Sejak kekal Allah telah merencanakan keselamatan bagi umat manusia. Penyelamatan itu pun berpuncak dan berpusat pada diri Yesus Kristus yang hidup, wafat dan bangkit. Dalam karya keselamatan itu, Allah memilih Maria untuk menjadi Bunda Putera-Nya. Atas dasar inilah Gereja dan umat beriman menghormati Bunda Maria. Begitu pula halnya dengan St. Fransiskus dari Asisi yang juga menghormati Maria sebagaimana diimani oleh Gereja. St. Fransiskus dari Asisi melihat Maria sebagai model hidup bagi umat beriman, terutama dalam hal kontemplatif, kebersatuan dengan Kristus dan kebajikan dalam berbelaskasih.
Penghormatan Fransiskus kepada Maria dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk menghormati dan sekaligus meneladani Bunda Maria dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam penulisan ini akan dijelaskan mengenai "Maria sebagai Model Hidup Umat Beriman Kristiani" menurut perspektif St. Fransiskus dari Asisi. Â
Siapa itu Fransiskus dari Asisi
Fransiskus lahir di kota Asisi, Italia pada tanggal 5 Juli 1182. Ia dilahirkan dari keluarga pedagang kain terkaya di kota tersebut, yakni Pietro Bernadone dan Dona Pica. Tahun 1209, ia mendirikan Ordo Saudara Dina (Ordo Fratrum Minorum).[i] Di masa St. Fransiskus Asisi hidup, ada dua dogma Gereja tentang Maria yang mempengaruhi pemahaman Fransiskus akan Bunda Maria. Dua dogma itu, yakni "Maria Bunda Allah" dan "Bunda Maria Perawan". Gelar Maria sebagai Bunda Allah merupakan gelar yang tidak asing lagi di zaman Fransiskus Asisi. Gelar ini merupakan gelar yang penting untuk menyatakan bahwa Maria melahirkan seorang Anak yang adalah Allah dan sehakikat dengan Bapa. Â
Sedangkan gelar "Maria Perawan" muncul pada abad keempat, baik itu di Geraja Timur maupun Gereja Barat. Keperawanan Maria haruslah dimengerti dari sudut spiritual, yakni dari kedudukan dan perannya dalam rencana dan pelaksana keselamatan Allah. Berkat penerimaan dan pembaktian Bunda Maria yang sepenuh-penuhnya, maka ia pun dapat dimengerti sebagai perawan dalam segi spiritual.
Fransiskus meninggal tepatnya pada tanggal 3 Oktober 1226 dengan adanya stigmata (luka-luka Krstus) pada dirinya. Menurut tradisi Gereja Katolik, Fransiskus dikenal sebagai Santo pelindung bagi binatang dan lingkungan hidup. Pestanya dirayakan setiap tanggal 4 Oktober.
Maria di Mata Fransiskus dari Asisi
Perlu diketahui bahwa Maria merupakan pelindung Ordo Fransiskan. Tentu menjadi suatu pertanyaan bagi kita 'Mengapa bisa Maria yang menjadi pelindung Ordo Fransiskan, bukan orang kudus lainnya?". Fransiskus sangat menghormati bunda Maria, sebab bunda Maria telah melahirkan Tuhan Yesus Kristus bagi manusia. Fransiskus memandang bahwa bunda Maria memiliki misi sebagai pelayan dalam karya keselamatan. Berkat bunda Maria, manusia dapat merasakan kedekatan dan kehadiran cinta kasih Allah dalam diri Putera-Nya yang dilahirkan oleh bunda Maria.
Ketika Fransiskus dari Asisi menyadari bahwa begitu erat kaitan antara Maria dan karya keselamatan, maka ia pun mulai 'menjalin hubungan yang begitu dekat' dengan Maria. Dan hubungan itu pun dapat dilihat dari doanya sendiri, dimana Fransiskus mengungkapkan keyakinan dan rasa syukurnya kepada Allah atas karya keselamatan yang disampaikan-Nya melalui Putera-Nya, Tuhan Yesus Kristus, yang lahir di dunia bagi umat manusia melalui rahim Maria.
"Engkau telah membuat Dia, yang sungguh Allah dan sungguh manusia, lahir dari Santa Maria yang tetap Perawan, yang mulia dan amat berbahagia" (AngTBul XXIII, 1-3)
Teks pada bagian atas merupakan salah satu potongan dari kutipan doa St. Fransiskus Asisi. Di dalam doa tersebut menunjukan rasa syukur Fransiskus kepada Allah, sebab berkat cinta-Nya kepada manusia, Putera-Nya Yesus Kristus dilahirkan oleh Maria. Bukan hanya itu saja, melainkan juga Fransiskus ingin mengungkapkan rasa kekaguman keibuan ilahi Maria dan juga memuji serta menghormati Maria sebagai Bunda Tuhan.
