Mohon tunggu...
Kristin Yustina
Kristin Yustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca wattpad

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Makanan Docang Khas Cirebon

3 April 2024   17:48 Diperbarui: 3 April 2024   17:51 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah Docang merupakan kuliner khas yang berasal dari Cirebon dan sekitarnya. Masakan ini sudah ada sejak zaman Wali Songo, yang menyiarkan Agama Islam di kawasan Cirebon dan sekitarnya. Konon Docang dibuat untuk meracuni para Wali Songo, tetapi para Wali Songo pun ketagihan dengan masakan dari Pangeran Rengganis setelah disajikan. Makanan ini merupakan perpaduan dari lontong, daun singkong, toge, dan kerupuk, yang berkolaborasi sayur oncom yang terbuat dari ampas tahu dicampur sedikit bungkil kacang tanah (sisa perasan dijadikan minyak) yang disebut gempa (yang dihancurkan). Sejarah Docang sudah ada sejak abad ke 15.Docang dibuat dari campuran potongan lontong, parutan kelapa, daun singkong, daun kucai, tauge, dan kerupuk yang sedikit diremas. Bahan-bahan tersebut kemudian disiram dengan kuah dage, yang merupakan kuah bening yang memiliki citarasa masam yang mirip seperti kuah sayur asam. Kuah dage sendiri adalah hasil fermentasi tempe serupa oncom.

Asal usul docang masih menjadi misteri, tetapi ada beberapa teori tentang asalnya. Sebagian orang mengatakan bahwa docang berasal dari zaman kesultanan Cirebon sebagai makanan rakyat yang digunakan oleh Pangeran Rengganis untuk meracuni para wali songo. Namun, para wali songo yang melahap hidangan tersebut tidak merasa keracunan, tetapi hanya merasa ketagihan dengan rasa gurih dan segar dari docang.

Docang juga dikenal sebagai makanan yang disukai para wali songo, sehingga menjadi makanan yang disukai oleh masyarakat Cirebon. Menikmati docang bukan hanya soal mengisi perut, tetapi juga merasakan sejarah dan tradisi yang mendalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun