Sehari sebelum berulang tahun, aku berpikir "kira-kira apa istimewanya merayakan hari ulang tahun? Toh juga akan berulang setiap tahunnya. Tiup lilin, potong kue dan bernyanyi selamat ulang tahun. Bukankah itu sebuah rutinitas tahunan belaka saja?Â
Setelah mengotak-atik pikiran ini, akhirnya aku tiba pada satu muara pikir itu. Ia tersimpan dalam pertanyaan berikut:
"kado apa yang mau kamu beri untuk dirimu sendiri?"
 "Kado apa juga yang ingin kamu beri pada Sang Pencipta karena kesempatan yang Dia beri padamu?"
Adalah benar bilangan usia tidak akan berulang dua kali di tahun berikutnya. Genapnya usiaku yang ke-24 ini sedikit unik bagiku. Betapa tidak? Dua puluh empat adalah tahun pertamaku ingin memberi kado bagi diri sendiri. Di angka dua puluh empat ini juga, aku meliarkan pikir yang adalah pelita hati ini ke satu ide.
Siapapun yang akan berulang tahun, pasti diantara orang yang mengasihi kita, ada saja yang berinisiatif untuk memberikan hadiah. Lantas, kalau orang lain saja berusaha memberi yang spesial bagi diri kita, masakan kita tidak berpikir untuk memberi hadiah bagi diri kita sendiri? Aneh? Ya, sudah pasti.Â
Gimana mungkin pengirimnya diri sendiri, lalu penerimananya juga diri sendiri. Itulah yang dinamakan apresiasi (self-love) atau reward karena sudah sampai di titik usia yang Tuhan percayakan.
Nah, berbicara tentang memberi hadiah bagi diri sendiri, ada banyak cara dan bergantung pada versi atau selera masing-masing pribadi ingin menghadiahkan apa bagi diri sendiri.Â
Mungkin dengan berlibur, pergi berwisata kuliner, berbelanja, nonton drama korea atau film horor he he atau juga istirahat yang cukup. Intinya hadiah bagi diri sendiri adalah bentuk mencintai diri sendiri yang pastinya tidak merumitkan pribadinya. Sesederhana mungkin yang membuatmu bahagia dan bersyukur.
Karena itu hadiah terbaik bagi diriku sendiri, aku memilih menuangkannya dalam goresan pena yang menari dalam untaian kata. Aku mulai mengonsep kebahagiaan yang kuciptakan sendiri.Â
Salah satunya ya dengan tulisan ini. Hadiah inilah yang kupersembahkan bagi diriku sendiri. Mengapa aku memilih tulisan? Karena ia salah satu saksi abadi yang akan mencatat apapun tanpa batasan.