Kejam aku saat membuat air matanya mengalir
Durhaka aku saat membuatnya merasa tak didengar
Kesepian ia dalam kesendirian
Sejak ditinggal lelaki kekasih hatinya, pun cinta pertamaku.
Jauh secara fisik ingin kuhalau dengan bincang lewat udara.
Video call itu yang ia bisa dan bangganya ia karena bisa.
Namun,
Itu masih tak cukup dan tak mencukupi ternyata
Bila dalam dialog akhirnya amarah yang menjadi penutup.
Rentanya terkadang memang menyusahkan,
Namun sadarkah engkau duhai diriku?
Aku yang terlahir dari rahimnya
Kami yang mempunyai banyak kesamaan,
Kami yang mencintai lelaki yang sama
Lelaki yang lebih dulu menuju alam dunia baru.
Lelaki yang sama-sama kami rindukan.
Ia yang sendiri dalam keramaian.
Ia yang terlilit kenangan masa lalunya
Ia yang ingin disayang anak, mantu, cucu dan cicitnya.
Ia yang tak ingin jauh dari orang-orang terkasihnya.
Ia yang merasa dijauhi semua orang.
Ia yang karena tuanya melakukan kesalahan tapi tak bisa memperbaikinya.
Ia yang tak ingin dianggap tak bisa apa-apa walau sebenarnya sudah tak bisa berbuat banyak.
Ia yang selalu ingin dianggap ada dan bisa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H