bagaimana pendidik agar mampu untuk memberikan pendidikan yang baik di masa Pandemi ini? Beliau menjawab pertanyaan tersebut, bahwa pendekatan pendidikan bukan secara akademik, seperti di kelas. Namun ada dialog dengan persahabatan dari hati ke hati. Dialog ini bisa dibangun dengan menanyakan ke anak bagaimana perasaannya, apa senang belajar seperti ini? Bisa juga ditanyakan, apa yang menjadi hambatan dalam belajar, mungkin bisa sinyal yang hilang, apa yang tidak mengerti dalam pelajaran dll. Selain membangun dialog guru dengan murid, sinergi antara orangtua dan guru dalam menjalin komunikasi juga merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan pada masa Pandemi ini. Orangtua bisa menyampaikan situasi rumah, misal gangguan sinyal sehingga mata pelajaran tidak jelas, dll. Sehingga ada komunikasi antara guru dan orangtua, hal ini dapat membantu guru untuk menjadikan orangtua sebagai guru pengganti yang menemani kegiatan belajar mengajar di rumah. Meskipun kondisi belajar di rumah, namun anak bisa belajar secara jarak jauh dengan guru dan jarak dekat dengan orangtua masing-masing. Menciptakan suasana penuh persahabatan, penuh kasih sayang, saling diskusi sangat dibutuhkan untuk belajar yang menyenangkan di rumah. Jangan ada kekerasan atau emosi seperti bentakan, dijewer, dipukul dll, yang menyebabkan anak menjadi stress untuk belajar. Belajar dapat dikreasikan sambil menyanyi saat ada yang harus dihafal atau sambil bermain menggunakan mainan anak sebagai media saat belajar matematika. Orangtua dapat mengkreasikan dengan benda atau apa saja yang bisa membuat anak mengerti dan senang belajar.
Tokoh pencipta boneka komo ini, juga menyampaikan surat edaran dari Mendikbud No 4 tahun 2020 yaitu tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran covid -19, yang beberapa poinnya, yaitu belajar dari rumah melalui daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Dan pada poin selanjutnya, belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan, antara lain mengenai pandemic covid 19. Pembelajaran kecakapan hidup dengan menjaga suasana di rumah tetap gembira , tetap bahagia namun ayah bunda dapat menemukan potensi setiap anak yang saling berbeda. Bukan hanya dituntut untuk menghafalkan rumus (akademis) melainkan unsur afeksi juga dilibatkan, seperti : perasaan anak di buat aman, tenang, bahagia dan gembira. Belaiu juga menambahkan kepada para guru, kepala sekolah, dinas pendidikan mohon tidak menekankan pada penuntasan kurikulum. Kemudian beliau mengingatkan, bila dilihat dari isi pendidikan di Indonesia, ada 5 sesuai standart badan pendidikan Nasional, yaitu :
Etika (Moral)
Belajar sopan santun, saling menghormati dan menghargai, tidak menang sendiri, dll yang bisa diteladankan lewat ayah dan bunda.
Estetika (keindahan)
Menciptakan rumah yang nyaman dan rapi, menyapu, mengepel, merapikan tempat tidur, membersihkan buku.
Ilmu Pengetahuan (IPTEK)
Pelajaran akademis di sekolah yang menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi seperti fisika, biologi, geografi dll.