Mohon tunggu...
Kristianus Tara
Kristianus Tara Mohon Tunggu... Politisi - Wiraswasta mandiri

Hobi membaca, menulis dan senang bereksperimen dan berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Misterius di Balik Ritual Berburuh Tana Nedekododo Mangkrak

24 Desember 2023   08:40 Diperbarui: 24 Desember 2023   08:44 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Judul ini dikisahkan dari tanah Ndekododo, dimasa silam para leluhur membangun sebuah peradaban dalam budaya adat istiadatnya yakni acara ritual berburuh. Sebelum saya mengangkat kisah dalam lukisan cerita pendek ini sedikit saya uraikan makna ritual berburuh. Ritual berburuh merupakan sebuah peradaban manusia dalam komunitas Ndekododo yang dilakukan setiap tahun. Masyarakat adat yang mendiami wilayah adat ini secara kolektif wajib berpartisipasi, hal ini agar kebersamaan jadi lebih solit dan akan membawa kehidupan lebih baik. Secara filosofis acara berburuh merupakan rangkaian kegiatan pertanian secara kususnya untuk tanaman padi ladang (jagung, padi dan ubi-ubian). 

Dengan diawali berbagai rangkaian ritual berburuh maka secara falsafah hidup masyarakat adat di tana Ndekododo menjadi lebih baik secara kususnya pada penanaman Jagung. Ritual ini diyakini bahwasan akan membuat kenyamanan selama musim penanaman jagung hingga panen karena hama akan dihindari sejak dini yakni sejak mulai bercocok tanam hingga pasca panen. Ritual awal yang menandakan bentuk keterhubungan antara manusia yang hidup dengan para leluhur yang berada di alam berbeda. Juga menjadi keyakinan bahwasan akan ada campur tangan dari leluhur selama proses berburuh, akan dijaukan dari segala tantangan dan rintangan yang menghambat kegiatan berburuh.

Ritual ini juga sebagai salah satu hukum adat yang diwariskan oleh leluhur, yang setiap tahun harus dijalankan dengan bahagia dan tidak merasa tertekan oleh vaktor apapun. Inilah sekilas makna dari sebuah acara berburuh dari Tana Nedekododo yang berada diwilayah desa Ndekododo Kecamatan Nangaroro Kabupaten Ngada Propinsi Nusa Tenggara Timur. Selanjutnya judul diatas merupakan tema utama jadi kisah yang saya angkat dalam lukisan cerita pendek ini. Dahulu kala ada para pendahulu dari Tana Nedekododo yang jadikan ritual berburuh adalah ritual tahunan. Usai acara ritual di tempat acara adat semua laki-laki yang remaja dan dewasa berburuh menuju ke hutan, yang mana disanalah tempat kediaman hewan yang mau di buruh. Hama yang selalu merusak tanaman jagung   adalah babi hutan.

Berburuh terus berlangsung dari tempat yang satu ketempat lain secara berkelompok. Hasil yang diperoleh maka akan jadi lauk bersama usai berburuh di rumah adat. Disaat berburuh ada satu leluhur yang merupakan orang yang dituakan pada masa itu dan hingga saat ini kami sebagai cucunya terus bergemah namanya. Sosok yang jadi figur sejarah terbentuknya Tana Ndekododo merupakan bagian dari kelompok berburuh ini. Saat dimana beliau melihat seekor babi hutan, saat itu sejenak beliau dengan penuh semangat, kejarlah babi itu dari bukit satu turun lembah naik bukit lagi hingga tiba digua beliau melihat babi lari menuju gua dan masuk kedalam. Dengan penuh semangat langsung saja masuk ke mulut gua dan terus memantau ke dalam gua. Anjing yang setia selalu menemaninya pun terus menggonggong ke arah gua. 

Selang waktu yang berbeda sejenak Oyank istrahat sambil terus menunggu juga terus dipantau oleh anjing agar mengetahui perkembangan keberadaan babi. Hal yang mengejutkan tiba-tiba ada suara yang keluar dari dalam gua dalam bahasa daerah 'tungga si Mae degho jao' yang dalam bahasa Indonesia ' sudah jangan kejar lagi saya'. Mendengar suara yang serasa aneh datang dari dalam gua Oyank langsung bangun dan memastikan dari mana asal suara itu, masih tidak percaya berusaha untuk usap matanya dan dengan tatapan tajam langsung saja menyaksikan seseorang yang bertubuh besar jenggotan dan tegak berdiri seolah-olah memerintahkan untuk segera pulang. 

Panik dan campur gugup langsung balik pulang juga panggil anjingnya untuk segera pulang ke kampung sambil merasakan segera menyampaikan ke kakak adik serta anak-anaknya soal peristiwa yang dialaminya itu. Perjalanannyapun sekejap sambil berlari, jalan sedikit lari lagi, hingga tiba di tempat berkumpulnya para pemburuh lainnya, merekapun semua pulang. Kisah yang misterius ini jadi ajakan bersama untuk seluruh generasinya hingga saat ini untuk acara berburuh tidak dijalankan. Ini kisah misterius dibalik peristiwa ritual adat berburuh tidak lagi diagendakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun