Beberapa waktu lalu, aku berkesempatan mengunjungi Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Jika berangkat dari Balikpapan, maka tidak singkat perjalanan yang harus ditempuh. Dari Balikpapan, kita harus naik speedboat selama sekitar dua puluh menit untuk sampai ke Kabupaten Penajam Paser Utara. Setelah itu, kita harus menempuh jalan darat selama lebih dari tiga jam. Dan akhirnya, sampailah ke kabupaten ungu di Tanah Borneo ini. Dalam perjalanan, temanku mengatakan bahwa tempat yang akan aku datangi ini adalah tempat yang unik, karena didominasi warna ungu. Aku jadi penasaran. Setelah berkali-kali bertanya “Ini kita jalan terus, kapan sampainya?”, akhirnya kami sampai juga di Paser. Sangat berbeda dari bayanganku sebelumnya. Sudah empat bulan ini aku tinggal di Penajam Paser Utara yang cukup tenang dan sunyi. Jika tempat ini saja sudah sunyi, seperti apa rupa tempat yang jaraknya tiga jam lebih dalam dari sini? Aku hanya bisa membayangkan Paser sebagai kabupaten sepi dengan rumah-rumah yang terletak jarang dan penerangan seadanya. Kenyataannya, asumsiku terbukti sangat keliru. Kabupaten Paser ternyata lebih ramai daripada daerah tempat tinggalku. Saat masuk daerah Paser, mulai nampak bangunan-bangunan yang dicat ungu. Ungu adalah warna khas Paser. Menurut info dari temanku yang lain, yang juga adalah seorang duta wisata, ungu melambangkan kemewahan dan hal yang elegan. Tiba-tiba aku teringat kisah di Alkitab. Dalam Alkitab, orang kaya digambarkan menggunakan kain ungu, karena warna ungu melambangkan kekayaan. Kemudian kami melewati Telaga Ungu (tapi ini bukan berarti telaga yang airnya ungu). Saat itu kira-kira jam 21.00. Telaga itu dihiasi oleh lampu-lampu penerangan di sekelilingnya. Pandanganku kemudian beralih ke Rumah Sakit Umum Daerah Paser yang terletak di samping Telaga Ungu. Luar biasa, rumah sakitnya juga dicat ungu. Belum cukup dengan bangunan-bangunan ungu, bahkan jalan pun tak luput dari sentuhan warna ungu. Trotoar yang lazimnya hitam-putih, kini menjadi ungu-putih. Di alun-alun Paser, nampak design struktur mirip mushola. Bangunan Islami yang biasanya identik dengan warna hijau, kini berubah menjadi ungu. Bagiku, Paser merupakan daerah tenang dan nyaman, yang jauh dari keramaian Balikpapan. Tidak terlalu ramai, namun bukan berarti daerah mati. Paser dengan keunikan warna ungunya juga tergolong daerah hidup. Bahkan ada sebuah plaza di sini. Sebagai info, di tempat ini kita bisa menemukan warga asli Kalimantan Timur yang sudah sangat jarang tinggal di Balikpapan. Hari sudah larut. Aku memutuskan untuk beristirahat setelah punggungku tersiksa menahan pegal selama lebih dari tiga jam perjalanan tadi. Keesokan paginya aku berjalan di sekitar penginapan tempatku bermalam. Ternyata di sebelah penginapanku ada Puskesmas yang berwarna ungu. Di depannya ada petugas kebersihan kota yang sedang menyapu jalan sambil berseragam ungu. Ternyata ada tempat unik di Indonesia ini yang belum terekspos. Tempat-tempat seperti ini jika dikembangkan secara tepat, sangat memungkinkan menjadi tempat wisata yang dapat diandalkan. Kata temanku, konon, orang yang sudah meminum air putih di Paser akan menetap di Paser. Namun, ketika aku harus jujur mengatakan bahwa sungguh daerah ini sangat nyaman, percayalah, aku mengatakannya bukan karena aku sudah minum air Paser.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H