Mohon tunggu...
Kristian ApriyandiPernando
Kristian ApriyandiPernando Mohon Tunggu... Supir - Berkarya merupakan media untuk mengembangkan potensi dan kemampuanmu.

Nama lengkapku Kristian Apriyandi Pernando, biasanya aku dipanggil dengan nama Yandi. Aku saat ini menjalani perkuliahan di Fakultas Filsafat, Universitas St Thomas, Sinaksak, Pematang Siantar. Aku berasal dari Kubu Raya, Pontianak, Kalimantan Barat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Eksistensi Alat Musik Tradisional "Sape" di Zaman Now

10 Desember 2020   18:05 Diperbarui: 10 Desember 2020   18:16 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Alat musik Sape’ merupakan salah satu alat musik kesenian tradisional masyarakat suku Dayak di wilayah sungai Kapuas Hulu yang dulunya digunakan sebagai sarana pengiring tarian serta pendukung dari upacara ritual adat Suku Dayak lainnya.

Selain itu, untuk penamaan Sape’ tersebut pun hanyalah dinamai sesuai dengan identitas subsuku Dayak yang membuat Sape’, seperti halnya: masyarakat Dayak Kayaan yang berada di Provinsi Kalimantan Barat menyebut alat musik ini dengan nama Sape’, sedangkan masyarakat Dayak Kayaan di Kalimantan Timur menyebutnya dengan Sampe’.

Alat musik yang dimiliki oleh masyarakat Dayak Kalimantan Barat pada umumnya memiliki bentuk yang sama dengan Sape’-sape’ di Provinsi Kalimantan lainnya, yakni berbadan lebar, bertangkai kecil, panjangnya ± 1 - 1,5 meter, memiliki 2 - 8 senar. 

Dulunya Sape Dayak yang ada di Kalimantan Barat ini memiliki bentuk tuner yang menyerupai patung pantak, tetapi pada zaman yang modern ini, bentuk tuner Sape’ hampir jauh berbeda dengan bentuk yang dulu, yakni memiliki bentuk tuner yang sama dengan gitar pada umumnya. Selain itu, perlulah pula untuk diketahui bahwa sumber bunyi Sape’ berasal dari petikan senar Sape itu sendiri.

Proses pembuatan alat musik tradisional Sape’ ini juga semakin hari tentunya mengalami kemajuan pula, mulai dari bahan-bahan pembuatannya hingga bentuk penampilan dari Sape’ itu sendiri. 

Dulunya, Sape’ ini dibuat hanya dengan alat-alat manual saja, seperti halnya: ketam tangan, palu atau martil, pahat, kapak, parang, kertas amplas, dan lain sebagainya. 

Sedangkan zaman sekarang alat-alat pembuatan Sape’ sudah mengikuti perkembangan zaman, dengan kata lain sebagian besar alat-alat yang digunakan dalam pembuatan Sape’ secara manual perlahan-perlahan beralih ke alat-alat moderen, seperti halnya: tidak lagi menggunakan ketam tangan, tetapi menggunakan ketam listrik; tidak lagi dengan sulitnya melobangi bagian belakang musik Sape, melainkan sudah ada alat moderen sebagai tambahan untuk membantu proses pembuatan tersebut, yakni bor listrik; tidak lagi menggunakan kapak dan parang untuk membentuk Sape’, melainkan sudah menggunakan mesin sinsaw, dan lain sebagainya. 

Walaupun bertambahnya alat-alat pembuatan Sape’ secara modern, akan tetapi ada pula beberapa alat-alat manual yang masih digunakan hingga saat ini untuk pembuatan Sape’.

Bukan hanya pada alat-alat pembuatan Sape’ saja yang mengalami kemajuan, melainkan juga bentuk-bentuk pada setiap bagian Sape’ itu pun juga ikut mengalami kemajuan. 

