Media utama yang terus digaungkan pasangan Melki-Jhoni untuk menghubungkan pesan politik adalah koneksi pusat dan keberlanjutan. Pasangan Melki-Jhoni berkeyakinan bahwa tata kelola pemerintahan yang terkoneksi (connection) dari pusat ke daerah (Koalisi KIM-Plus) mampu memberi efek besar pada tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik di NTT. Target yang dituju dalam hal ini adalah masyarakat NTT yang sejahtera.
Membaca indikator trias komunikasi politik, pasangan Melki-Jhoni sejatinya bertumpu pada kekuatan koneksi dan sistem koalisi. Pesan politik terkait pelayanan publik, misalnya, diamini pasangan ini dengan mekanisme pelayanan terpadu dimana tunel-tunel koneksi yang telah dibangun di pusat dan lintas koalisi partai mampu mempercepat, mempermudah, dan memenuhi tuntutan yang diharapkan.Â
Media utama yang digunakan pasangan Melki-Jhoni sejatinya bertumpu pada jaringan (connectivity) dan keberlanjutan. Tunel pengubung yang yang dibangun dan dijaga Melki-Jhoni diyakini mampu memperkuat tantangan terkait tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik di NTT. Semua kekuatan koneksi dan pesan yang digagas pasangan Melki-Jhoni terarah pada satu pintu yang saat ini tengah dicita-citakan oleh seluruh masyarakat NTT, yakni kesejahteraan.
Di poros ketiga, pasangan Simon-Andreas tentu tak kalah apik dalam menata retorika pada sesi debat perdana Pigub NTT. Kata "siaga" yang dihidangkan di awal orasi panggung debat publik merupakan akumulasi dari seluruh kekuatan paslon dalam menata NTT.Â
Terkait solusi transformasi dan inovasi pelayanan publik, pasangan Simon-Andreas memberi penekanan pada poin siaga hukum dan siaga tata kelola. Siaga hukum, menurut pasangan Simon-Andreas berarti bagaimana menciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN dan membangun kerja sama yang baik di lini Aparatur Sipil Negara (ASN). Mekanisme siaga hukum dan tata kelola ini dijalankan melalui delapan aksi (Nawa Aksi). Kedepalan aksi ini menurut pasangan Simon-Andreas tertuju pada goal utama mereka, yakni mewujudkan masyarakat bermartabat (mandiri, adil, dan maju).
Membaca indikator komunikasi politik poros ketiga, pasangan Simon-Andreas mengemas pesan politik terkait transformasi dan inovasi pelayanan publik dalam komitmen siaga hukum dan tata kelola.Â
Pasangan siaga memang serius membuat postur birokrasi NTT terlepas dari belenggu KKN dan membuka ruang kerja sama dengan ASN. Pasangan Simon-Andreas menggotong pesan integritas ASN dan supremasi hukum dengan Nawa Aksi yang menjadi program utama pasangan. Efek yang diharapkan dari pesan dan media yang digunakan sejatinya terarah pada komitmen mereka untuk mewujudkan masyarakat NTT yang bermartabat.
Terkait tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik, pasangan Ansy-Jeni sejatinya berkomitmen untuk bersih-bersih tubuh birokrasi NTT dari penyakit KKN, dagang pengaruh, dan klientisme. Sedangkan, pasangan Melki-Jhoni berupaya menerapkan metode pelayanan prima di tubuh birokrasi NTT sambil berupaya merampingkan regulasi birokrasi dengan kekuatan jaringan (connectivity) pusat-daerah. Sedangkan pasangan Simon-Andreas, dengan kekuatan nawa siaga berupaya melakukan upaya bersih-bersih tubuh birokrasi dari KKN dan menjalin kerja sama dengan semua ASN di NTT.Â
Tiga pasangan menawarkan solusi masing-masing terkait transformasi dan inovasi pelayanan publik di NTT. Sekarang tinggal kita sebagai pemilih yang bisa jeli melihat mana yang benar-benar berkomitmen menjadi pelayan untuk masyarakat NTT. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H