Fransiskus memilih Maria menjadi pelindung Ordonya bukanlah hanya sekedar untuk mengharapkan agar didoakan kepada Puteranya, tetapi juga untuk meniru teladannya dalam mengandung dan melahirkan Putera, yakni dalam menerima dan menghidupi sabda Allah. Fransiskus percaya bahwa apabila Maria telah melahirkan Yesus secara jasmani di dunia ini, maka ia pun tentunya akan melahirkan Yesus pula di dalam diri Fransiskus dan para pengikutnya. Dengan demikian, Maria adalah model keibuan bagi Fransiskus dan para pengikutnya untuk menjadi ibu bagi Yesus dan juga bagi orang lain.
Fransiskus Asisi   : Maria sebagai Model Hidup Umat Beriman Kristiani
Peran Maria dalam karya keselamatan menjadikan diri Maria dihormati oleh kalangan umat Kristiani, termasuk pula Fransiskus Asisi. Fransiskus melihat bahwa Maria adalah orang beriman pertama yang dijadikan Gereja. Akan tetapi, Fransiskus memberi pandangannya bahwa semua orang beriman juga "dijadikan Gereja", seperti Maria. Bagi Fransiskus sendiri "mengandung, melahirkan, merawat dan memelihara Kristus" adalah panggilan hidup umat beriman, seperti halnya yang telah dilakukan oleh Maria. Setiap orang dipanggil untuk meneladani dan menyediakan tempat tinggal bagi Yesus Kristus. Meneladani Maria berarti juga siap untuk "melahirkan" Tuhan dan memberi kesaksian tentang Kabar Gembira, yakni Injil-Nya. Berikut pemahaman St. Fransiskus dari Asisi mengenai Maria sebagai model:
1) Maria sebagai Model Hidup Kontemplatif
Dalam Luk 10: 38-42 melukiskan bahwa Maria juga adalah pendengar Yesus. Penginjil Lukas mengatakan bahwa Maria adalah pendengar setia Yesus, dimana ia selalu menyimpan dan merenungkan Sabda Tuhan. Selain pendengar, Maria juga adalah pelaksana Sabda. Maria mendampingi Yesus dalam seluruh hidup dan karya surgawi.
Ada satu pengalaman Fransiskus yang memiliki kaitan dengan Maria sebagai model hidup kontemplatif, yaitu sebelum Fransiskus meninggal, saudaranya ingin agar ia dibacakan bacaan Kitab Suci. Akan tetapi, Fransiskus menolak tawaran tersebut, sebab dihadapannya -- ia sudah memandang Kristus yang tersalib. Ia mengatakan bahwa dengan memandang Kristus yang Tersalib, ia sudah dapat "mendengar Sabda-Nya". Kematian adalah persatuan dengan Kristus, sebab kematian merupakan "kontemplasi" tertinggi, yaitu memandang Allah dari muka ke muka.
Inilah model kontemplasi bagi kita, yaitu diam dan mendengar Allah berbicara, memandang dan menatap Dia. Maka dari itu, kontemplasi tidak lagi membutuhkan kata ataupun doa rumusan dengan suara.
2) Maria sebagai Model untuk Bersatu dengan Yesus Kristus
Maria sebagai Bunda Kristus telah menyatu dengan Yesus Kristus berkat karya Roh Kudus. Kebersatuaan itu pun diambil oleh Fransiskus sebagai model. Akan tetapi, bersatu yang dimaksudkan disini bukanlah dimengerti bersatu secara jasmaniah, melainkan lebih pada persatuan secara rohaniah, yakni membawa Kristus ke dalam hati dan memperlihatkan-Nya dalam tindakan dan perbuatan.
Inilah yang merupakan model untuk bersatu dengan Yesus Kristus, yaitu membawa Kristus untuk berdiam dalam diri kita, agar seluruh hidup kita mencerminkan Kristus, baik itu dari perkataan maupun perbuatan. Maka, apabila kita mampu bersatu dengan Kristus tentu kita dapat saling membagi cinta kasih kepada sesama.