Hal ini dapat dilihat dari setiap bagian Sape’, seperti halnya: ukuran Sape’ yang sudah bervariasi, mulai dari ukuran kecil, standar, hingga besar; motif Dayak pada Sape’ yang terdapat pada bagian-bagian tertentu yang terus mengikuti perkembangan zaman, dengan kata lain update; tunner Sape’ yang dulunya berbentuk seperti patung Pantak, sekarang memiliki bentuk tunner gitar pada umumnya; bentuk kepala Sape’ yang dulunya memiliki bentuk kepala burung enggang, sekarang memiliki bentuk yang bervariasi, walaupun demikian bentuk kepala itu tetap harus menonjolkan corak khas Dayak; memiliki bentuk nut yang sama seperti gitar moderen zaman sekarang, dengan kata lain tidak lagi menggunakan bahan dari kayu; dan masih banyak lagi beberapa bagian lainnya yang mengalami perkembangan.

Pada umumnya alat pembuatan dan bentuk dari setiap bagian Sape’ ini dapat berkembang dikarenakan ilmu pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat. Seperti yang kita ketahui bahwa segala apapun yang mengalami perkembangan pastilah mendatangkan suatu perubahan. Keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Hal ini tentulah memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat, termasuk pulalah kesenian yang ada di dalamnya. 

Walaupun demikian, kita tetaplah perlu mengingat bahwa dengan adanya suatu perkembangan pada setiap alat-alat pembuatan Sape’, para produsen pun dipermudah untuk memproduksikan Sape’ tersebut. Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi tersebut sangatlah nampak dapat membawa para seniman kepada kehidupan lain yang berbeda dari kehidupan mereka sebelum berkembangnya teknologi.

Mengikuti perkembangan zaman, Sape’ juga pada saat ini mulai mengalami ketenaran. Hal ini pun dapat dilihat dari keberadaan Sape’ itu sendiri, dimana saat ini banyak orang yang mengadakan bisnis penjualan sape, sehingga banyak pula mereka yang mulai memproduksikan Sape’ tersebut kepada konsumen. 

Untuk kisaran harga Sape’ tersebut pun tergantung dari jenis kayu Sape’ tersebut. Sape’ yang dijual pada umumnya untuk saat ini mulai dari satu jutaan hingga tiga jutaan. Konsumen yang ingin membeli Sape’ tersebut pun tidaklah hanya berasal dari negara Indonesia saja, melainkan sudah terjual sampai ke mancanegara.

Perkembangan teknologi juga sangat membantu para seniman Sape’ untuk memproduksikan hasil karyanya tersebut dengan cepat. Apabila proses pembuatan Sape’ menggunakan cara manual tentulah memerlukan waktu yang begitu lama, sehingga hal ini pun memaksakan setiap seniman Sape’ untuk memproduksi hasil karyanya tersebut dengan alat-alat yang modern. 

Dengan adanya berbagai alat modern sebagai media dibuatnya Sape’ ini tentulah sangat membantu para seniman Sape’ untuk mengerjakannya. Hal ini pun nampak bahwa dengan adanya perkembangan pada setiap alat pembuatan Sape, para produsen pun dapat menghasilkan Sape’ dengan cepat, sehingga proses jadinya Sape’ itu pun dapat secepatnya jadi.

Awalnya dawai yang digunakan untuk memainkan Sape’ terbuat dari rotan atau ijuk pohon raruk (pohon aren). Akan tetapi, seiring perkembangan zaman dawai Sape’ pun diganti menggunakan senar gitar. Selain itu, bukan hanya pada bentuknya ataupun alat-alat pembuatannya saja yang mengalami perkembangan, melainkan alunan petik Sape’ pun juga ikut mengalami perkembangan. 

Perlu diketahui bahwa sesungguhnya Sape’ yang dimainkan itu mengikuti perasaan pemainnya. Masyarakat Dayak amatlah dekat dengan alam, sehingga alunan Sape’ itu pun biasanya mengikuti alunan alam sekitarnya. 

Akan tetapi, pada zaman sekarang alunan Sape’ secara dominan lebih banyak mengikuti genre-genre musik zaman sekarang pula, seperti halnya: musik pop, jass, country, jazz, rock, dan lain sebagainya. Walaupun demikian demikian yang terjadi pada alunan musik Sape, tetapi ada pula beberapa seniman Sape’ lainnya yang masih mempertahankan alunan musik zaman dulu, yakni alunan musik yang lebih mengarah pada alam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun