Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Pilgub NTT 2024 dan Tantangan Reformasi Birokrasi

14 November 2024   16:04 Diperbarui: 15 November 2024   06:39 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Debat calon gubernur Nusa Tenggara Timur, Rabu (23/10/2024). | KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN


Tata kelola pemerintahan dan mekanisme pelayanan publik adalah salah satu penyuplai bibit unggul maju-mundurnya sebuah pemerintahan. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), misalnya, tata kelola pemerintahan dan mekanisme pelayanan publik sejatinya belum sepenuhnya terstruktur, terukur, dan menjawab kebutuhan masyarakat. Masih banyak yang harus dibenahi. Penyakit Orde Baru seperti Korupsi-Kolusi-Nepotisme, dagang pengaruh, mekanisme izin yang berbelit-belit, tumpang tindih regulasi, ketidakdisiplinan ASN, dan setumpuk masalah birokrasi lainnya membuat sistem pemerintahan berjalan di tempat. Pemimpin baru wajib mendobrak masalah ini.    

Tema terkait Transformasi dan Inovasi Pelayanan Publik menjadi mukadimah tema debat publik perdana pemilihan gubernur (Pilgub) Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam debat perdana, iklim komunikasi politik dari masing-masing pasangan calon (paslon) cukup "friendly." Tak ada yang saling nyerang. Yang ada justru kebanyakan manggut. 

Pasangan nomor urut satu Ansy Lema-Jeni Natalie memulai orasi dengan kalimat NTT Bangkit Melejit. Pasangan nomor urut dua Melki Lakalena-Jhoni Asadoma memulai orasinya dengan kalimat NTT Sehat, sedangkan pasangan nomor urut tiga Simon Petrus Kamlasi dan Andreas Garu memulai orasinya dengan kalimat NTT Siaga.

Sejatinya ada tiga kata yang diprioritaskan, yakni "Bangkit, Sehat, dan Siaga." Tiga kata ini sejatinya mempunyai efek informatif, persuasif, dan elektabilitas. Selain tiga efek ini, patut dicurigai bahwa dalam marketing politik, pola-pola komunikasi (politik) juga kadang memberi efek menghibur (opium) dalam situasi tertentu. 

Saya meyakini bahwa masing-masing paslon tentunya mendesain retorika mereka pada debat publik perdana dengan maksud untuk memperdalam wawasan calon konstituen terkait sosok pemimpin yang akan dipilih. Retorika di panggung debat bisa dijadikan indikator untuk menilai seberapa luas pengetahuan paslon terkait tema, seberapa kuat komitmen solusi yang akan dihidangkan, dan seberapa besar dapak atau efek yang diberikan untuk menarik simpati pemilih.

Dalam komunikasi politik, ada tiga kata kunci utama yang lazim digunakan untuk mengukur indikator keberhasilan komunikasi. Tiga kata kunci ini, saya perketat menjadi pesan (says what), media (in which channel), dan efek yang diharapakan (effect). Harrold Lasswell sebagai pakar komunikasi politik memang mengikhtiarkan lima elemen (komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek). Akan tetapi, dua elemen lainnya ini bisa digunakan dalam kontur elektabilitas politik.

Tema Transformasi dan Inovasi Pelayanan Publik merupakan latar utama model tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik saat ini. Pasangan Ansy-Jeni membaca solusi transformasi dan inovasi pelayanan publik menuju NTT Bangkit dengan pesan mujarab, yakni clean governance. Birokrasi yang bersih, transparan, akuntabel, dan profesional menurut Ansy-Jeni merupakan cikal bakal keberhasilan pelayanan publik. Efek yang dihasilkan dari tata kelola pemerintahan yang bersih ini, sejatinya terarah pada pintu yang jelas, yakni kepercayaan publik (public trust). Pasangan ini bahkan membuat komparasi sebuah model pemerintahan bak sebuah korporasi. Pemerintahan yang baik adalah sebuah pemerintahan yang menempatkan rakyat (customer) sebagai raja.

Retorika Ansy-Jeni pun kemudian disubtitusikan ke dalam trias political communication indikator. Pesan yang dibangun dalam model komunikasi paslon Ansy-Jeni adalah menciptakan tata kelola pemerintahan model pelayanan publik yang bersih (dari) KKN, klientisme, dan perdagangan pengaruh. 

Untuk mewujudkan ini, mekanisme yang digunakan adalah melalui panca program NTT Menyala (NTT Bersih, Sehat, Maju, Pertiwi, dan Terkoneksi). Semua pesan dan media yang dibangun mengarah pada satu efek utama, yakni mendapat kepercayaan publik (public trust). Skema retorika paslon Ansy-Jane di panggung debat publik sudah memberi roadmap informasi dasar terkait tata kelola pemerintahan.

Pasangan Melki-Jhoni membaca solusi transformasi dan inovasi pelayanan publik dengan sebuah visi besar, yakni "NTT Sehat, Cerdas, Maju, dan Sejahtera." Kata "sehat" yang dihidangkan di kalimat pertama untuk prospek kemajuan NTT merupakan akumulasi dari indikator utama masalah di NTT. 

Menurut paslon Melki-Jhoni, totalitas pelayanan pemimpin dan penguatan regulasi di tubuh birokrasi mampu menyentuh poin transformasi dan inovasi pelayanan publik di NTT. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun