Pak Yogi sudah sangat tahu kepribadian Jhon. Seperti saat ini bukan tidak mungkin Jhon mengajak jalan begitu saja. Pasti ada sesuatu di sore hari ini yang mengusik pikirannya. Hanya menunggu moment yang tepat untuk mendengarkan kisah apa yang sedang di alami Jhon.
"Aku kok akhir - akhir ini mangkel dan kesel banget ama rekan kerjaku. Namanya Melisa. Sudah aku tolong tapi ngk tahu berterima kasih. Dulu aku yang ngasih dia tumpangan dan segala macam. Termasuk mencari kan dia pekerjaan. Coba karena bukan kecantikan dan tubuh seksinya mungkin waktu itu ngk ku tolong. Awal masuk itu anaknya pendiam dan sopan banget. Tutur kata, mimik dan gaya bicaranya anggun. Eee... tak di sangka Ia kenal baik sama anak direktur. Mereka teman satu sekolah dulu. Makanya karirnya cepat naik di angkat jadi General Manager. Tapi kok  beberapa bulan terakhir ini tingkahnya menyebalkan. Mulutnya kayak pantat ayam. Ngk bisa diam. Ngomel melulu. Nada bicaranya juga kasar dan suka membentak dengan tatapan mata tajam. Tapi kalau di sentak balik seketika raut mukanya memerah. Ngakunya pemikir tapi tak membuahkan hasil. Beberapa keputusannya melenceng jauh dari harapan. Malah merugikan dan merepotkan orang lain.
Kemarin pas ada meeting rutin bulanan aku telat terus ku putuskan untuk tidak ikut meeting. Eee.. setelah itu aku di panggil dan di kasih sanksi Surat Teguran (ST). Aku kaget dan kecewa dengan keputusan tersebut. Sempat protes tapi keputusan itu katanya telah di laporkan dan di setujui direksi. Ya sudahlah."
Pak Yogi hanya diam dan sesekali raut wajahnya menunjukan kekesalannya pada sosok yang di sebutkan dalam curhatan hati Jhon. Namun tidak bisa berbuat banyak. Hanya berusaha membesarkan hati Jhon agar lebih bersabar saja.
Tak terasa malam semakin larut. Tiba - tiba timbul niat jahat dalam pikiran Jhon. Ia ingin memberi pelajaran kepada Melisa. Ia mengajak pak Yogi mendatangi kontrakan Melisa. Mereka berencana menyusup masuk lalu memperkosa Melisa. Pak Yogi menurut saja. Apalagi membayangkan cerita Jhon bahwa tubuh melisa cantik, putih mulus dan seksi.
***
Melisa kaget ketika membuka pintu dan mendapati dua orang pria bertubuh tinggi besar dan kekar serta bertopeng berdiri di hadapannya. Secepat kilat seorang membungkam mulutnya lalu menggotongnya ke kamar. Samar terlihat pak Yogi mengenali perempuan itu adalah anak kandungnya sendiri. Ia pun berteriak dan berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan aksi Jhon. Namun Jhon tak menghiraukan teriakan tersebut. Ia terus saja beraksi melucuti celananya.
Mendengar keributan tersebut, Fathan berlari keluar dari kamarnya sambil membawa sebilah belati. Dengan sekuat tenaga Ia menghujamkan belati tersebut kearah pinggang sebelah kanan lelaki yang sedang menindis tubuh kakaknya. Namun reflek Jhon berhasil menghindar dari tikaman maut tersebut. Kemudian merampas belati tersebut dan menikam balik secara membabi buta ke perut Fathan hingga jatuh tersungkur di lantai. Kucuran darah segar tempias ke muka dan tubuh telanjang Jhon.
Kemudian Jhon kembali mendekati Melisa. Ketika hendak melucuti pakaian perempuan tersebut, tiba - tiba pak Yogi mengayunkan sebuah balok ke kepala Jhon namun meleset. Hanya melukai tangannya saja. Lalu Jhon bangkit dan menikam tubuh pak Yogi hingga tewas. Seketika Melisa pingsan menyaksikan adegan berdarah tersebut. Beberapa saat kemudian warga berdatangan dan berhasil menangkap pelaku. Terlebih dahulu Jhon di hajar massa hingga babak belur sebelum akhirnya di serahkan kepada kepolisian untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Melisa berharap Ia di hukum mati saja. Sebab lelaki seperti itu tidak perlu ada di dunia ini.
***
Traumatic healing yang di jalani Melisa selama kurang lebih enam bulan tak begitu saja menghilangkan jejak kasus yang di alaminya saat itu. Sebuah aksi terkutuk yang telah menghilangkan nyawa adik kesayangannya. Ia juga masih belum percaya kalau ayah kandungnya sendiri ikut tega melakukan aksi bengis itu. Namun ia berusaha berlapang dada menerima kenyataan serta memaafkan ayahnya dan juga Jhon.