3) Maria sebagai Model Kebajikan
Fransiskus juga memberikan pandangannya bahwa Maria adalah Ratu Belaskasihan. Atas dasar belaskasihan ini pun Maria mengandung dan melahirkan roh kebenaran Injil. Fransiskus dan para saudaranya ingin mencontohi hidup Maria tersebut. Fransiskus berkeinginan untuk "mengandung" dan "melahirkan" Kristus dengan mewartakan kebenaran Injil, sebagaimana Bunda Maria mengandung dan melahirkan roh kebenaran Injil.
Pemahaman ini pun didasari oleh kisah Riwayat St. Fransiskus Asisi dalam Legenda Maior yang menceritakan bahwa Fransiskus sedang memohon dengan keluh kesah agar S. Perawan Bunda Allah sudi menjadi pelindung baginya. Dan kemudian, berkat belaskasihan Bunda Allah, ia pun mengandung dan melahirkan roh kebenaran Injil. Kemudian dikisahkan pula bahwa di suatu ketika ia menghadiri misa akan kehormatan para Rasul. Dan bacaan Injil ketika itu di ambil dari Mat 10: 9-10. Mendengar itu Fransiskus pun bersukacita sambil melepaskan kasut dari kakinya, melepaskan tongkatnya dan melemparkan bekal dan uang yang dimilikinya.
Dari kisah hidup Fransiskus yang diceriterakan dalam Legenda Maior tersebut dapatlah dilihat bahwa Fransiskus mengharapkan agar Maria dapat menjadi pelindung dalam menjalani hidupnya untuk mengandung dan melahirkan roh kebenaran Injil. Dia hanya ingin "mengandung" Kristus dan membawa Kristus dalam kandungannya untuk dilahirkan dan diwartakan tanpa membawa apa-apa. Maka dari itu, Maria dapat menjadi model kebajikan dalam mengandung dan melahirkan Kristus, terutama berkaitan dengan kerendahan hatinya, kemiskinan, kesabaran, kebaikan, ketaatan, kesederhanaan dan lain sebagainya.
INTINYA
St. Fransiskus dari Asisi sangat menghormati Bunda Maria. Hal ini pun didasarkan oleh teladan, peran serta kedudukan Bunda Maria dalam karya keselamatan. Dari peran dan kedudukan yang dimiliki Maria ini, Fransiskus melihat bahwa ada hubungan antara Maria dengan Trinitas, dimana ia adalah putri dan hamba Bapa surgawi, Bunda Kristus dan mempelai Roh Kudus. Fransiskus juga melihat bahwa Maria adalah model hidup kontemplatif yang didasarkan oleh sikap Maria yang mendengar dan melaksanakan Sabda Allah dalam kehidupannya. Model inilah yang diikuti oleh Fransiskus, yakni mencintai Allah dengan sepenuh hati dan membiarkan dirinya dipimpin oleh Roh.
Fransiskus juga melihat Maria sebagai model untuk bersatu dengan Kristus, dimana ia dipersatukan dengan Kristus berkat karya Roh Kudus. Kebersatuan seperti inilah yang dihayati oleh Fransiskus dengan "membawa" Kristus dalam hati dan memperlihatkan-Nya dalam tindakan dan perbuatan. Selain itu, ia juga memandang Maria sebagai model kebajikan dalam berbelaskasih. Hal ini pun didasarkan oleh kasih yang dimiliki Maria, dimana ia mengandung dan melahirkan roh kebenaran Injil. Begitu pula halnya dengan Fransiskus yang juga berkeingan untuk mengandung dan melahirkan Kristus dengan mengikuti ajaran-ajaran-Nya dalam hidup dan mewartakan-Nya dalam perbuatan.
DAFTAR PUSTAKA
Dister, Nico Syukur. Teologi Sistematik 2. Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Gobry, Ivan. Fransiskus Dari Asisi. Ende: Penerbit Nusa Indah, 1976.
Groenen, Cletus. Mariologi: Teologi dan Devosi. Yogyakarta: Kanisius, 1988.
Manangar C. Marpaung. Kaul Fransiskan: "Menepati Injil Tuhan Kita Yesus Kristus dengan Hidup dalam Ketaatan, Kemiskinan dan Kemurnian" dalam Pertobatan. Medan: Bina Media Perintis, 2008.
--------------. Maria dalam Spiritualitas Fransiskan. Nagahuta-Pematangsiantar: [tanpa penerbit dan tahun].
---------------. Spiritualitas Dasar Fransiskan. Medan: Bina Media Perintis, 2018.
Para Waligereja Regio Nusa Tenggara. Katekismus Gereja Katolik. Ende: Percetakan Arnoldus, 1998.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI