Hujan selalu datang tampa udangan mengetuk-ngetuk atap seperti seorang pengembara yang lupa dimana rumahnya aku mendengar suaranya serupa bisik yang terbawah Angin
Masihkah kau mengingat tanah pertama yang memelukmu, hujan tak pernah bertanya tentang luka, ia hanya ingin bagaimana kau mengeringkan basah yang kau tak undang
Aku ingin bicara dengan hujan, tapi lidahku terlalu kaku untuk meniru ritmenya,maka kubiarkan ia jatu, memercik pada batu-batu menghapus jejak yang bahkan aku lupa pernah ada
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H